Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.29
Marcel tidak menggubris perkataan Widuri, dia tidak pergi meskipun Widuri meneriaki dirinya. Dengan sekali gerakan saja ia mengangkat dan membopong tubuh Widuri bak sekarung beras.
Huft!
"Kesabaranku sudah habis hanya olehmu!"
Pandangan Widuri hanya berupa tanah dan juga punggung Marcel, dengan rambut terburai menutupi wajah. Ia terus berteriak meminta turun serta tak berhenti meronta.
Marcel membawa Widuri dengan enteng, dibawanya menuju mobil dengan lampu depan masih menyala.
"Marcel...! Turunkan aku ... Brengsek!"
Widuri terus meronta, memukul punggung Marcel bahkan menendang pahanya beberapa kali namun Marcel tetap tidak menggubrisnya. Pria itu justru masuk ke dalam mobil dengan membawa serta Widuri.
Bruk!
Widuri terperangah, ia kaget saat Marcel mendudukan bokongnya dibalik kemudi membawa dirinya sekaligus dipangkuan.
"Kau gila!" desis Widuri yang kini duduk diatas kedua pahanya dengan kaki yang terlipat.
"Kau akan kabur jika kubiarkan duduk sendiri!" tukas Marcel yang sedikit gelagapan karena kesulitan mengendarai mobil karena terhalang Widuri.
Keduanya saling menatap, tak lama saling memalingkan wajah ke arah berbeda. Sejurus kemudian Marcel menghidupkan mesin mobil, tubuhnya sedikit maju dan membuat Widuri terhimpit. Dia juga memasangkan self belt, mengikat tubuhnya dengan Widuri bersamaan.
"Kau benar-benar gila. Hah!?" Widuri tak hentinya bercicit, namun Marcel tetap saja diam meski pukulan bertubi-tubi mendarat ditubuhnya.
"Brengsek! Kau gila!"
Marcel tidak berani menatapnya, tak juga menjawab, ia hanya fokus menatap ke arah depan, setelah itu ia melajukan kendaraan.
Keheningan menyerang tiba-tiba, keduanya saling berdiam diri. Tak terbayangkan lagi bagaimana detak jantung Marcel berpacu saat ini dengan kedekatan Widuri yang tanpa jarak. Pun dengan Widuri, ia berkali-kali menelan saliva karena mencium aroma tubuh pria dingin dan sulit ditebak itu.
"Apa jangan-jangan kau sebenarnya menyukaiku?" lirih Widuri tak lama kemudian karena keheningan yang membuatnya bosan.
Dengan wajahnya yang datar Marcel menjawab, "Tidak!"
"Kalau begitu kenapa kau tidak biarkan aku duduk sendiri saja. Kau fikir aku---?" ucapan Widuri terjeda saat tatapan Marcel mengarah padanya.
Laju kendaraan sedikit melambat, membuat atmosfir didalam mobil sedikit berbeda. Tatapan keduanya silih beradu satu sama lain. Dengan penuh kesadaran, Widuri semakin mendekatkan wajah ke arahnya, dengan inisiatif yang besar ia mengecup bibir Marcel dan penasaran bagaimana reaksi Marcel terhadapnya.
Setelah mengecupnya lama tanpa reaksi, Widuri melepaskan bibirnya, dan tampak kikuk karena Marcel yang berdiam diri saja tanpa membalas sedikitpun. Namun sejurus kemudian Marcel menangkup wajahnya, keduanya saling memandang begitu dalam. Widuri menunggu, dia bahkan memejamkan keduanya matanya dan sudah menduga apa yang akan Marcel lakukan dalam posisinya saat ini, tapi dia harus menelan kecewa karena Marcel nyatanya tidak melakukan apa -apa.
"Sial...!" rutuknya dalam hati. "Bisa-bisanya dia masih menahan diri seperti ini,"
Malu, tentu saja. Widuri tidak bisa menyembunyikannya, wajahnya merah dengan rasa dongkol sejadinya atas apa yang dia lakukan pada Marcel.
"Kau ini kerasukan setan?" tanya Marcel, membuat Widuri memalingkan wajahnya kembali.
Grep!
Marcel memindahkan tubuh Widuri ke jok disamping, begitu ringan seperti kapas yang baru saja keluar dari pohon randu. Setelahnya ia kembali memajukan kendaraan yang sempat terhenti.
Widuri memejamkan kedua mata, menyesali kebodohan yang dia perbuat. Lagi-lagi harus menelan kecewa akan sikap dingin Marcel.
Mobil berhenti disatu tempat yang asing bagi Widuri. Pria itu turun dan berjalan membuka pintu untuk Widuri, baru kali ini Widuri tidak merasakan sikap gentle seorang pria pada wanita pada umumnya dengan perlakuan kecil yang selalu dianggap manis, ia justru merasa sebagai seorang tawanan yang disandera tentara perang. Sikap dingin Marcel akan sulit dia tembus.
Marcel menarik pergelangan tangannya, takut sekali jika Widuri kembali histeris dan berusaha kabur. Padahal niatnya baik menurutnya, ia tidak akan menyakiti.
"Aku tidak akan bisa kabur dari mu! Kenapa kau memperlakukanku sejahat ini, Marcel! Dasar bede bah!"
"Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan selanjutnya!"
"Memangnya apa yang kau takutkan, lepaskan aku... Biarkan aku jalan sendiri! Aku bukan budakmu!" dengus Widuri menepis tangan Marcel.
Pria itu membiarkan berjalan lebih dulu, Widuri masuk ke dalam gedung dengan suasana pesta.
What pesta!
Betapa tercengangnya Widuri begitu sampai di dalam, musik mengalun indah dengan suasana temaram dari lampu-lampu taman. Meja berisi makanan dan juga minumam terhidang rapi, juga kolam renang dengan beberapa gadis berpakaian bikini.
"Kau tidak bilang kita akan ke pesta! Kau lihat penampilanku yang kucel ini?" cicit Widuri pada Marcel yang berdiri tepat disampingnya.
"Tidak perlu berlebihan, mereka juga tidak akan peduli pada mu!" tukas Marcel dingin, setelahnya ia berlalu meninggalkan Widuri.
"Sialan. Lalu untuk apa dia mengajakku kemari!" dengusnya seraya menatap kepergian Marcel. "Aku lompat saja tadi kalau tahu begini!"
Tidak punya pilihan lain, Widuri memilih pergi menuju meja berisikan banyaknya hidangan pesta. Dia menyuap beberapa kue sampai mulutnya penuh, mengunyah dengan kesal tanpa ingin peduli lagi pada Marcel.
Saat sedang menikmati camilannya, Widuri tertegun melihat sesuatu yang membuatnya merinding. Kedua matanya membola sempurna saat itu juga.
"Daniel, Reno!"
Diujung sana, terlihat kedua pria tengah mengobrol dengan beberapa orang. Tampak sedang santai diselingi tawa canda.
Widuri menelan kunyahannya dengan susah payah saat melihat pasangan dengan orientasi sek s berbeda itu terlihat bermesraan secara terang-terangan.
Dia berdecak tak percaya, bisa-bisanya bertemu mereka ditempat ini. "What the f u CK!"
Dengan cepat ia berbalik, ingin menghindar supaya tidak mesti bertegur sapa apalagi mengetahui dirinya ada disana. Namun sayang, Reno telah lebih dulu melihatnya.
"Lihat sepupumu ada disini," katanya pada Daniel, setelah itu ia berjalan menghampirinya.
Daniel mencekal lengan kekasihnya. "Jangan ganggu dia, Ren!"
Reno tersenyum ke arahnya, menepis lembut tangan Daniel dilengan kirinya. "Tidak akan sayang, aku hanya ingin menyapanya saja!"
Reno benar-benar menghampiri tepat pada saat Widuri hendak pergi.
"Kau datang rupanya Widuri?"
Langkah Widuri terhenti, mau tidak mau ia berbalik dan tersenyum sinis.
"Oh hai... Kau juga disini rupanya?" sapanya manis, lalu melirik pada Daniel dibelakang Reno. "Kau juga datang, Daniel?"
"Bagaimana. Apa kau sudah menemukan Romeomu itu?" ujar Reno menyela. "Waktumu hampir habis, Widi."
Widuri berdecak kecil, "Jangan panggil nama kecilku, kita tidak sedekat itu Reno! Daniel, tolong kasih tahu pacarmu kalau aku tidak suka ada orang asing yang memanggil nama kecilku!"
"Reno, sudahlah... Ayo kita pergi!" Daniel ingin mencegah segala sesuatu yang akan memperburuk keadaan setelah kejadian tempo hari di rumah.
"Oh ayolah, aku hanya sedang bertanya pada calon pengantinku ini." Reno terlihat serius, membuat Daniel melepaskan tangannya takut. "Ayolah Widi, aku hanya bertanya saja, bukankah kau sudah harus membuktikan ucapanmu?"
Widuri menggigit bibirnya, ingin sekali ia mengambil botol dan memukul kepala Reno saking kesalnya, bisa-bisanya pria itu bertanya padahal situasi sedang rumit. Marcel mana Marcel.
Kedua mata Widuri gesit berkeliling mencari keberadaan Marcel dan menemukannya tengah bicara dengan seseorang didekat kolam renang. Tak sadar bibirnya tersungging tipis setelah melihatnya.
"Kau tenang saja, aku sudah menemukannya. Tunggu disini dan aku akan buktikan ucapanku padamu!"
Gadis itu bergegas menyambangi Marcel yang tengah serius bicara pada seseorang. Langkah kakinya lebar dan segera menyentuh bahunya.
"Sayang, kau disini rupanya. Aku mencarimu kemana-mana!" ucapnya seraya tersenyum.
Marcel sedikit terhenyak, ada apa dengannya kali ini.
"Tolong aku cepat... Ini gawat!" katanya lagi dengan tersenyum pada rekan disamping Marcel.
"Ada apa lagi? Kau ini sela---!"
"Cepatlah tidak ada waktu lagi, disana... Disana ada," ujarnya dan langsung mencegah Marcel yang hendak melirik arah tempat lain yang ditunjuknya. "Jangan-jangan, jangan kau lihat. Yang pasti mereka sedang memperhatikan kita. Sekarang kau cium aku, cepat!"
"Apa?"
"Cepat Marcel, cium aku sekarang juga!"