Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Sepulang Claudya dari kediaman Rusman, saat ini kedua keluarga itu masih berbincang agar menemukan solusi yang baik untuk kedepannya. Tapi William masih tetap dengan pendiriannya yaitu ingin cerai dari Karisa, tetapi pihak Lasmana menolak dan Rasman juga menolak walaupun dengan terpaksa.
Sejak ucapan Anjani tadi, Devi hanya diam karena malu pada perbuatannya yang langsung menampar Claudya tanpa tau kebenaran, saat itu Devi sudah sangat emosi bahkan dia sudah muak dengan drama itu.
"Kalau saja Karisa mau pisah, aku tidak akan mungkin berada disini dan memohon pada keluarga ini," batin Devi yang sebenarnya sudah ingin mengakhiri hubungan antara Karisa dan William.
Sejak lama tidak ada kata bahagia yang terlontar dari mulut Karisa selama Pernikahannya dengan William, tetapi Karisa seolah enggan untuk bercerai dengan William hanya karena alasan masih sayang.
"Kamu jangan lupa William kalau orang tuaku pernah membantu orang tuamu, kalau saja tidak ada orang tuaku sekarang kamu bukan siapa-siapa!" Karisa berucap dengan mengingatkan kebaikan orangtuanya itu pada keluarga William.
William menatap pada Rasman yang hanya diam saja seolah tidak marah walaupun harga dirinya tengah diinjak oleh menantunya sendiri, William menghela nafasnya kasar kalau saja dahulu orang tuanya tidak meminta bantuan pada keluarga Karisa maka William tidak akan terseret dalam masalah ini.
"Pak pengacara, anda yang lebih tau tentang masalah ini maka aku serahkan padamu," ujar Lasmana.
"Tuan William dan Nona Karisa tidak bisa berpisah karena beberapa alasan ...," Pengacara itu menjelaskan alasan apa saja yang menolak talak dari William.
Semuanya hanyalah akal-akalan pengacara Karisa saja, karena William juga tau kalau seorang suami menjatuhkan talak maka jatuh talak itu pada Istrinya, tapi sekarang kenapa berbeda? Bahkan William juga tidak bisa membantah semua alasan itu karena dia masih menghargai orang tuanya.
"Oke, aku tidak akan menceraikan Karisa. Tapi aku hanya akan memberikan nafkah padanya sebesar dua juta rupiah setiap bulan dan aku harap Karisa tidak ikut campur dengan urusan aku, bahkan kalau saja aku mau memberikan semua harta aku pada Agnia atau Claudya. Maka aku harap Karisa tidak ikut campur dalam hal itu," ucap William panjang lebar menjelaskan apa yang harus Karisa patuhi.
"Gak, aku gak mau!" bantah Karisa.
"Kamu harus mau atau kita pisah!" desak William.
Devi kesal, dia langsung mencubit tangan Karisa karena kesal pada sikap putrinya itu.
"Tinggalkan saja dia!" bisik Devi dengan menekankan setiap perkataannya.
"Ma!" Karisa menolak ucapan Devi karena Karisa masih ingin menjadi istri William, rasa cinta yang Karisa punya begitu besar sehingga membuat Karisa menjadi wanita yang bo doh.
William masih menunggu jawaban dari Karisa, dalam pikiran William harusnya Karisa menolak dan keberatan karena selama ini uang dari William begitu besar untuk Karisa.
"Bagaimana mungkin wanita seperti Karisa mampu bertahan dengan uang dua juta? Pasti tiap bulannya Karisa bakal minta pada orang tuanya," batin William.
"Baiklah, aku setuju!" ujar Karisa tanpa mempertimbangkan masalah ini sebelumnya.
"Oke, pak pengacara tolong catat ini semua." William menatap tajam pada pengacara agar pengacara itu mau menuliskan setiap poin yang tadi William sebutkan.
"Jangan lupakan tentang hukuman apa yang pantas untuk membalas Nyonya Devi yang sudah seenaknya menampar Claudya," ujar Anjani dengan tatapan sinis karena sejak tadi sudah sangat kesal.
"Baiklah, tuan Rasman. Sepertinya kita sudah selesai, kami permisi," ucap Lasmana yang langsung pergi dari sana.
Rasman hanya mengangguk saja, tidak ada ucapan apa pun dari mulut Rasman karena titik kecewanya tengah Rasman rasakan. Padahal dahulu Anjani menyarankan pada Rasman agar tidak menerima bantuan dari Lasmana, hanya saja saat itu keadaannya sangat genting karena perusahaan yang Rasman kelola akan bangkrut.
