"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh tiga
Di dalam mobil, Helena terus merintih kesakitan pada perut bagian bawahnya. Bi Ayu di sampingnya terus berusaha menghubungi Damian namun satupun teleponnya tidak di tanggapi oleh laki-laki itu.
"S-sakit, Bi. Perut saya sakit sekali, akkhhh. " rintih Helena mengadu kesakitan, meremas kuat tangan Bi Ayu saat rasa sakit dibagian bawah perutnya semakin menjadi.
"Tahan, bu. Kita sebentar lagi sampai di rumah sakit, pak Tarno tolong di cepat sedikit bawa mobilnya, bu Helena sudah kesakitan sekali ini. " pinta Bi Ayu dengan panik, belum lagi di rasakannya bahwa tubuh Helena semakin melemah di sampingnya.
Pak Tarno sama paniknya, menambah kecepatan laju mobil di kendarai nya dengan keringat dingin membanjiri tubuhnya, hingga tiba-tiba saja di depan jalan sana ada sebuah mobil truk yang melaju unggal-unggalan menerobos pada pengendara lainnya.
"Pelan kan laju mobilnya, pak. Ada truk besar di depan, hati-hati pak!"
Belum sempat pak Tarno menghindar, mobil truk yang di duga pengendara tersebut tengah dalam keadaan mabuk, menerjang laju dan menabrak mobil mereka dan pengendara lain hingga terpental jauh menuju pembatas jalan.
Orang-orang sekitar yang melihat kejadian naas tersebut sontak beramai-ramai mengerubungi kecelakaan tersebut, menolongi korban kecelakaan untuk mereka bawa ke rumah sakit. Helena yang masih tersisa sedikit kesadarannya, menatap nanar pada kecelakaan masal yang kini kembali di rasakannya.
Apakah sampai disini saja akhir kisah hidupnya? Mau itu di kehidupan sebelumnya maupun yang sekarang. Air matanya membasahi wajahnya yang sudah di lumuri darah, hingga akhirnya Helena menutup mata tak sadarkan diri.
•••••••••
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di hotel tempat Damian mereka menginap, kini ramai mengerubungi satu kamar hotel yang mendapati dua sepasang wanita dan laki-laki yang terciduk tidur di satu ranjang tanpa adanya status pernikahan di antara keduanya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Dellia dan karyawan laki-laki hotel tersebut. Ini lah musibah besar yang di katakan Niko semalam yang akan menimpa Dellia besoknya, ekspresi kesal dan malu kini Dellia tampakkan saat bangun paginya malah disambut dengan keadaan yang begitu mengejutkan.
Makin terkejut saat mengetahui bagaimana keadaannya kini, berbaring di satu ranjang dengan karyawan hotel yang semalam dia kerjakan untuk membuatkan kopi berisi obat tidur, belum lagi dengan tubuh atasnya hanya di tutupi dalaman.
"Ada apa ini? Kenapa kalian semua ada disini? " ujar Dellia masih dalam kebingungan, menatap laki-laki yang tidur di sebelahnya dengan wajah merah padam. "Kamu?! Kenapa bisa kamu ada disini, hah?! "
"Dan juga, kenapa bisa saya ada di sini dengan keadaan seperti ini, ada apa ini sebenarnya? "
"Tidak perlu berpura-pura, kalian berdua sudah ketahuan tidur bersama tanpa adanya status jelas, belum lagi kamu adalah asisten, pak Damian. Beliau akan datang ke sini untuk menyelesaikan masalah yang sudah kamu lakukan. "
"M-maksud kalian–
" Dellia!! " teriak Damian begitu dirinya masuk kedalam kerumunan orang-orang dengan Niko dibelakangnya mengikuti.
