Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istana Negeri Hindi Pura.
Terlebih dahulu Author ingatkan, jika Novel ini bukan novel kultivasi murni, tetapi novel silat yang berlatar belakang kultivasi, sehingga kultivasi hanya sebagai sandaran latar belakang saja, yang di tonjolkan di sini adalah jurus jurus silat nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kota Argapura adalah Kota Raja negeri Hindi Pura, yang sangat besar dan makmur, yang di pimpin oleh seorang Ratu bernama Ratu Nalina, dibantu oleh Patih Anupram dan panglima jendral Janu Ram yang perkasa.
Komplek istana negeri Hindi Pura berada di bagian Utara Kota Raja Argapura,menghadap keselatan dengan sebuah alun alun kota yang sangat besar di depan nya.
Komplek istana ini saking besar nya, mirip sebuah perkampungan kecil di tengah Kota Raja Argapura.
Istana Negeri Hindi Pura ini di kelilingi oleh benteng istana yang tinggi dan sangat kokoh.
Jauh beberapa lie di belakang istana, ada tempat kuda kuda kerajaan di pelihara.
Disini ada beberapa pekerja yang ditugaskan menjaga, memandikan dan memberi makan kuda kuda milik Ratu Nalina.
Tidak seperti biasa nya, pagi ini tempat itu terdengar suara keributan dari umpatan, cacian hingga hinaan dari mulut seorang anak laki laki berusia sembilan tahun kepada seorang anak laki laki lain nya yang baru berusia enam tahun.
"Ctar!" ....
Terdengar suara Sambaran cambuk yang mendera belakang seorang anak laki laki berusia enam tahunan itu hingga baju putih nya kotor oleh tanah.
"Manusia sampah yang hina dina, kau tidak layak menjadi putra mahkota, kau hanya sampah yang tidak ada guna nya, ayah mu adalah penjahat negeri ini, kau tidak layak hidup di dalam istana ini!" teriak anak laki laki usia sembilan tahun yang bernama Pangeran Gumantri itu sambil melecutkan cambuk nya kearah seorang anak laki laki berusia enam tahun yang bernama pangeran Xiao Yuen.
Pangeran Xiao Yuen adalah putra Ratu Nalina dengan seorang pendekar dari tanah seberang, sebelum sang Ratu menikah dengan Pangeran Yurendra dari negeri Madia yang kebetulan seorang duda beranak satu, yaitu pangeran Gumantri.
Saat Ratu Nalina menikah dengan pangeran Yurendra dari negeri Madia ini, usia pangeran Xiao Yuen baru satu tahun dan pangeran Gumantri tiga tahun.
Dari pernikahan itu, Ratu Nalina dikaruniai seorang putri bernama Putri Candrani yang berselisih usia satu tahun dengan Xiao Yuen.
Semenjak kecil, para pangeran ini di latih dan di didik oleh jendral Janu Ram yang perkasa. Namun malang nya, pangeran Xiao Yuen justru diketahui memiliki kecacatan Dantian yang parah dan tidak mungkin bisa di perbaiki lagi, sehingga dia jadi ocehan dan cemoohan oleh para pangeran yang lain nya.
Meskipun deraan hampir setiap hari diterima oleh Xiao Yuen, namun tak seorangpun petugas di tempat itu yang berani melaporkan nya kepada sang Ratu Nalina, karena mereka semua, bahkan pangeran Xiao Yuen sendiri diancam oleh pangeran Gumantri.
Apalagi sang jendral Janu Ram, seperti nya berpihak kepada pangeran Gumantri yang jauh lebih pandai dari Xiao Yuen sendiri.
Segala apapun pertikaian antara kedua orang pangeran ini, selalu yang disalahkan serta mendapat hukuman pasti Xiao Yuen.
Yang paling hebat nya adalah, meskipun mendapat deraan dan cambukan luar biasa dari pangeran Gumantri, Xiao Yuen tidak pernah berteriak atau mengeluarkan jeritan sedikit pun juga, segala deraan, dia terima tanpa mengeluh.
Xiao Yuen tahu, jika tidak ada siapapun di dalam istana itu yang bisa menolong diri nya.
Ayah tiri nya, yang semula dia kira ayah kandung nya itu, jelas jelas sangat tidak menyukai diri nya.
Bahkan Ibunda nya Ratu Nalina, semenjak kelahiran putri Candrani, sudah tidak memperhatikan Xiao Yuen lagi. Hingga pertumbuhan Xiao Yuen di serahkan kepada para inang dan dayang.
Untung saja, di tempat kandang kuda, ada seorang pria tua bernama kakek Ranu yang bersimpati kepada nya, mau memperhatikan kehidupan putra mahkota yang tersingkir itu.
Seperti hari ini, hanya karena mendengar sang Ratu memberikan untuk Xiao Yuen sebuah cincin kecil, cincin ruang kelas tiga yang tidak berharga, pangeran Gumantri ini bersikeras ingin mengambil cincin itu. Namun karena pesan dari sang ibunda agar menjaga cincin itu jangan sampai jatuh ketangan siapa pun, Xiao Yuen tidak memberikan cincin itu.
"Serahkan cincin yang dikasih ibunda Ratu kepada ku!" bentak pangeran Gumantri marah.
"Kakak!, aku tidak akan menyerahkan nya kepada mu, ini pemberian ibunda untuk ku!" bantah Xiao Yuen.
