Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Bab 18
Sesaat Nadia memang membeku saking terkejutnya dengan ciuman itu, namun di lumataan Steve yang entah keberapa, akhrinya Nadia mendorong dada pria ini dengan kuat sampai ciuman mereka terlepas.
"Tuan! apa yang anda lakukan?" Nadia menghapus sisa-sisa ciuman itu, menatap nanar pada sang Tuan.
Nadia tahu jika rumah tangganya saat ini telah hancur, tapi bukan berarti dia akan mengikuti jejak Aslan yang bersikap menjijjikan. Nadia tidak ingin dianggap murahan.
"Saya tahu anda sudah banyak membantu saya, tapi bukan berarti anda bisa bersikap semuanya seperti ini."
Steve diam, dia sudah tebak jika Nadia akan marah.
Jadi pria itu tidak membuat pembelaan apapun, Steve hanya mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung jas nya. Sebuah cincin lalu dia pasang di jari manis kiri Nadia.
"Selesaikan masalah rumah tangga mu, lalu kita menikah."
Nadia tercengang.
Dan belum sempat dia menjawab, pintu lift sudah terbuka. Lalu Steve keluar lebih dulu dari sana, meningalkan dia yang mematung, sampai pintu lift itu kembali tertutup.
Deg! jantung Nadia makin berdegup. dia seperti tidak punya waktu untuk merasakan sakit hati atas pengkhianatan Aslan. Karena kini tiba-tiba jantungnya jadi berdebar hanya karena seorang pria asing.
Di antara kesendiriannya selama ini akhirnya dia merasa diagungkan oleh seorang pria. di antara peliknya semua kehidupan yang dihadapi oleh Nadia, akhirnya dia merasa ada seseorang yang memberikan perhatian Tulus.
Bukan dari suaminya sendiri, melainkan dari orang lain.
Ya Tuhan. Nadia menyentuh dadanya yang berdegup. sungguh, tentang semua sikap Steve yang manis seperti ini, masih saja Terasa seperti mimpi bagi Nadia.
Lift itu kemudian turun dan Nadia segera kembali ke meja kerjanya.
Devi langsung memberikan pertanyaan.
"Bagaimana Nad? apa kata pak Aslan?"
Nadia diam saja, masih berdegup jantungnya dan berulang kali menyentuh cincin di jari manisnya itu.
"Nad!" panggilan Devi yang cukup keras akhirnya mengembalikan kesadaran Nadia.
"Iya Dev kenapa?"
"Hiih, malah nggak denger. Kamu kenapa sih?"
"Tidak kenapa-kenapa kok?"
"Jangan bohong."
"Iya, tidak bohong."
"Ketemu dengan pak Aslan?"
Nadia hanya mengangguk.
"Apa katanya?"
"Bukan sesuatu hal yang penting, cuma tanya sedikit tentang data."
"Oh."
Mereka lantas kembali fokus dengan pekerjaan masing-masing.
Jam bergulir sampai akhirnya tiba jam pulang kantor. Nadia buru-buru pulang untuk segera tiba di rumah.
dia langsung menghadap bik Narti dan meminta sang pelayan untuk mengajak Zayn bermain di kamarnya saja.
Nadia mengatakan jika dia akan memberikan surat gugatan cerainya pada Aslan. Bik Narti sangat terkejut ketika mendengar kabar itu, tapi dia pun tidak bertanya lebih. Nadia jelas sudah memikirkan hal ini matang-matang.
selama ini juga Bi Narti hanya bisa sebagai pengamat, dia cukup tahu jika hubungan suami istri ini sudah tidak baik. Aslan makin lama seolah semakin melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah. Pria itu seolah memiliki kehidupannya sendiri.
"Baik Mbak," jawab bi Narti patuh.
Jam 5 lebih 15 menit akhirnya Aslan tiba di rumah ini.
"Mas, Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Nadia, dia menghentikan langkah suaminya ketika berada di ruang tengah.
dan mendengar ucapan Nadia itu Aslan pun menatapnya dengan tatapan tanpa minat. Semua ucapan yang keluar dari wanita ini hanya membuat Kepalanya pusing, karena itulah dia Paling malas bicara dengan Nadia.
"Ada apa?" tanya Aslan dengan ketus, tidak ada lembut lembutnya sama sekali.
"Aku ingin kita cerai, aku sudah mengajukan gugatan cerai itu pengadilan dan ini suratnya."
Deg! Aslan seketika tersentak.