Anjani dan Rasman pergi dari sana meninggalkan William dan Karisa yang masih duduk di sofa, kecewanya mereka adalah saat Karisa terus menerus menyalahkan Claudya padahal dirinya sendiri pun salah karena sudah berselingkuh didepan William.
Tanpa perasaan Karisa menduakan William hingga membuat William lari pada Claudya, kalau saja malam itu yang datang bukan Claudya maka William tidak akan punya Agnia.
Semuanya bagaikan takdir yang sudah diatur, serapat apa pun sebuah kebenaran kalau memang Tuhan yang sudah berkehendak pasti ada saja jalan untuk membongkar kebenaran itu.
Walau diujung dunia pun kalau sudah takdirnya bertemu maka akan bertemu, terlihat mustahil tapi sangat mudah bagi tuhan.
"Hahaha, Nikmati karma yang akan kamu terima, Karisa!" William berucap dan langsung pergi dari sana meninggalkan Karisa.
Saat ini Karisa sangat kesal, sampai-sampai Karisa membanting bantal yang ada di sofa itu ke lantai.
"Argh! Kenapa semuanya membela Claudya, padahal disini aku yang menjadi korbannya." Karisa geram sendiri.
**
KEMBALI KE CERITA SEBELUMNYA...
"Clau, kamu mau menikah denganku?" tanya Zidan membuat Claudya terkejut.
Claudya tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan Zidan yang menurutnya sangat lucu.
"Zidan, kamu ini apa-apaan? Masalah aku biar saja jadi masalah aku, kamu jangan susah-susah untuk menghibur aku," ujar Claudya masih tertawa terbahak-bahak bahkan Claudya juga sampai menutup mulutnya karena tertawanya terlalu keras.
"Tapi aku serius!" aku Zidan membuat Claudya langsung bungkam.
"Kamu tidak perlu menjawab Claudya, aku tau kamu pasti menolak tapi tolong jangan benci padaku, Claudya. Aku bicara seperti ini karena aku takut kamu dinikahi Tuan William makannya aku mengungkapkan perasaan ini padamu sekarang sebelum terlambat." Zidan menjelaskan panjang lebar pada Claudya.
Claudya tersenyum untuk menghilangkan rasa canggung diantara mereka.
"Emb ..., Zidan lebih baik kamu pikirin dulu, kamu tau masa lalu aku seperti apa 'kan?" tanya Claudya ragu-ragu.
"Tapi kamu gak nolak aku 'kan?" tanya Zidan.
Claudya salah tingkah karena pertanyaan Zidan itu, Claudya langsung mengambil gelas yang kosong di atas meja.
"Aku akan ambil air dulu." Claudya pergi untuk menghilangkan rasa salah tingkahnya pada Zidan.
Baru kali ini Claudya merasa jantungnya berdetak lebih kencang saat berdekatan dengan Zidan, padahal sebelumnya Claudya tidak pernah merasakan apa pun saat bersama dengan Zidan.
"Astaga, kenapa pipi ini terasa panas sekali," gumam Claudya memegang kedua pipinya yang terasa panas.
Claudya mengambil air dan meneguknya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Terlihat sekali kalau Claudya saat ini tengah salah tingkah karena ulah Zidan.
Selama 24 tahun ini, Claudya belum pernah merasakan jatuh cinta. Kejadian malam kelam itu saja Claudya melakukannya tanpa rasa cinta, tapi sekarang rasanya Claudya merasakan masa pubernya yang pertama diusianya yang ke 24 tahun.
"Clau,"
"Hah, ada apa?" Claudya begitu terkejut saat mendengar ucapan Zidan, Claudya bahkan sampai memundurkan langkahnya saat Zidan mulai mendekat padanya.
"Malam ini aku akan pulang saja, Clau. Selamat malam," ucap Zidan.
"Ya, selamat malam," ujar Claudya.
Claudya menghela nafasnya kasar.
"Fyuhh, tenang Clau, tenang." Claudya mengusap dadanya yang masih terdengar detak jantungnya.
Agnia datang ke sana. "Mama, aku mengantuk," ucap bocah kecil itu sambil mengucek matanya karena sudah mengantuk.
"Ayo tidur." Claudya langsung menggendong Agnia dan membawanya kedalam kamar.