Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Assalam mu'alaikum bi." Devan masuk ke dalam rumah kontrakan Sabira dengan banyak tentengan di tangannya.
"Wa'alaikum salam, loh... Den Devan bawa apaan, kok banyak banget? " kaget bi Tuti.
"Tolong bantuin dulu bi, nanti liat di dalam." ucap Devan dengan sedikit kesusahan membawa beberapa kantong belanjaan.
"Hehehe... Maaf Den." kekeh bi Tuti membantu Devan membawa belanjaan ke arah ruang dapur.
"Haa.... Capek juga ya, bawa barang beginian." keluh Devan menghenyakan pantatnya di kursi makan.
"Lagian aden belanja apaan sih, sampai sebanyak ini." kekeh bi Tuti.
"Biasa lah bi, belanja cemilan dan minuman si adek, aku liat akhir akhir ini, teman temannya suka kumpul di sini, ya udah aku sediain cemilan dan minuman, ada buah buahan sama seafood juga, biar si adek nggak perlu belanja lagi. " sahut Devan tanpa beban.
Beberapa hari ini memang Devan jarang ke rumah sang adik, karena dia sedang sibuk di kantor, maklum akhir tahun, jadi banyak yang harus dia selesaikan.
Namun walau begitu, Devan tidak abai untuk memantau sang adik, dia sengaja memasang CCTV di rumah adiknya, agar dia bisa sewaktu waktu memantau adiknya.
"Ohhh... Iya den, sekarang teman temannya non Bira suka kumpul di sini, karena sebentar lagi non Bira kan mau ujian kelulusan, jadi mereka belajar bersama di sini, tepatnya non Bira jadi guru privat mereka." terang bi Tuti.
Devan mengangguk tanda mengerti.
"Kenapa nggak pada belajar di luar aja bi, di cafe atau di mana gitu? " tanya Devan.
"Non Bira yang nggak mau Den, non Bira malas untuk keluar rumah, klau bukan untuk sekolah, latihan atau urusan mendesak yang mengharuskan non Bira keluar rumah, dia lebih suka diam di rumah." ucap bi Tuti apa adanya.
Lagi lagi Devan mengangguk, memang dari dulu adiknya memang suka mengurung diri di kamar, sesekali akan keluar dan pulang ke rumah hampir larut malam, prasangkanya dulu sangat buruk kepada sang adik, tanpa bertanya adiknya pergi kemana ada urusan apa, lebih percaya dengan aduan Aura, nyatanya adiknya klau keluar sedang mengikuti perlombaan, atau kejuaraan apa.
Sungguh rasanya dada Devan merasa sesak, klau mengingat masa lampau.
"Oh... Iya, aden sudah tau belum, klau lulus sekolah, non Bira mau kuliah dimana? " tanya bi Tuti yang sibuk menyusun semua belanjaan Devan ke dalam kulkas dua pintu itu.
"Belum bi, belum sempat nanya aku, memang bibi sudah tau, Bira sudah mempunyai pilihan kampus? " tanya Devan penasaran.
Bi Tuti mengangguk santai.
"Sudah." sahut bi Tuti.
"Di mana bi? di UI, Paramadina, atau dimana? " semangat Devan.
Bi Tuti menggelengkan kepalanya, tanda tebakan Devan itu salah.
"Emang mau kemana bi? " ucap Devan sambil meminum segelas air dingin
"Non Bira mau kuliah di Paris, den." sahut bi Tuti yang masih asik menyusun belanjaan.
Byuurrr ....
Uhuk... Uhuk... Uhuk...
"Den, astaga, aden kenapa? " panik bi Tuti lansung bergegas mendekati tuan mudanya.
Devan menahan sesak di dada, juga perih di hidungnya, dan matanya memerah, karena tersedak air minum, gara gara mendengar jawaban bi Tuti.
"Bi." panggil Devan lirih.
"Iya, apa yang sakit." tanya bi Tuti khawatir.
Devan menggelengkan kepalanya.
"Bibi nggak salah dengar kan, klau adek mau kuliah ke Paris? " tanya Devan menatap bi Tuti lekat.
Hatinya berdenyut nyeri, adik bungsu yang baru saja bisa dia taklukan hatinya, tanpa di sangka mau pergi meninggalkannya di sini, adik nya memilih pergi lebih jauh dari jangkauannya.
"Tidak, itu sudah sangat lama di rencakan sama non Bira, sebelum non Bira keluar dari rumah, dia sudah berniat untuk kuliah di Paris." jelas bi Tuti.
"Kenapa? kenapa harus kuliah jauh, di sini juga banyak kampus bagus? " lirih Devan menahan sesak di dadanya.
Tidak rela rasanya dia harus berjauhan dengan sang adik.
