Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Suara Ambu terdengar lebih mendesak, seolah tak memberi Lita pilihan lain. Dengan hati yang berat, Lita menarik napas dalam-dalam mencoba mencari kata-kata yang tepat.
Akhirnya Lita hanya bisa mengangguk, menerima semua bantuan yang Ambu tawarkan. Lalu Ambu mengajak Lita ke warung sembako miliknya, mau memperkenalkan Lita pada karyawan lain.
Lita mengekori langkah Ambu yang sudah beranjak pergi, mereka melintasi jalan dan tak lama setelah itu mereka sampai di warung sembako yang berseberangan dengan kontrakan.
Warung sembako itu terlihat ramai, di isi oleh para ibu-ibu yang sedang sibuk berbelanja. Salah satu ibu-ibu yang memakai jilbab hitam bertanya, siapa yang bersama Ambu karena tak pernah kelihatan.
"Ohh ini, namanya Lita. Dia akan mengontrak rumah di depan itu, dia juga akan bekerja di warung sembako"
Ambu menjelaskan dengan ramah, lalu Ambu menggandeng tangan Lita untuk ikut duduk di dekat para warga. Lita dengan patuh pun menurun, lalu duduk di samping Ambu.
"Ohh, ini wanita yang keluyuran malam-malam itu kan. Yang di kejar penjahat waktu itu, Ambu?" tanya Ibu-ibu yang memakai baju merah dengan nada sinis
Ambu menghela napas pelan dan menjawab dengan lembut, jika Lita tidak sengaja keluar malam karena Lita dari kota Y dan sampai di kota ini sudah larut namun Ibu itu tak terpengaruh.
"Ya, apapun alasannya. Tetap saja keluyuran malam-malam itu tidak baik, seharusnya dia memperkirakan dari sana sampai sini berapa jam. Seharusnya sudah memikirkan kalau sampai disini malam itu berbahaya, sebaiknya mencari tiket keberangkatan yang sampai sini itu siang atau pagi" bantah Ibu-ibu yang memakai baju merah lagi
Matanya menatap Lita dengan pandangan yang sinis, Ambu hanya bisa menghela napas panjang. Ambu tahu kini situasi menjadi tidak nyaman, dengan adanya perdebatan ini.
Ambu pun mengajak Lita masuk ke dalam warung sembako miliknya, beralasan ingin menunjukan suasana warung dan mengenalkan Lita pada teman-teman yang akan jadi partner kerja Lita.
Ambu mengalihkan perhatian dari percakapan yang semakin tidak nyaman tersebut, Lita mengusap tangan di baju mencoba menghilang kan rasa gugup saat Lita tersenyum canggung.
Pada beberapa ibu yang berdiri di depan warung, langkah Lita sedikit ragu saat mengikuti Ambu masuk ke dalam toko. Suasana dalam toko penuh kehangatan, saat Ambu memperkenalkan Lita.
"Ini adalah Lita, karyawan baru kita. Mulai besok dia akan bergabung bekerja disini, Damar Erni dan Vina. Tolong bantu, ajarin Lita ya"
Ambu tersenyum penuh harap kepada Lita dan pegawai lainnya, ketiga karyawan tersebut mengangguk sembari tersenyum lalu mengulurkan tangan berjabat dengan hangat.
"Selamat datang, Lita" ucap Mereka serentak
Kehangatan sambutan itu seolah membungkus Lita dalam selimut keakraban yang nyaman, Lita bisa merasakan degup jantungnya mulai tenang. Lita berharap pekerjaannya akan berjalan lancar, agar bisa menghidupi kedua putranya.
.
.
.
Pagi ini Lita mulai membawa barang-barangnya ke kontrakannya, tak banyak yang di bawanya. Hanya beberapa pakaian miliknya dan juga milik kedua putranya, itu pun di dapatkan dari pemberian Aisyah dan Ambu.
Karena tabungan yang seret, Lita belum jadi membeli pakaian baru untuk kedua putranya. Lita khawatir tak punya pegangan, jika uang tersebut di pakai untuk membeli baju lagi.
