Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Dia Kekasihmu?
Agatha mengangguk saja. Namun di dalam hatinya ia sangat berharap jika Amaralah yang akan menjadi calon kakak iparnya nanti. "Aku tahu masih banyak wanita baik yang cocok untuk Kak Aga. Namun aku tidak terlalu yakin jika wanita baik di luar sana itu akan sebaik hati Amara." Ucap Agatha dalam hati.
Dua orang sosok yang sedang dibicarakan Papa Andrew dan Agatha kita nampak saling diam di dalam mobil. Amara yang sudah sangat canggung hanya diam saja berada di dalam mobil dengan Aga pun berusaha untuk berbicara namun terasa sulit.
"Kenapa Kak Aga hanya diam saja sementara tadi di dalam rumah dia banyak berbicara kepadaku?" Gumam Amara dalam hati.
Tak tahan ingin bersuara, akhirnya Amara pun melontarkan sebuah pertanyaan pada Aga. "Apa Kak Aga baik-baik saja?" Tanya Amara.
Pertanyaan Amara pun sontak membuat Aga menoleh ke sumber suara. "Baik. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Tanyanya diikuti dahi yang mengkerut.
"Emh, tidak ada. Tapi kenapa Kak Aga hanya diam saja sejak tadi. Apa Kak Aga merasa risih dengan keberadaanku di sini?" Tanya Amara ragu.
Semakin dalam saja kerutan dahi Aga setelah mendengar pertanyaan dari Amara. "Kenapa kau bisa berkata seperti itu?" Aga akhirnya balik bertanya.
Amara hanya diam dengan tersenyum kaku.
"Aku tidak merasa risih dengan keberadaanmu." Ucap Aga kemudian tak ingin Amara salah paham. Aga pun kemudian menatap lurus ke depan kembali fokus dengan kemudi karena jalan yang ia lewati saat ini cukup padat oleh banyaknya kendaraan.
Amara merasa lega mendengarnya. Ternyata kehadirannya saat ini tidak membuat Aga risih seperti apa yang ditakutkannya sejak tadi.
Mobil milik Aga terus melaju menuju kediaman Papa Andrew. Amara yang tidak ingin salah bicara pun memilih diam sambil memainkan ponsel di tangannya.
Aga yang mendengarkan suara dari video yang sedang Amara lihat pun menoleh sejenak ke arah Amara. Dapat terlihat sekilas oleh Aga jika Amara sedang mengedit sebuah video kebersamaannya dengan Rendra dan Agatha kemarin.
"Dia kekasihmu?" Tanya Aga tanpa menatap pada Amara.
"Apa Kak Aga berbicara dengaku?" Amara balik bertanya.
"Tentu saja. Apa kau pikir aku sedang berbicara dengan patung?" Tanya Aga dengan raut datarnya.
Kepala Amara menggeleng pelan. "Tapi apa maksud pertanyaan Kak Aga tadi. Siapa yang Kakak bilang kekasihku?" Tanya Amara.
"Pria yang ada di videomu saat ini." Jawab Aga tanpa melihat ponsel milik Amara.
Pandangan Amara pun turun menatap pada ponselnya. Terlihat jelas di sana ada wajah Aga dan Rendra yang memenuhi layar ponselnya.
"Maksud Kak Aga Rendra? Teman baikku dan Agatha?"
Aga hanya berdehem tanpa menatap wajah Amara.
Amara menahan senyum mendengar deheman Aga. Entah mengapa ia merasa Aga sedang cemburu kepadanya saat ini.
"Tentu saja tidak, Kak. Pria ini hanya sahabatku. Jika aku dan dia menjalin kasih, aku tidak mungkin mau mengejar cinta Kak Aga." Jawab Amara.
Ada rasa lega yang Aga rasakan di hatinya saat ini. Namun walau pun begitu, Aga tidak memperlihatkannya dengan terus memasang ekspresi datar di wajahnya.
"Oh, begitu." Jawab Aga seadanya.
"Dia memang pernah mengungkapkan cinta kepadaku, Kak, tapi aku tidak menerimanya. Aku tidak mau menerima cinta dari pria yang tidak aku cintai." Beri tahu Amara.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka