NovelToon NovelToon
Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil

Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Mahkota Pena

Cerita ini mengisahkan sepasang suami isteri yang sudah dua tahun lamanya menikah namun tidak kunjung diberikan momongan.
Mereka adalah Ayana dan Zulfahmi.
Namun karena desakan sang ibu yang sudah sangat mendambakan seorang cucu dari keturunan anak lelakinya, akhirnya sang ibu menyarankan untuk menjodohkan Fahmi oleh anak dari sahabat lamanya yang memiliki anak bernama Sarah agar bisa berpoligami untuk menjadi isteri keduanya
Rencana poligami menimbulkan pro dan kontra antara banyak pihak.
Terutama bagi Ayana dan Fahmi sendiri.
Ayana yang notabenenya anak yatim piatu dan tidak memiliki saudara sama sekali, harus berbesar hati dengan rencana yang mampu mengguncangkan jiwanya yang ia rasakan seorang diri.
Bagaimanakah kelanjutan kisah Ayana dan Fahmi?
Apakah Ayana akan menerima dipoligami dan menerima dengan ikhlas karena di madu dan tinggal bersama madunya?
Ikuti kisahnya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengajar Baru, Bernama Difa Azahra

"Ya ampun, sudah jadi kakek-kakek dong kamu nanti. Waktuku bersama kamu tersita selama itu, ya Allah. Lama sekali!" Ayana terlihat sedang berpikir masa muda nya tersita begitu banyak.

Padahal ia sangat menginginkan, hari-hari bersama Fahmi hingga sampai kakek dan nenek.

Namun, diusia Fahmi nanti menjadi kakek-kakek pun, akan tetap masih bertugas sebagai Pilot.

"Hahahaha, memang itu sudah menjadi profesiku, sayang!" Peluk Fahmi pada tubuh Ayana.

"Apakah bisa, jika sebelum usia enam puluh lima tahun seorang pilot mengundurkan dirinya?" Tanya Ayana kepada Fahmi.

Fahmi mengerutkan dahinya.

"Bisa, jika kondisi kesehatan pilot kian menurun dan tidak dapat terbang dalam jangka panjang. Dikatakan, sang pilot bermasalah dengan kesehatannya dalam waktu yang begitu lama." Jelas Fahmi.

"Oh begitu, ya sudah deh. Pekerjaan itu sudah menjadi keinginan kamu sedari kecil. Aku sebagai isteri hanya bisa memberikan support dan do'a yang terbaik untuk kamu. Yuk, kita istirahat." Ayana tampak membalas pelukan Fahmi dan menaikan selimutnya.

"Masya Allah, yuk kita istirahat."

***

"Kak, besok aku akan izin sehari. Boleh kah?" Ayana berada diruangan Zidan, ia duduk menghadap Zidan yang tengah sibuk dengan layar laptopnya.

"Mau pergi kemana, Za?" Tanya Zidan dengan mata masih menatap layar laptop.

"Mau periksa ke dokter, lalu setelah itu mau jalan-jalan dengan Mas Fahmi." Jelas Ayana.

Zidan kemudian mengalihkan pandangannya mengarah ke wajah Ayana.

"Ke dokter? Periksa apa? Apakah kamu atau Fahmi sedang sakit?" Tanya Zidan.

"Tidak kak, aku dan Mas Fahmi ingin periksa kesehatan saja. Karena, pernikahan kita sudah hampir setahun namun belum juga diberikan momongan." Jelas Ayana kembali.

Zidan mengangguk perlahan.

"Oh begitu ya, boleh deh. Sehari saja kan?" Tanya Zidan.

"Iya sehari saja. Aku tidak bisa meninggalkan anak-anak terlalu lama, kasihan mereka." Ucap Ayana.

Zidan pun sudah memahami apa yang dimaksud oleh Ayana, karena itu suatu hal yang sama persis sedang ia pikirkan.

"Baiklah, semoga hasilnya yang baik-baik ya, Za." Ucap Zidan memberikan izin kepada Ayana.

"Syukron ya, Kak Zid. Aamiiiin yaa robbal'alamin. Kalau begitu, aku kembali mengajar ya, Kak. Assalamu'alaikum." Ucap Ayana.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Zidan.

Ayana pun segera pergi meninggalkan Zidan didalam ruangan.

Sepeninggal Ayana, tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu pada ruangan Zidan.

Tok..

Tok..

Tok..

"Assalamu'alaikum." Ucap seorang wanita berpakaian syar'i hendak masuk kedalam ruangan Zidan.

Zidan pun segera menjawab salam.

"Wa'alaikumsalam, silahkan masuk." Perintah Zidan.