"D-damian? "
"Memalukan! Kamu melakukan hal kotor ini dengan status kamu sebagai asisten saya, rusak sudah reputasi perusahaan saya karena kamu. "
Dellia termangu mendengar bentakan Damian kepadanya, menggeleng kuat kepalanya. "T-tidak, ini bukan seperti apa yang kamu lihat, sepertinya ada yang sudah menjebak aku, percayalah Damian, aku tidak mungkin melakukan hal ini. "
"Dia! Karyawan rendahan ini lah pasti yang sudah menjebak aku, itu pasti benar, Damian. " tunjuk Dellia pada laki-laki disebelahnya.
"Hah? Nona jangan asal menuduh, bukannya semalam nona yang memerintahkan saya untuk–
" Diam kamu! " bentak Dellia memotong ucapan laki-laki disebelahnya, takut rencana busuknya malah terbongkar.
"Berhenti! Mulai hari ini kamu saya pecat! Saya tidak mau memperkerjakan kamu lagi yang sudah menghancurkan reputasi perusahaan saya karena kelakuan kamu ini. " ujar Damian final tidak ingin terbantahkan.
"Jangan! Ku mohon jangan memecat aku, Damian. Aku janji akan memperbaiki masalah ini dan membersihkan kembali reputasi perusahaan kamu nanti. " mohon Dellia, dirinya tidak bisa bergerak untuk menghampiri Damian, dengan kondisi tubuhnya sekarang yang hanya memakai dalaman.
"Ingin memperbaiki reputasi perusahaan saya? Sebaiknya kamu memperbaiki reputasi keluarga kamu yang sekarang sudah hancur karena perbuatan kamu sendiri. "
"A-apa?! "
Belum selesai Dellia dalam keterkejutannya, dia kembali di kaget kan dengan kehadiran orangtuanya yang penuh amarah.
"Dellia... Dasar anak sialan! "
"Daddy....? "
Tidak ingin ikut campur, Damian dan Niko berlalu pergi dari tempat itu membiarkan Dellia habis di marahi daddynya karena perbuatannya malah sudah tersebar di penjuru internet, kenapa bisa? Masih mengingat dengan semalam Niko memotret Dellia bersama laki-laki itu? Keesokannya, Niko membayar orang-orang media berita untuk mengupload foto dan meliput berita tersebut hingga seramai ini.
Damian bisa setega ini karena bagaimana kelakuan Dellia padanya yang terus berusaha menggoda dan menarik perhatiannya, niat Damian menerima Dellia menjadi asistennya karena tau bagaimana bagus dan cekatan kinerja Dellia, mengingat wanita itu merupakan lulusan terbaik dengan gelar S2 yang ditempuhnya di luar negeri.
Wanita itu malah memanfaatkan jabatan asistennya untuk menggoda Damian, jadi tidak salah bukan kalau Damian melakukan hal licik seperti ini, ini setimpal dengan kelicikan Dellia semalam yang berniat untuk memfitnahnya dengan tidur seranjang dengannya.
"Untuk masalah satunya sudah kamu lakukan, Niko? " tanya Damian, saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil menuju bandara untuk kembali pulang ke kota asal.
Bukan untuk pulang kerumah, tetapi untuk menyelesaikan satu masalah yang harus segera diselesaikan.
••••••••
Sedangkan di tempat lain, Trissa dan sekeluarga kini dibuat panik dan ketakutan saat kedatangan gerombolan para pol*si memenuhi rumah mereka untuk menangkap Trissa dan ayahnya dengan kasus pemb*nuhan berencana, dan perusahaan mereka seketika merosot bangkrut karena banyaknya kolega bisnis dari perusahaan lain yang membatalkan kerja sama.
Belum lagi banyaknya berita menggemparkan bahwa ayah Trissa bukan saja melakukan bisnis biasa seperti pengusaha lainnya, melainkan juga melakukan bisnis gelap, seperti menjual senjata tajam, mengedarkan nark*ba secara diam-diam dan porstitusi anak di bawah umur.
Sedangkan untuk kasus Trissa, wanita itu sebagai tersangka pemb*nuhan berencana yang pernah dilakukannya kepada teman-teman atau orang yang sudah membuatnya kesal. Wanita licik itu benar-benar keji dan kejam, memb*nuh seseorang hanya karena pernah membuatnya tersinggung dan berakhir membayar seseorang untuk memb*nuh mereka.
