seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 10
Seperti biasa, Nabillah bersiap untuk berangkat kerja. Namun, pagi itu terasa berbeda. Ada perasaan tidak nyaman yang mengganggu hatinya. Meski begitu, Nabillah berusaha berpikir positif dan terus berdoa agar tidak terjadi sesuatu yang buruk.
Setelah tiba di tempat kerja, Nabillah menyempatkan diri untuk sarapan karena tadi pagi ia tidak sempat makan di rumah. Namun, selama di kantor, Nabillah lebih banyak melamun. Hal ini membuat Resti, rekan kerjanya, merasa heran.
"Kenapa, Bil? Kamu kelihatan nggak seperti biasanya," tanya Resti dengan nada khawatir.
Nabillah hanya menggelengkan kepala. "Aku nggak apa-apa kok," jawabnya singkat.
Namun, Resti tahu Nabillah sedang menyembunyikan sesuatu. Ia duduk di samping Nabillah dan merangkul pundaknya.
"Kalau ada masalah, cerita saja, ya. Jangan dipendam," ujar Resti lembut.
Nabillah tersenyum kecil. "Terima kasih, Tapi, sungguh, aku nggak apa-apa," katanya, berusaha meyakinkan.
Resti mengangguk meski tetap merasa ada yang disembunyikan. Ia memutuskan untuk tidak memaksa Nabillah bercerita dan hanya berharap semoga semuanya baik-baik saja.
Waktu terus berlalu, dan kini sudah pukul dua siang. Nabillah baru saja selesai mempresentasikan tugasnya. Setelah itu, ia kembali ke ruangannya dan mengambil ponselnya. Ia melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari Mas Daffa, kakaknya. Nabillah pun segera menelepon balik, tetapi tidak diangkat. Akhirnya, ia mengirim pesan untuk menanyakan keadaan.
Beberapa menit kemudian, ponselnya berbunyi. Pesan dari Daffa masuk. Saat membacanya, air mata Nabillah tak bisa dibendung. Ibunya dibawa ke rumah sakit dan, menurut Daffa, ibunya menangis karena tidak dapat melihat apa-apa.
Nabillah segera meminta Daffa menjemputnya. Ketika Pita, salah satu rekan kerjanya, masuk ke ruangan dan melihat Nabillah menangis sambil terburu-buru membereskan barang, ia terkejut.
"Bill, ada apa?" tanya Pita dengan bingung.
Nabillah memeluk Pita sambil terisak. "Ibu masuk rumah sakit, katanya mata Ibu nggak bisa melihat," jawabnya.
Pita terdiam, mencoba menenangkan Nabillah. Setelah melepaskan pelukan, Nabillah meminta Pita untuk memberi tahu Bu Yayan, manajernya, bahwa ia harus pulang lebih awal.
Di luar, hujan turun cukup deras. Meski begitu, Daffa tetap menjemput Nabillah menggunakan motor.
Sesampainya di rumah sakit, mereka melihat Ayah dan Pipah, kekasih Daffa, sedang menunggu di depan ruang perawatan.
"Ayah, bagaimana keadaan Ibu?" tanya Nabillah dengan tubuh yang masih basah oleh air hujan.
Ayahnya menghela napas. "Ayah belum tahu. Ibumu masih ditangani dokter," jawabnya, kemudian mempersilakan Nabillah duduk sambil menunggu kabar dari dokter.
Sementara itu, di tempat lain, Delvin, kekasih Nabillah, sedang dalam perjalanan menuju tempat terapi bersama keluarganya. Namun, setelah menerima informasi dari Pita bahwa Nabillah berada di rumah sakit, Delvin memutuskan untuk langsung menyusul ke sana. Ia memastikan terlebih dahulu keluarganya sampai di tempat terapi dengan selamat sebelum melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Delvin mencari Nabillah hingga akhirnya menemukan dirinya di lorong rumah sakit bersama keluarganya.
"Nabillah," panggil Delvin.
Nabillah yang mendengar suara segera menghampiri Delvin dan memeluknya. Delvin membalas pelukan tersebut dengan hangat, lalu melepaskannya secara perlahan. Ia melepas jaket yang dikenakannya dan memakaikannya ke tubuh Nabillah agar kekasihnya tidak kedinginan.
Semua orang yang berada di lorong itu terdiam, suasana penuh harap menyelimuti mereka. Tak lama kemudian, pintu ruang perawatan terbuka, dan seorang dokter keluar. Ayah Nabillah segera menghampiri dokter tersebut dengan wajah penuh kecemasan, lalu bertanya tentang kondisi istrinya.
"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?" tanya Ayah dengan nada cemas.
Dokter tersenyum kecil. "Istri Anda mengalami radiasi matahari yang memengaruhi penglihatannya. Namun, dengan obat dan tetes mata yang saya resep kan, insya Allah kondisinya akan membaik," jelas dokter.
Kabar itu membuat semua orang merasa lega. Ayah Nabillah segera pergi ke ruang dokter untuk mengambil obat yang diresepkan. Sementara itu, Nabillah masuk ke ruang perawatan dan memeluk ibunya yang duduk di kursi roda.
Saat suasana mulai tenang, Nabillah memperkenalkan Delvin kepada keluarganya. "Ibu, Mas, Kak Pipah, ini Kak Delvin, pacar Nabillah," ujarnya malu-malu.
Delvin menyalami mereka semua dengan sopan. "Salam kenal, saya Delvin Laksamana Harefa, pacarnya Nabillah," katanya.
"Salam kenal, Nak. Terima kasih sudah datang dan menemani Nabillah," ucap Ibu Nabillah dengan senyum lembut.
"Terima kasih, Bu. Saya hanya ingin memastikan keadaan Nabillah dan Ibu baik-baik saja," balas Delvin dengan penuh hormat.
Percakapan berlanjut hangat hingga Ayah Nabillah kembali dengan obat-obatan. Semua merasa lega karena kondisi ibu mulai membaik, dan mereka bersyukur bisa bersama-sama menghadapi cobaan ini.
TBC.....