Seorang wanita berpakaian syar'i berwarna biru tua senada memasuki ruangan Zidan.

"Alafu, Kyai. Perkenalkan nama saya, Difa. Saya yang sudah mengirimkan CV untuk menjadi pengajar di Pesantren ini, Kyai." Ucap wanita bernama Difa.

Ya, Difa Azahra. Ia lulusan Pondok Pesantren dari Jawa Tengah. Sejak lulus Madrasah Ibtidaiyah, ia melanjutkan Madrasah Tsanawiyah kemudian lanjut Madrasah Aliyah dan juga sekaligus mondok selama kurang lebih enam tahun lamanya.

Ia berniat ingin melanjutkan kuliah, namun karena terhalang oleh ekonomi keluarga yang tidak memadai, akhirnya ia mengurungkan niatnya. Dan ia ingin mengumpulkan uang terlebih dahulu dari hasil mengajar, agar bisa kuliah suatu hari nanti.

Wajahnya begitu cantik, berkulit putih bersih, matanya lentik dengan hidung mancung dan bibir yang mungil.

"Baik, silahkan duduk." Perintah Zidan.

"Boleh ceritakan diri kamu, dan pengalaman apa saja sebelum kamu melamar untuk menjadi pengajar disini." Perintah Zidan kepada Difa.

Difa terlihat begitu antusias menjelaskan dirinya. Sesekali Zidan memandang wajahnya.

Namun, Zidan tahu batasan, ia tidak ingin berlama-lama dengan Difa didalam ruangannya.

"Baik, kalau begitu. Kamu saya terima untuk menjadi pengajar di Pesantren ini. Mulai besok, kamu sudah boleh mulai mengajar." Ucap Zidan kepada Difa.

"Baik, Kyai. Syukron!" Jawab Difa.

"Tunggu sebentar ya." Ucap Zidan.

Zidan langsung menelepon Kamal. Untuk menjemput Difa yang berada diruangannya.

Tidak lama kemudian, Kamal datang.

"Assalamu'alaikum, Kyai. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Kamal.

"Wa'alaikumsalam. Kamal, perkenalkan ini Difa. Difa akan mengajar disini, kamu bawa dia untuk memperkenalkan area Pesantren dan metode apa saja yang diterapkan di sini. Besok Difa akan mulai mengajar." Jelas Zidan kepada Kamal.

"Baik, Kyai. Apakah tidak sebaiknya Umi Ayana yang menjelaskan kepada mbak Difa?" Sahut Kamal.

"Ayana, sedang mengajar. Sudah tidak apa-apa, dengan kamu saja." Perintah Zidan.

"Baik, Kyai... Mari mbak Difa." Ucap Kamal dengan mengajak Difa untuk pergi.

"Saya permisi dulu, Kyai. Assalamu'alaikum." Ucap Difa hendak pergi meninggalkan Zidan.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Zidan.

Kamal pergi bersama dengan Difa.

Zidan kini telah dipanggil sebagai seorang Kyai. Sebagai pengasuh Pondok Pesantren, ia juga telah memiliki santri dan santriwati dengan jumlah puluhan.

Begitu pesat perkembangan Pesantran Ar-Rahman milik Zidan. Dengan bantuan Ayana, Pesantren sudah mendapatkan posisi dihati masyarakat.

Banyak yang berbondong-bondong datang untuk menitipkan anak-anaknya menuntut ilmu di Pesantren Ar-Rahman.

Belum ada satu tahun, santri dan satriwatinya sudah mencapai empat puluhan anak.

Sungguh diluar dugaan bukan?

***

"Mbak Difa, kenalkan saya Kamal. Mbak dari mana asalnya?" Tanya Kamal memulai pembicaraan ketika sudah mengenalkan seluruh area Pesantren dan lengkap dengan metodenya.

"Aku Difa, aku berasal dari Jawa Tengah." Jawab Difa.

Kedua menyusuri jalan dengan jalan yang begitu lambat.

"Oh, kenapa bisa sampai kesini?" Tanya Kamal.

"Iya, aku berniat datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Namun, ternyata aku mendengar ada sebuah Pesantren yang sedang membutuhkan pengajar, makanya aku mencoba apply CV ke email yang tertera." Jelas Difa.

Kamal mendengarkan dengan seksama.

"Hmm.. Alhamdulillah diterima ya, mbak." Jawab Kamal.

"Alhamdulillah, seperti jangan panggil aku dengan sebutan "Mbak" deh. Panggil saja aku Difa." Pinta Difa kepada Kamal.

