"Aku pikir, kamu malaikat baik hati yang akan membawa kebahagiaan di hidupku, ternyata kamu hanya orang sakit yang bersembunyi di balik kata cinta. Sakit jiwa kamu, Mas!"
Kana Adhisti tak menyangka telah menikah dengan lelaki sakit jiwa, terlihat baik-baik saja serta berwibawa namun ternyata di belakangnya ada yang disembunyikan. Akankah pernikahan ini tetap diteruskan meski hati Kana akan tergerus sakit setiap harinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gemar Mengundang Wartawan Datang
Film terbaru yang dibintangi Kana menjadi fenomena yang tak terduga. Penjualan tiket meledak dan namanya menjadi perbincangan hangat di berbagai media sosial. Kritikus film memuji akting Kana yang mendalam dan kemampuannya menghidupkan karakter yang kompleks. Kesuksesan film terbarunya membawa Kana ke puncak popularitas. Ia diundang ke berbagai acara penghargaan, wawancara eksklusif dan sesi tanya jawab dengan penggemar.
Papa dan Mama Kana amat bangga dengan kesuksesan yang Kana capai. Kana yang semula dijatuhkan sampai titik terendah kini bisa berada di puncak karir berkat semua usahanya. Kana memang layak mendapatkan semua setelah apa yang ia alami.
Bukan hanya dalam karir saja, bisnis Kana juga berkembang meski kini mengalami sedikit penurunan. Kana yang cerdas tentu tak tinggal diam, ia terus belajar berbagai cara untuk kembali memajukan bisnisnya, termasuk mencari ide baru.
Dari kunjungannya ke kafe yang direkomendasikan Awan, Kana mendapatkan banyak inspirasi. Ia melihat bagaimana desain interior yang unik dan suasana yang nyaman dapat menarik banyak pengunjung. Ia juga terkesan dengan variasi menu makanan dan minuman yang ditawarkan kafe tersebut.
Kana mulai merenovasi interior kafe miliknya. Ia mengganti furniture yang sudah usang, menambahkan beberapa tanaman hijau dan menciptakan suasana yang lebih hangat dan nyaman. Selain itu, ia juga memperbarui menu dengan menambahkan beberapa pilihan makanan dan minuman yang lebih menarik, hasil konsultasi bersama karyawannya.
Dalam dunia literasi, Kana yang sebenarnya adalah Nyonya Pena menjadi semakin terkenal. Identitas Nyonya Pena yang tak pernah mau menunjukkan wajahnya menjadi semakin misterius dan membuat para pembaca makin penasaran. Penjualan buku karya Nyonya Pena laris manis dan menduduki peringkat pertama di toko buku negeri ini. Penulisannya yang apik ditambah kisahnya yang tak biasa membuat pembaca tak pernah bosan dengan kisah yang disajikan. Apalagi kini sudah dibuat film yang terinspirasi dari buku karya Nyonya Pena tersebut, penjualan buku sampai cetak beberapa kali. Sungguh pencapaian yang tak pernah Kana sangka.
Di balik semua pencapaian yang Kana raih, Kana menyimpan rasa sakitnya sendiri. Setahun lebih sudah berlalu sejak putusan cerai dijatuhkan untuknya. Pertanyaan 'kenapa ia diceraikan? Apa salahnya?' masih belum terjawab. Kini, orang yang sudah menyakiti, menceraikan dan meninggalkannya malah kembali datang. Dua-duanya, Awan dan Adnan.
Kana memejamkan matanya seraya memijat keningnya yang pening. Saat datang ke lokasi pemotretan. Kana terkejut saat melihat dua stand minuman bergambar dirinya menyambut kedatangan Kana. Pengirimnya jelas dua laki-laki yang sudah meninggalkan Kana, siapa lagi kalau bukan Awan dan Adnan.
Ternyata kekacauan yang terjadi bukan itu saja. Dua orang tersebut juga datang ke lokasi pemotretan dan berdiri di samping stand minuman yang mereka sediakan. Di sisi sebelah kanan ada Adnan dengan minuman juice mahal yang biasa ada di Mall. Di sisi sebelah kiri nampak Awan yang berdandan bak barista kopi kekinian.
"Apa lagi sih yang kalian berdua lakukan?" gumam Kana seraya menghela nafas lelah.
Tentu saja setiap ada keramaian, di situ ada wartawan yang datang. Berita mengenai Kana memang selalu menyita perhatian publik. Apalagi tentang kisah cintanya yang fenomenal dan penuh liku-liku. Bagaimana tidak fenomenal, baru menikah beberapa bulan, Kana sudah diceraikan. Tak ada yang tahu penyebab perceraian Kana karena itu wartawan terus memburu Kana yang dianggapnya suka menyimpan rahasia.
