📣Mungkin kalian akan mengalami keram perut, bengek, diabetes, dan gangguan Bucin akun lainnya....
---Niat lari dari perjodohan, justru terjebak dalam Penthouse milik calon tunangan.
Queen masuk menjadi PRT tunangannya setelah lari dari rumah orangtuanya dengan alasan tak mau dijodohkan.
Sama-sama tak mengenal, Queen dan Dhyrga Miller tinggal di atap yang sama... Yok intip keseruan mereka yang bakal bikin kamu senyum-senyum sendiri.(Musim pertama)
---Raja tumbuh menjadi makhluk yang tampan, ia pandai meretas, lompat kelas, bahkan menduduki kursi Presdir di usia muda. Terlebih, ia memiliki tunangan super cantik bernama Kimmy Zoya.
Namun, hidup tak semulus wajah cantik kekasihnya, ia harus menghadapi bagaimana lika-likunya hubungan mereka.(Musim ke dua)
Yok, baca selengkapnya di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dekorasi
"Murni, sumpah barusan hebat banget Lu, cuma Lu yang berani ngelawan Hera, mana sendirian lagi."
Tiba di kelas Queen di sambut oleh beberapa temannya. Teman yang dahulu tiada pernah menyapa Murni kini terkagum-kagum padanya. Mereka mengelilingi bangku yang Queen duduki.
"Sekarang kita boleh enggak ikut jadi temen Lu. Kita janji nggak akan lagi diem kalo di bully mereka." Satu gadis bernama Milia berkata.
"Gue setuju, kita nggak boleh takut sama Hera, liat dong, Murni saja berani dan bisa ngalahin Hera." Sambung gadis bernama Reya.
"Murni, makasih udah mau ngasih pelajaran ke Hera and the genk. Mereka meresahkan."
Queen menyengir. "Kalian nggak boleh takut, kalo kalian nggak salah, lawan sebisanya, kalo mereka keroyokan kalian lari saja dulu, kalian harus belajar bela diri dulu baru setelah itu lawan lagi." Ujarnya.
"Kamu belajar bela diri di mana Mur?" Mirna menimpali.
"Di mana-mana ada, sekarang kalian cari saja lewat aplikasi. Pasti ada yang buka pelatihan silat atau sejenisnya, perempuan juga perlu ilmu bela diri. Bukan untuk memberikan keresahan tapi membela diri sendiri. Perempuan identik dengan kelemahan. Laki-laki selalu memanfaatkan itu untuk memperdaya kita." Jelas Queen.
"Murni bijaksana banget, nggak nyangka Gue, hampir tiga tahun satu sekolah sama Lu, Gue baru kenal sisi lain Lu sekarang." Kata gadis lainnya.
Queen menyengir. Sekarang, Queen bisa membuat lingkaran pertemanan untuk Murni. Dengan demikian Murni akan memiliki lebih banyak kekuatan setelah ia lepaskan nanti.
Setidaknya teman juga perlu di miliki untuk saling membela satu sama lain.
Tiada yang spesial hari ini selain mendapat pujian dari banyaknya teman di kelasnya.
Bahkan ada beberapa anak yang memberinya makan siang gratis di kantin tanda terima kasih telah memberikan pelajaran kepada Hera dan teman nakalnya.
Pukul tiga sore, murid berhamburan dari masing-masing ruang kelasnya. Queen berlari keluar melintasi gerbang sekolah. Hera dan lainnya mengamati dari kejauhan.
Queen hanya menyapa dengan menunjukkan jempol ke bawah pada gadis-gadis nakal itu dan di jawab dengan kerutan di bibir mereka geram.
Kali ini Queen naik taksi yang di pesan dengan cara online. Biarpun HP milik Murni usang tetap saja sudah ada aplikasi yang memadai.
Tiada sampai dua jam Queen tiba di gedung apartemen milik sang Tuan. Queen berlari kembali. Sungguh menjadi Murni sangat menyenangkan. Ia bisa berlarian tanpa di ikuti para bodyguard bahkan fansnya.
Queen harus cepat sampai ke Penthouse, ada seseorang yang akan dia temui sore ini. Gadis itu menggunakan lift transparan untuk sampai ke lantai paling atas.
Pemandangan yang diterima dari atas sana adalah hiruk-pikuk kota Jakarta yang mulai menyurut.
Lift transparan ini memang sengaja di buat tepat di sisi luar bangunan agar penghuni Penthouse bisa terhibur saat menaiki lantai paling atas gedung ini, setidaknya sembari menatap luasnya kota Jakarta mereka tidak bosan.
Ting....
Tiba pada lantai yang di tuju Queen keluar masih sambil berlari. Rupanya benar, beberapa orang dari perusahaan desain interior telah sampai.
Perusahaan mereka masih rekan kerja ayahnya tapi Queen sedang menjadi Murni, maka harus membayar sesuai pelanggan normal.
"Permisi, dengan Nona Murni?"
"Iya saya sendiri. Yuk masuk." Queen membuka pintu Penthouse seperti pemilik rumah itu.
"Ruangan mana yang mau di renovasi Nona?" Tanya perempuan berpakaian rapi itu.
"Kamar atas, ubah semuanya jadi warna pink." Pinta Queen bersemangat.
"Apa furniture nya juga tidak mau di ganti Nona? Kami akan berikan diskon khusus untuk Nona kalau mau sekalian mengganti furniture lama dengan yang baru, seperti tukar tambah begitu." Promosi wanita itu merayu.