"Tidak lah, mbak Difa. Biar bagaimana pun, posisi kamu disini lebih tinggi, Mbak Difa. Tidak pantas jika aku hanya memanggil dengan sebutan nama saja." Jawab Kamal.

Difa pun tersenyum.

"Sudah, lupakan saja. Oh iya, apakah Kyai Zidan mengasuh Pondok Pesantren ini seorang diri?" Tanya Difa mulai penasaran dengan kehidupan dan pribadi Zidan.

"Pemilik Pesantren ini memang Kyai Zidan, namun ia juga mempercayakan Pesantren ini kepada Umi Ayana. Jadi, jika Kyai sedang tidak berada di tempat, maka kita harus melaporkan atau meminta segala sesuatunya kepada Umi Ayana." Jelas Kamal.

"Umi Ayana? Apakah beliau isteri dari Kyai?" Tanya Difa kembali seperti ingin mengetahui pribadi Zidan dan Ayana.

"Bukan, mbak. Umi Ayana adalah teman kecil Kyai sewaktu masih di Pesantrennya dulu. Beliau juga kebetulan adik ipar Kyai Zidan." Kamal begitu detail menjelaskannya.

Difa tampak serius mendengarkan cerita Kamal.

"Oh, begitu. Jadi, Kyai belum menikah?" Tanya Difa.

"Belum, mbak. Namun, Kyai begitu akrab dengan Umi Ayana. Menurut pandangan kami semua selama disini, sepertinya Kyai menyukai Umi Ayana sedari dulu, namun Kyai hanya memendam rasa itu walaupun kini Umi sudah menikah dengan adik dari Kyai." Kamal malah menjadi mengghibah Kyai nya sendiri. Hmm..

"Mengapa Kyai tidak mengungkapkan saja perasaannya kepada Umi, sebelum Umi menikah dulu ya?" Difa mengimbuhkannya.

"Iya, mbak. Kami juga kurang paham." Jawab Kamal.

Agata yang sedari tadi melihat Kamal dan Difa berbincang-bincang, langsung memanggil Kamal.

"Kamal.. Kamal.."

***

"Kak Zid, aku pulang lebih awal boleh tidak, Kak?" Ayana bertanya kepada Zidan kemudian ia duduk dikursi yang menghadap ke Zidan.

Zidan yang masih merapihkan pekerjaannya bergegas ia cepat-cepat menyelesaikannya.

"Buru-buru sekali, kamu? Ada apa?" Zidan balik bertanya.

"Nanti malam, Mas Fahmi pulang. Lalu, besok akan aku pergi!" Jawab Ayana.

"Hmmm.. Tunggu sebentar. Kamu pulang bareng aku saja. Nanti aku kena salah oleh Fahmi. Disangka aku tidak bisa menjaga kamu." Zidan bergegas untuk pulang ke rumah bersama dengan Ayana.

Ia tidak ingin menelantarkan Ayana begitu saja, karena Fahmi telah mempercayakan dirinya untuk selalu menjaga Ayana ketika Fahmi sedang bertugas.

"Baiklah. Oh iya, Kak. Dengar-dengar ada pengajar wanita baru ya?" Tanya Ayana.

Zidan yang masih membereskan barang-barangnya seraya menjawab pertanyaan dari Ayana.

"Iya, namanya Difa. Nanti kalau kamu sudah bertemu, kamu berikan arahan lebih lanjut ya. Tadi, aku sudah menyuruh Kamal untuk mengenalkan area Pesantren dan metode disini. Semoga ia betah dan cepat beradaptasi dengan yang lainnya. Terutama kamu!" Pinta Zidan.

Ayana mengerutkan dahinya.

"Hmm.. Dia cantik tidak, Kak?" Tanya Ayana kembali.

Zidan menoleh kearah Ayana secara mendadak.

"Cantik, lumayan manis juga." Zidan sengaja menjawabnya, agar ia dapat melihat ekspresi wajah Ayana akan berubah atau tidak.

Benar saja, Ayana yang semula berseri-seri, kini berubah sedikit masam.

(Yes, apakah kamu cemburu, Za?) 

Batin Zidan terkekeh.

"Kenapa, Za? Ada yang salah, kah?" Imbuh Zidan.

Ayana membuang wajahnya.

"Mengapa kamu tidak menikah saja dengannya?"

1
♡Ñùř♡
kmu kurang garcep sih,mk nya keduluan fahmi😁
Mahkota Pena: hihihi iya nih 😁
total 1 replies
♡Ñùř♡
aku mampir thor...
Mahkota Pena: thank you yaa.. semoga terhibur dengan alur ceritanya ☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!