Kedatangan Kana langsung diserbu wartawan yang langsung menginterogasi Kana tentang kedua laki-laki yang mengirimi Kana minuman tersebut.
"Kana, apakah terjadi persaingan antara dua lelaki hebat di depan sana demi memperebutkanmu?"
"Kana, apakah kalian benar terlibat cinta segitiga seperti yang digosipkan?"
"Siapa yang akan kamu pilih, Kana? Awan si sutradara pemenang piala penghargaan atau kembali rujuk dengan Pak Adnan, mantan suamimu yang kaya raya dan dikabarkan akan kembali ke dunia politik lagi setelah sebelumnya vakum?"
Bagaimana Kana tidak memijat keningnya? Dua lelaki itu sungguh membuat kepalanya pening. Gemar sekali memancing kedatangan wartawan. Kalau sudah begini, Kana yang harus menyelesaikan apa yang dua lelaki itu perbuat.
"Ayo dong, Kana, jawab," desak salah seorang wartawan dengan sorot mata penuh harap.
"Apa yang mau aku jawab?" tanya balik Kana. "Seharusnya kalian tanya pada mereka berdua. Kenapa mereka hobby sekali mengganggu hidupku?"
"Kalau Kana harus memilih, siapa yang akan Kana pilih?" Pertanyaan yang Kana sendiri tak tahu jawabannya.
"Siapa yang harus aku pilih?" batin Kana. "Apa aku harus kembali pada Awan yang pergi meninggalkanku begitu saja saat aku hamil? Atau aku rujuk dengan Mas Adnan yang menceraikanku begitu saja padahal aku mempedulikan kesehatannya dan amat menyayanginya?"
Kana berdiri di tengah kerumunan wartawan yang menunggu jawaban darinya. Pertanyaan-pertanyaan mereka semakin membuat kepala Kana pusing. Ia tidak tahu harus menjawab apa. "Maaf, aku tidak bisa menjawab pertanyaan kalian saat ini," ujar Kana, berusaha menghindar.
"Yah ... jangan begitu dong, Kana! Kita mau tahu tentang kamu. Masa sih sekarang kamu pelit sama kita," protes salah seorang wartawan.
Kana yang memang memiliki hati yang sangat baik dan tidak tegaan, tentu saja merasa kasihan dengan para wartawan yang sudah menunggu dirinya untuk wawancara. Rasa kesal dan pusing kepala karena ulah dua orang di depannya kini berganti menjadi rasa iba dengan teman-teman sesama wartawan yang selama ini sudah banyak berjasa mengharumkan nama Kana.
Kana memaksakan senyum di wajahnya. "Maaf ya teman-teman, aku bukannya tidak mau memberitahu kalian mengenai hubunganku dengan siapapun. Jujur, saat ini aku tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun. Kalau kalian bertanya, aku pilih siapa di antara dua orang yang ada di depan sana, apa yang mau aku pilih? Mereka sendiri yang datang ke tempatku. Aku tidak mengundangnya. Jadi kalau kalian mau mendapatkan info yang lebih akurat, kalian tanya saja sama mereka. Oh iya, jangan lupa nanti kalian nikmati ya minuman yang mereka sediakan. Gratis." Kana tersenyum lalu berjalan meninggalkan gerombolan wartawan. Langkah Kana semakin pasti mendekati dua laki-laki yang menatapnya dengan penuh harap.
"Hi, Kana!" sapa Awan terlebih dulu.
"Hi, Na!" Adnan tak mau kalah, memanggil Kana dengan nama panggilan seolah hubungan mereka sangat dekat.
"Hi, aku mau mengucapkan terima kasih sama kalian yang sudah sangat perhatian dengan orang-orang di sekitar tempat kerjaku. Aku sangat menghargai kebaikan kalian mengirimkan minuman ini untukku. Tolong, nanti minumannya dibagikan ya dengan para wartawan dan kru yang bertugas. Aku mau kerja dulu. Sekali lagi, terima kasih." Dengan tegas Kana mengatakan apa yang harus ia katakan. Kana tak membiarkan dua lelaki di depannya berbicara. Ia meninggalkan dua laki-laki yang hanya bisa tercengang mendengar apa yang ia katakan tanpa sanggup membantahnya.
Adnan tersenyum seraya menatap punggung Kana yang berjalan menjauh. "Kamu memang semakin luar biasa, Kana. Semakin kamu seperti ini padaku, aku akan berusaha keras mendapatkanmu dan tak akan pernah kulepas lagi. Siapa suruh kamu membuatku lupa sama Rara? Kini, hanya kamu yang aku ingat dan kamu takkan kubiarkan lepas begitu saja!" batin Adnan.
****
Adnan saja belum tau belang Ratu