"Boleh kah?"
"Tentu saja."
"Aku izin Tuan muda ku dulu yah." Queen meraih ponsel miliknya. Ia melayangkan panggilan telepon yang tidak pula di angkat.
...❇️❇️❇️❇️❇️...
^^^Pada lain tempat.^^^
Sore ini Dhyrga masih berada di bawah atap mobil mewah miliknya. Pandangan mengarah pada sosok cantik berpakaian tertutup yang duduk di dalam cafe bersama seorang pemuda.
Tak ayal, Dhyrga tengah mengamati Murni yang dia anggap Queen. Satu orang bidy tengah memberikan informasi mengenai siapa pemuda tampan yang sedang berbicara dengan gadis itu.
"Jadi mereka pacaran?" Dhyrga bertanya pada seseorang di seberang telepon dengan earphone di telinganya.
📞 "Menurut rumor sudah lama, sempat aktor bernama Jee Yeon ini mengunggah foto Nona Queen, tapi segera di hapus kembali karena kabarnya Tuan Raka tidak merestui. Jejak digital masih bisa di temukan, kalau Tuan muda mau, akan saya kirim kan."
"Nanti saja, aku harus pulang sekarang, kamu tetap awasi Queen ku, sampai jam berapa mereka bertemu. Beritahu aku selengkap mungkin." Titah Dhyrga.
📞 "Baik Tuan muda."
"Jalan!" Dhyrga memerintahkan sopirnya untuk menggerakkan mobil. Hawa panas telah ia rasakan. Tak ingin Dhyrga terus menyaksikan saingannya mendekati kekasihnya.
Kali ini Dhyrga membiarkan Queen melepas rindu bersama Jee Yeon, Dhyrga masih mencoba menekan cemburu, berusaha mengerti gadis nya yang masih 17 tahun.
Dhyrga sempat pulang ke rumah utama untuk bertemu dengan ayah dan ibunya. Pertanyaan yang sama saat mereka bersua yaitu, kapan menikah? Kapan resmi melamar Queen nya? Dan lain sebagainya yang membuat Dhyrga tak betah berlama-lama di sana.
Dhyrga memutuskan untuk pulang kembali ke Penthouse. Mungkin Murni akan membuat kan nya makan malam yang lezat seperti janjinya pagi tadi.
Petang mobil mewah Dhyrga Miller baru tiba di parkiran basemen gedung apartemen miliknya.
Dhyrga masih hanya sendiri tanpa Rachel, untuk urusan kantor dia punya beberapa sekertaris maka tak perlu repot-repot memikirkan perkejaan meski tanpa Rachel.
Di rumah sudah ada Murni yang mungkin akan menemani kekosongan nya. Dhyrga tak perlu cemas. Ia melangkah gontai menuju lobby bangunan.
Seperti biasa, Dhyrga perlu naik lift untuk sampai ke lantai atas. Dia tekan tombol ke atas pada sisi pintu lift sambil berdiri menunggu terbukanya alat transportasi vertikal itu.
"Gaga." Ada senyum manis dari bibir teman sekolahnya. Dhyrga menoleh tipis, rupanya Leta yang berdiri di sisinya. "Baru pulang Ga?"
"Hmm." Mendapat angguk kecil saja wanita itu sangat bahagia. Apa lagi jika di sapa balik mungkin goyang kayang Leta.
Ting....
Pintu lift terbuka, Dhyrga masuk dan Leta mengekor di belakangnya. Lift kosong hanya mereka berdua di dalam sana.
"Aku lihat Murni belanja banyak loh Ga, ada beberapa orang yang bolak-balik ke atas dan sepertinya menuju Penthouse mu."
Dhyrga melirik kecil wanita itu, jujur ia tidak menyukai sikap Leta tapi sedikit penasaran dengan informasi ini. "Beberapa orang?"
"Iya, kayaknya ada interior yang di ganti Murni. Banyak orang dekorasi yang bawa furniture baru ke atas."
Dhyrga sedikit menekan rasa penasarannya. Kali ini dia lebih memilih untuk diam dengan rasa ingin tahunya.
Lantai yang seharusnya di singgahi Leta sudah terlewat Dhyrga menoleh pada akhirnya. "Kamu nggak pulang?"
"Aku mau main sebentar lihat Murni. Hari ini dia membuat kekacauan di sekolah dan tidak ada yang menegurnya, biar aku menyampaikan sendiri tegurannya."
"Bukan kah sudah lewat dari jam sekolah?"
Leta terdiam tak tahu harus menjawab apa. Benar yang dikatakan oleh Gaga. Ini memang hanya alasan dia untuk ikut pulang ke kediaman milik pria idamannya.
Tak ada percakapan setelah itu, mereka diam sampai pintu lift kembali terbuka. Dhyrga melangkah keluar di ikuti oleh Leta.
Satu kali wajahnya terindentifikasi sensor, pintu geser rumah miliknya terbuka otomatis. Dhyrga masuk dengan tangan yang menarik dan perlahan-lahan mengendurkan dasinya.
Seketika jantung berdesir mendapati kondisi rumahnya saat ini. Sungguh pemandangan yang sangat tidak dia inginkan. Di mana seluruh lantai marmer miliknya berserakan sampah plastik bubble pletek pletek.
"Ya ampun, berantakan sekali Ga?" Sengaja Leta mengompori Dhyrga yang wajahnya kian menyungut.
"Murni!"
padahal pinter