Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 11
Haneul mengerutkan alisnya ketika Gista bicara dengan sedikit berteriak kepada tamu. Dia tidak tahu mengapa Gista sampai bicara demikian. Tapi yang ia tahu pasti, dari langkah kakinya, tamu yang masuk itu seperti sengaja datang untuk mengacau.
" Dokter Haneul, gimana kabarmu?"
Degh!
Haneul langsung tahu dari suara orang itu. Dia yakin orang itu adalah salah satu rekan kerjanya di rumah sakit. Tapi, ada urusan apa orang itu datang.
Bukan tanpa alasan Haneul berpikir demikian, orang itu merupakan salah satu dari beberapa orang yang tidak menyukai dirinya.
" Alex, ngapain kamu kesini. Mau ngeledek gue? Lagian kita nggak dalam hubungan yang dekat buat saling mengunjungi. Gista, kamu boleh pergi."
" Tapi Pak, aah ya baik Pak, saya akan ke dapur untuk ambil minum."
Tap tap tap
Gista melenggang pergi meninggalkan Haneul dan pria yang bernama Alex. Jika melihat sekilas dari interaksi mereka, Gista yakin bahwa mereka tidak memiliki hubungan yang baik.
Sikap congkak Alex dan tatapan merendahkan dari pria itu cukup untuk dijadikan penilaian. Gista merasa sedikit khawatir, tapi dia juga tidak bisa tetap berada di sana karena Haneul memintanya untuk pergi. Ia tidak ingin membuat tuannya itu marah atau semakin membencinya.
" Ngapain lo kesini?"
" Wohooo, chiiiil. Gila lo ya, galak bener sih. Eh by the way rumah sakit mayan kacau tau nggak ada lo. Terutama bagian UGD. Ya secara lo orang yang paling sibuk di sana. Padahal lo spesialis bedah tapi UGD terlalu ngandelin lo. Gue ngerasa lo kayak punya dua departemen."
Haneul tersentak, dia tidak menyangka pria yang selama ini tampak seperti memusuhinya itu menaruh perhatiannya. Dan Alex adalah orang pertama yang nekat mengunjunginya.
Meskipun begitu, Haneul tidak serta merta menganggap Alex menjadi temannya. Karena selama ini mereka memang kerap kali tarik urat dalam setiap rapat.
Alex, dia bukan dokter. Dia merupakan orang kompeten dalam bidang manajemen. Namun Alex sangat alot jika menyangkut pasien yang kurang mampu. Padahal jelas pemilik RSMH membuat sebuah bagian khusus bagi pasien yang kurang mampu, namun Alex selalu tidak suka akan hal itu.
Sehingga jika ada kasus demikian, sering sekali Alex berdebat. Bukan hanya dengan Haneul melainkan dengan dokter lainnya juga. Meskipun pada akhirnya dia tetap saja kalah karena kebijakan rumah sakit sudah jelas.
" Sekarang itu bukan urusan gue. Lo tahu kan mata gue begini. Dan gue nggak tahu kapan gue bisa ngelihat lagi. Jadi nggak penting banget tahu nggak berita lo itu."
Ucapan tajam Haneul kepada Alex membuat Alex mengerutkan alisnya. Pria itu memandang aneh rival debatnya itu. Dan seketika tawa Alex meledak.
" Hahaha, seorang Han. Dokter Spesialis Bedah Haneul Ahmad Syafi Daneswara, ternyata bisa insecure juga. Tck tck tck, lo beneran menyedihkan Han, sumpah. Lo nggak kayak Han yang gue kenal."
" Serah lo mau ngomong apa. Kenyataan bahwa gue sekarang buta dan nggak bisa ngapa-ngapain adalah fakta. Dah pergi lo dari rumah gue. Eneg gue denger suara lo."
Wajah Alex kembali datar, tidak ada ekspresi yang ia tunjukkan kali ini. Terlebih saat Gista datang dengan membawa nampan yang berisi minuman.
" Cih, dasar! Ya udah gue balik."
Alex langsung berdiri, dia berjalan menuju pintu ke luar tapi entah kenapa ia kembali lagi dan ternyata dia melakukan sesuatu yang tidak di duga.
Cekreek
Ya, Alex mengambil foto selfie. Ia terlihat tertawa puas lalu setelah itu dia benar-benar pergi meninggalkan rumah.