Pagi itu Abah, Ambu, Aisyah dan Kang Asep ikut serta membantu Lita pindahan, padahal tak banyak yang Lita bawa namun mereka bersemangat ingin membantu juga.
Bahkan Ambu juga bersikeras untuk naik mobil menuju kontrakan Lita padahal jaraknya hanya berapa meter dari rumahnya sendiri, dengan alasan agar Leon dan Daniel tak kelelahan berjalan kaki.
Bukan hanya pemberian pakaian Ambu juga secara murah hati menyediakan perabotan dapur dan kasur empuk bagi Lita, Ambu bahkan mengisi penuh kulkas di kontrakan Lita dengan makanan.
Agar Lita dan kedua putranya bisa tenang untuk beberapa hari ke depan, meski jaraknya tak terlalu jauh namun Ambu dan Aisyah menyiapkan makanan dari rumah.
"Masyaallah, Ambu juga bawa bekal. Padahal kalau lapar kita bisa pulang ke rumah sebentar, kan masih pagi"
Abah berkata dengan suara lembut, perhatian meliputi setiap kata. Ambu terkekeh sembari meletakkan bekal yang di bawanya di atas karpet, kemudian duduk di sisi bekal.
"Tak apa, Abah. Kasihan Lita dan anak-anak kalau bolak-balik, anggap saja kita camping di kontrakan Lita" sahut Ambu dengan wajah ceria
Kang Asep yang sudah lama bekerja dengan keluarga ini dan kini bagaikan bagian dari mereka, ikut menanggapi dengan canda bahkan suara tawanya menghangatkan suasana.
"Kalau camping harusnya tempat terbuka, Ambu. Bukan di dalam rumah" ucap Kang Asep
Ambu tersenyum kemudian memanggil Lita, dengan penuh perhatian mengajak Lita sarapan terlebih dahulu. Lita yang masih sibuk merapikan pakaiannya di kamar, langsung menoleh.
"Iya, Ambu. Sebentar ya!!" sahut Lita dari dalam
Tak lama Lita keluar bergabung lalu duduk di samping Aisyah, Ambu mendekati Lita dengan senyuman lembut lalu meminta Lita sarapan dulu baru Lita bersiap ke warung sembako miliknya.
Ambu mengajak berangkat barengan, Lita mengangguk mengiyakan kemudian menoleh ke arah kedua putranya yang masih asyik bermain di teras sembari memanggil nama keduanya.
"Ayo makan dulu, nak. Nanti lagi mainnya" ajak Lita dengan nada yang sangat lembut
Leon menoleh, lalu menoleh ke arah adiknya dan mengajak masuk ke dalam kontrakan baru mereka. Keduanya beranjak, dan beriringan masuk ke dalam kontrakan.
"Cuci tangan dulu sana, Nak. Habis itu kesini, nanti mama suapin"
Lita memberi instruksi, Leon dengan patuh mengangguk lalu dirinya dan Daniel membasuh tangan mereka di kamar mandi. Kang Asep yang mengamati dari kejauhan, berkomentar dengan rasa kagum.
"Mereka masih kecil tapi sudah pintar ya, sudah tahu di suruh"
"Itu karena sejak kecil sudah di ajari disiplin oleh mamanya, makanya mereka jadi terbiasa. Semua anak itu pintar, asalkan di arahkan dengan baik dan tentunya dengan cara halus" jelas Ambu sembari tersenyum
Masyaallah pikir Kang Asep sambil menatap Lita yang sedang termenung, Kang Asep pun memuji Lita jika Lita memang ibu yang baik tapi tak habis pikir kenapa wanita sebaik Lita di sia-siakan mantan suaminya.
Wajah Lita memucat, mata sayu nya terlihat sedih ketika mengingat pengkhianatan Doni. Aisyah menimpali, mantan suami Lita kurang bersyukur karena di kasih wanita sesempurna Lita masih saja di sia-siakan.
"Belum tentu wanita yang mantan suami Lita pilih sekarang, jauh lebih baik di banding kan istri pertamanya" lanjut Aisyah dengan nada tinggi geram terpancar dari setiap katanya, Kang Asep mengangguk tanda setuju.