"Non Bira ingin mengejar cita citanya jadi menjadi designer terkenal, dan dulu dia ingin melupakan rasa sakitnya dan memulai hidup baru di negeri orang, tanpa di hantui bayang bayang masa lalu." aku bi Tuti yang memang benar adanya.
Tes...
Tidak terasa air mata lansung mengalir di pipi Devan, sesakit itu kah adiknya, sampai sampai ingin melupakan keluarganya dan hidup sebatang kara di negeri orang.
Hiks...
"Sesakit itu kah adik ku bi, sampai sampai dia ingin pergi jauh dari ku, sejahat itu kah aku selama ini bi." isak Devan.
Bi Tuti tidak tau harus berbuat apa, ingin sekali dia merutuki dirinya, kenapa bisa dia keceplosan.
"Loh, abang kenapa nangis? " tanya Sabira yang baru pulang sekolah.
Devan lansung menatap adiknya dengan tatapan pilu.
Tentu saja membuat Sabira bingung.
Sabira melirik ke arah bi Tuti, seolah olah bertanya.
"Maaf." lirih bi Tuti dengan rasa bersalah.
Makin bingung Sabira melihat itu.
"Ada apa sih? " ujar Sabira makin penasaran.
Devan mendekat ke arah sang adik, dan memegang kedua tangan adiknya dengan lembut.
"Apa benar adek mau kuliah ke Paris? " tanya Devan lirih dan tatapan sendunya.
Huufff....
Sabira membuang nafas kasar, rupanya ini yang membuat ke dua orang yang dia sayangi bersedih.
Sabira membawa abangnya ke ruang tamu sekaligus ruang keluarga dan duduk di sofa, Devan bagai di cucuk hidungnya menurut saja saat di tarik sang adik.
"Jawab dek? " ujar Devan yang sudah tidak tahan ingin mendengar jawaban sang adik.
Sabira menganggukan kepalanya.
"Kenapa? kenapa adek pergi jauh, apa adek belum bisa memaafkan abang, makanya adek ingin menjauh dari abang? " lirih Devan dengan mata yang sudah berkaca kaca, sungguh dia tidak rela adiknya jauh darinya.
Sabira menundukan kepalanya, apa yang di ucapkan oleh abangnya memang ada benarnya, dia ingin menjauh dan menghilang dari keluarganya, dia ingin hidup sendiri tanpa ikut campur keluarganya, dia ingin maju dengan dirinya sendiri tanpa ada embel embel nama besar keluarganya.
"Kenapa diam, benar adek masih belum bisa memaafkan kan abang, tolong kasih tau abang, bagaimana cara meminta maaf sama adek, agar adek bisa memaafkan abang." lirih Devan yang mulai terisak.
Sabira pun tidak bisa tidak meneteskan air matanya.
"Tolong kasih tau abang dek, abang akan lakukan apa pun itu, asal kamu memaafkan abang dan kamu tidak pergi ke negara lain, cukup kuliah di sini saja, temanin abang, jangan tinggalkan abang sendiri." ujar Devan dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
"Bang, awalnya memang Bira mau pergi keluar negeri karena ingin menghilang dari kalian, ingin memulai hidup baru Bira di sana, membuang rasa sakit Bira, dan ingin membuktikan kepada kalian, tanpa nama besar Rajendra, Bira bisa sukses." jujur Sabira.
"Bira sakit hati, Bira benci, kalian nggak pernah memperhatikan Bira seperti kalian memperhatikan kak Aura, kalian pilih kasih, kalian nggak adil, mentang mentang Bira diam, kalian anggap Bira baik baik saja, padahal Bira sedang hancur karena tidak pernah di anggap sama keluarga Bira sendiri, dia hanya fokus sama anak dan saudara angkat kalian, Kalian melupakan Bira yang masih sangat membutuhkan perhatian kalian, kalian sibuk sendiri, tanpa tau Bira ini juga butuh kalian, dan yang paling Bira benci, kalian terlalu percaya sama aduan kak Aura yang belum tentu itu benar, tapi kalian selalu memarahi Bira tanpa kalian minta kejelasan dari Bira." Sabira menumpahkan semua uneg unegnya yang selama ini dia tahan.
Devan menarik Sabira kedalam pelukannya, sungguh dia sangat bersalah kepada sang adik, penyesalan Devan makin menggunung saat mendengar keluh kesah adiknya itu.
"Maaf." hanya satu kata itu yang mampu terucap dari bibir Devan.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
kok msh bsa bertanya
heraaaaann
eh... kafan apa Kaifan ya?
ahh dasar sekutu pengkhianat luu..
saat sekutumu sudah tidak lagi punya power Lo tinggalkan..🤣🤣🤣
krna hati sabira sdh hambar dgn kezdoliman kalian slm ini... keluarga lucnut...