Reaksi Gista tentu saja sangat terkejut. Gista tidak bisa menilai seperti apa Alex sesungguhnya. Namun satu hal yang pasti, Alex tidak menyukainya. Semenjak datang, tatapan mata Alex terhadap dirinya seolah merendahkan. Tapi itu tidak penting, karena saat ini yang utama adalah Haneul.
Setelah Alex pergi, Haneul seolah tengah berpikir keras. Keningnya berkerut dan tangannya mengetuk-ngetuk pada pegangan kursi. Gista yang melihatnya pun memilih diam, dia tidak mau mengganggu.
" Kau, ambilkan ponsel ku di kamar."
" Eh, ya, sebentar Pak."
Drap drap drap
Gista dengan langkah seribu segera mengambilkan ponsel Hanerul. Sebelumnya dia sudah beberapa kali melihat ponsel itu tergeletak begitu saja di atas nakas. Dan sudah 3 hari Gista bekerja di sana, tidak sekalipun Haneul menyentuh ponselnya itu.
" Ini Pak, ponselnya."
" Buka, sandinya 1775."
" Ya? Aah baik."
Tangan Gista sedikit gemetar. Tentu saja begitu, ponsel yang ia pegang adalah ponsel mahal yang mungkin tidak akan bisa dia beli selama hidupnya. Ditambah ponsel itu sepertinya terdapat banyak hal penting di sana.
" S-sudah Pak."
" Lihat semua media sosial, dari Instagram, whatsapp, sama email."
Semakin tidak mengerti saja Gista dibuat sang tuan. Tapi dia tetap melakukan apa yang di perintahkan.
" Apa sekiranya ada yang mencurigakan?"
" Ya? Pak, ya bagaimana saya tahu pesannya mencurigakan apa enggak. Kan saya nggak ngerti apa masalahnya."
" Haah, sudah ku duga. Percuma, nggak guna. Antarkan aku kembali ke kamar.
Gista mengeraskan rahangnya, rasanya ia sungguh kesal sekarang ini. menghadapi pasien yang tidak jelas apa yang diinginkan membuatnya ingin berteriak keras.
Sesuatu yang mencurigakan, bagaimana dia bisa tahu akan hal itu. Haneul sama sekali tidak menjelaskan permasalahan yang sedang dialami, jadi mana dia tahu apa maksudnya. Haneul hanya menyuruh Gista membuka setiap media sosia tanpa penjelasan lebih lanjut lagi.
" Ponselnya saya kembalikan ya Pak."
" Siapa yang nyuruh, duduk, bacakan isi whatsapp yang masuk. Yang grub nggak usah dibaca. Bacakan yang personal massage aja."
Gista mencengkeram erat ponsel milik Haneul, tapi ia kemudian melonggarkan cengkeramannya. Ia takut kalau ponsel itu rusak.
" Aku tahu kamu kesal, tapi sekarang cepat lakukan."
" Woooah dia tahu, keren," cibir Gista dengan sangat pelan karena dia juga tidak ingin Haneul mendengar dirinya menggerutu.
Akhirnya Gista membaca semua pesan sesuai yang diinginkan Haneul. Ada beberapa yang terkesan serius tapi ada juga yang sekedar basa-basi. Dan Gista sedikit merinding saat membaca beberapa pesan dari wanita yang ia yakini adalah penggemar Haneul.
Kata-kata yang manis, dan perhatian berlebih membuat Gista merasa bahwa hal itu sedikit 'lebay' kalau ungkapan jaman sekarang.
" Sudah Pak."
" Oke, sekarang balas semua pesan itu. Sesuaikan dengan pertanyaan akhir mereka."
" Ya?
" Aku nggak perlu bilang dua kali kan. Masa iya kamu nggak ngerti maksudku."
Sungguh Gista sama sekali tidak mengerti aopa maksud dan tujuan Haneul. Pria itu meminta dirinya membalasi semua pesan yang masuk ke ponsel. Dimana dia sama sekali tidak mengerti mengapa harus dia yang melakukannya. Dilihat dari kapan pesan itu dikirim, pastilah sudah lama dan bahkan ada beberapa pesan yang menumpuk juga.
" Apa maksudnya Pak Dokter Han meminta saya untuk ~?"
" Ternyata kamu nggak sebodoh yang aku kira."
Degh!
TBC
Lanjuut