Boy Alexander, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang asisten yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada keluarga Keano. Selain itu, dia juga adalah pemimpin tim keamanan dari semua pengawal di keluarga Keano.
Sebelum diadopsi, dia tinggal di panti asuhan, sehingga dia tidak tahu siapa orang tuanya dan dia tidak tahu tentang jati diri dia yang sebenarnya.
Sebuah kesalahpahaman membuat dia harus menikah dengan sang nona muda, membuat Boy dipandang rendah oleh mertuanya, mengingat status Boy hanyalah seorang asisten.
Siapa sangka ternyata Boy adalah seorang pewaris yang berasal dari keluarga terpandang. Ketika Boy baru saja dilahirkan, ayahnya sudah tiada. Boy telah dibuang oleh kakeknya ke panti asuhan karena tidak ingin memiliki cucu yang berasal dari darah orang miskin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Jasmine sangat merasakan bahagia, akhirnya sapu tangan pemberian dari Adnan telah kembali padanya. Wanita itu memeluk sapu tangan tersebut dengan erat sambil menangis.
"Mas, aku bertemu dengan seseorang yang mirip sekali denganmu. Padahal anak kita sudah meninggal. Tapi kenapa aku sangat penasaran sekali dengannya."
Jasmine berkata sambil menghapus air mata yang sedari tadi mengalir membasahi pipinya.
Sebenarnya dia ingin sekali menyuruh seorang detektif untuk mencari tahu tentang Boy, tapi sampai kini pergerakannya selalu dibatasi oleh Tuan Alam. Apalagi kondisi kakinya yang lumpuh, membuat dia tidak bisa pergi kemana-mana. Malam ini dia diijinkan pergi karena Alexa yang menjemputnya.
Hanya Alexa satu-satunya orang yang bisa membuat Jasmine mengetahui apapun tentang Boy. Jasmine sangat yakin pasti Alexa tahu banyak tentang pria itu. Dia hanya penasaran dengan latar belakang Boy. Kehadiran Boy, membuat dia teringat kepada Marshel. Apalagi hari ulang tahun Boy dan Marshel sama.
...****************...
"Pokoknya aku gak akan mengharapkan pria kaku itu lagi."
Terdengar suara Alexa yang sedang berteleponan dengan Rachel. Gadis cantik itu rupanya habis menangis, sampai banyak sekali tisu bertebaran di lantai kamar.
"Jadi itu alasan kamu tidak menginap di mansion Oma Margaretha, karena kamu memutuskan untuk tidak mengharapkan Boy lagi? Padahal aku menginap disini karena kamu yang minta. Kamu bilang malam ini kita akan merayakan hari ulang tahunnya Boy." Terdengar suara Rachel di sebrang sana.
Saat ini Rachel sedang berbicara dengan Alexa dengan suara pelan, karena tidak ingin membuat Maxime terbangun dari tidurnya.
Alexa terdiam. Dia lupa dengan rencananya bersama dengan Rachel, mungkin karena dia mulai merasa lelah mengharapkan seseorang yang sangat acuh kepadanya. Lagi pula Alexa merasa bahwa dia sama sekali tidak ada artinya bagi Boy. Sehingga apa yang sudah dia lakukan pada Boy hari ini tidak akan berarti bagi pria itu.
"Lalu bagaimana kalau kamu hamil, Alexa? Malam itu kan kamu dan Boy sudah emm... melakukan adu mekanik?" tanya Rachel kembali.
Wajah Alexa nampak memerah ketika diberikan pertanyaan seperti itu. Membuat dia teringat ketika dia pernah tidur satu ranjang dengan Boy, walaupun mereka tidak melakukan apa-apa. "Kita memang tidak melakukannya. Aku masih perawan. Cuma masalahnya aku udah terlanjur berbohong sama papa kalau aku sudah melakukannya dengan Boy."
"Ya ampun, kamu nekad banget, Alexa." Rachel menepuk jidatnya sendiri.
"Aku melakukannya karena aku tidak ingin dijodohkan dengan Erick. Tapi aku juga sadar kalau aku gak bisa memaksa Boy untuk menikah denganku, hanya karena ingin menggagalkan perjodohan aku dengan Erick." Alexa berkata sambil memeluk boneka shaun the sheep kesayangannya.
"Lalu apa rencanamu kamu sekarang?" tanya Rachel lagi.
"Sebenarnya aku mau bicara jujur sama papa. Tapi ternyata papa gak akan pulang malam ini, ada urusan mendadak di luar kota. Mungkin besok papa akan pulang ke Jakarta. Aku memang harus bicara jujur sama papa, aku tidak ingin membuat papa kecewa sama Boy. Biar masalah ini menjadi rahasia kita berdua ya, Hell. Aku gak mau Maxime menggunakan kekuasaannya untuk membuat Boy membalas cintaku."
Alexa tidak ingin Boy membalas cintanya karena keterpaksaan. Walaupun sebenarnya jika dia bersikap egois, Boy pasti akan mengikuti perintah dari Maxime ataupun Nenek Margaretha.
Sebagai seorang teman yang baik, Rachel pun mengabulkan permintaan Alexa. "Oke. Kalau memang itu maumu, Lexa."
Setelah selesai berteleponan dengan Rachel, Alexa pun terdiam sambil memeluk erat boneka shaun the sheep. Sepertinya malam ini dia tidak akan bisa tidur. Mungkin karena dia sedang merasakan patah hati.
"Hm, pasti malam ini dia tidur sangat nyenyak. Mungkin karena dia merasa sangat bahagia, tidak akan diganggu lagi olehku." gumamnya dengan pelan.
semoga itu boy bukan si asisten Rozi 😬😬
Alexa cuma cocoknya sama Boy😘😁