"Sialan! Lepaskan saya, jangan berani-beraninya kalian menyentuh saya seujung kuku pun." teriak Trissa saat para pol*si sudah menangkapnya, tubuhnya memberontak minta di lepaskan.
"Kalian tidak ada hak untuk memperlakukan kami seperti ini, ada salah apa kami, hah? Kalian mau saya tuntut karena sudah membuat kekacauan di rumah saya? " marah ayah Trissa.
"Kalian bisa mengelak dan membela diri saat berada di meja pengadilan nanti, untuk sekarang kalian harus saya di bawa ke kantor pol*si. "
Kemudian, dengan sedikit paksaan karena terus memberontak. Trissa dan kedua orangtuanya di tarik paksa di bawa masuk ke dalam mobil, sedangkan rumah mereka sudah di amankan untuk di periksa lanjutan mencari barang bukti lainnya atas tindakan kriminal mereka lakukan selama ini.
Damian dan Niko yang posisinya tidak jauh dari rumah orangtua Trissa, di dalam mobil. Sedari tadi menonton pertunjukan yang sudah mereka susun selama ini untuk membongkar semua bukti kejahatan mereka.
Ini adalah balasan karena Trissa sudah berani mengusik dan merusak ketenangan rumah tangganya, sedangkan untuk ayah Trissa dia balas karena dulu perusahaannya pernah dibuat hampir bangkrut oleh laki-laki psik*pat ayah Trissa karena dirinya tidak mau bekerja sama dengan perusahaan mereka.
"Setelah ini tidak akan ada lagi biang masalah yang akan menghancurkan pernikahan pak Damian dan ibu Helena. " ujar Niko memecah keheningan di dalam mobil.
Damian tidak menjawab, namun wajah laki-laki itu terlihat lebih tenang dan segar karena akhirnya semua masalah yang terus menimpa akhirnya terselesaikan juga.
"Saya lupa memberitahukan, bahwa ponsel pak Damian sedari tadi terus berbunyi, saya tidak berani untuk membuka dan mengeceknya. " Niko memberikan ponsel milik Damian yang memang sedari tadi dia pegang.
"Bi Ayu? Tumben sekali Bi Ayu menelpon saya sebanyak ini. " kata Damian mengecek banyaknya long panggilan Bi Ayu kepadanya.
Damian yang hendak menelpon balik Bi Ayu menghentikan gerakannya saat tiba-tiba saja ada panggilan masuk dari pak Tarno.
"Hallo, pak Tarno. "
"............... "
"Ya, ini ponsel milik supir saya, ini dengan siapa ya? Pemilik ponselnya di mana? " tanya Damian kebingungan saat mendengar suara dari ujung telepon sana bukanlah pak Tarno.
"............... "
"Apa! Kecelakaan? " teriak Damian menggelegar membuat Niko yang berada di depan kemudi kaget.
'Tut'
Sambungan telepon tersebut langsung diputuskan Damian, dia melempar asal ponselnya dengan deru nafas yang terengah-engah.
"Kena–
" Ke rumah sakit xxxxx sekarang juga, Niko. Kamu ngebut bawa mobilnya, CEPAT! "
Tanpa bertanya apapun yang terjadi, Niko dengan cepat membawa mobil dengan kecepatan yang diinginkan Damian dengan penuh kehati-hatian, takut malah karena kecerobohannya malah akan terjadi sesuatu kepada mereka dan para pengendara lainnya di jalan raya yang padat ini.
•
•
•
terserah kalian mau komen apaan kek di bab ini, mau ngerayain sukuran karena akhirnya Trissa kena karmanya juga setelah perbuatannya selama ini kepada Helena.
dan untuk Dellia, menurut kalian ini terlalu keterlaluan gak balasan dia dapat?
komen komen apa aja deh kalian di sini, biar rame kolom komentar.