"Ctar!" ....
"Ctar!" ....
Dua kali lecutan cambuk mendarat di tubuh pangeran Xiao Yuen hingga membuat pakaian nya robek.
"Serahkan tidak!" teriak pangeran Gumantri marah.
"Jangan kakak!, ini milik ku, pemberian ibunda untuk ku" ucap Xiao Yuen.
"Ctar!" ....
"Ctar!" ....
Kembali dua kali lecutan cambuk menghantam tubuh Xiao Yuen hingga berdarah.
Tanpa ada yang menyadari nya, seorang pertapa tua, duduk diatas tembok benteng istana, memperhatikan kelakuan pangeran Gumantri pada pangeran Xiao Yuen.
"Serahkan tidak!" teriak pangeran Gumantri marah.
"Tidak!, aku tidak akan menyerahkan nya kepada siapapun juga, itu pesan ibunda kepada ku!" sahut pangeran Xiao Yuen bersikeras mempertahan kan hak milik nya.
"Hmm!, hebat sekali pendirian anak kecil ini, meskipun tubuh nya luka luka, dia masih tetap bertahan, hebat, hebat, hebat!" gumam kakek tua berjubah pertapa itu sambil terus memperhatikan kelakuan pangeran Gumantri pada pangeran Xiao Yuen.
Kini tubuh Xiao Yuen sudah luka luka disana sini, karena terkena lecutan cambuk milik pangeran Gumantri, kehabisan tenaga untuk mempertahan kan hak milik nya.
Sambil tertawa senang, pangeran Gumantri merebut cincin dari jari tangan Xiao Yuen yang tidak berdaya.
Tetapi karena cincin itu disegel dengan darah Xiao Yuen, sehingga cincin itu tidak bisa dibuka oleh siapa pun selain Xiao Yuen sendiri.
"Dasar anak setan!, ku bunuh saja kau sekarang!" teriak pangeran Gumantri sambil melilitkan cambuk nya di leher Xiao Yuen.
Melihat keadaan genting itu, mulut pria tua berjubah pertapa yang duduk diatas tembok benteng istana itu berkomat Kamit membaca japa mantra.
"Puh!" pria tua itu meludah kearah Xiao Yuen.
Sungguh ajaib, ludah pria tua itu berupa cahaya putih yang melesat masuk kedalam tubuh Xiao Yuen.
"Heya!"
Tiba tiba tubuh Xiao Yuen bergetar menegang, dan cambuk yang tadi melilit di leher nya, tiba tiba putus semua.
"Buk!" ....
"Buk!" ....
Dua kali hantaman tangan Xiao Yuen, berhasil mendarat di mulut pangeran Gumantri, yang membuat empat buah gigi depan atas dan bawah nya patah.
Dengan santai nya, Xiao Yuen menarik cincin nya kembali dari tangan pangeran Gumantri, lalu mengenakan di tangan nya kembali.
Pangeran Gumantri yang pingsan, segera di bawa oleh para petugas perawat kuda, ke istana ke pangeran.
Setelah mengambil kembali cincin yang diambil oleh pangeran Gumantri tadi, tiba tiba Xiao Yuen menjadi linglung, dan bingung melihat ke sekeliling nya.
"Tap!" ....
Tiba tiba seorang kakek tua melayang ringan dari atas tembok benteng istana, dan mendarat diatas rerumputan di dekat Xiao Yuen.
"Si… siapa kah kakek ini?" tanya Xiao Yuen gugup.
"Nama kakek adalah Guru Darma, kakek ini guru dari kakek pangeran, yaitu Raja Dyandra, beliau meminta hamba menjemput tuan ku pangeran!" ucap kakek Guru Darma.
"Tetapi saya harus minta ijin ibunda terlebih dahulu kek!" ujar Xiao Yuen.
"Ayolah kita ke istana, ibunda pangeran pasti masih mengenal hamba!" ujar kakek guru Darma membimbing tangan Xiao Yuen menuju kearah istana.
Di sana ternyata sudah terjadi keributan besar, pangeran Gumantri pingsan di pukul oleh pangeran Xiao Yuen.
Semua orang tentu saja tidak ada yang percaya jika pangeran Xiao Yuen yang tidak memiliki kultivasi itu, mampu membuat pangeran Gumantri yang berada di tingkat Alam Taruna awal itu bisa di buat semaput.
Tentu saja pangeran Yurendra menjadi murka melihat putra nya semaput karena ulah Xiao Yuen.
"Ratu! Lihat kelakuan putra tak berguna mu itu, putra ku pingsan karena ulah nya!, kau harus memberikan hukuman berat kepada putra mu itu!" cap pangeran Yurendra pada ratu Nalina.
Belum lagi Ratu Nalina memberikan tanggapan nya, dari kejauhan terlihat seorang pria tua menggandeng tangan pangeran Xiao Yuen, berjalan menuju kearah mereka.
"Anak kurang ajar!, berani sekali kau membuat putra ku seperti ini, akan ku buat kau lebih sakit dari pada dia!" teriak pangeran Yurendra marah.
Baru saja pangeran Yurendra berniat maju mendekati Xiao Yuen, namun saat mata nya menatap mata kakek tua disamping Xiao Yuen itu, tiba tiba tenaga nya seperti hilang entah kemana.
...****************...