NovelToon NovelToon
Cinta Suamiku Untuk Siapa?

Cinta Suamiku Untuk Siapa?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:30.8k
Nilai: 5
Nama Author: Little Rii

Sebenarnya, cinta suamiku untuk siapa? Untuk aku, istri sahnya atau untuk wanita itu yang merupakan cinta pertamanya

-----
Jangan lupa tinggalkan like, komen dan juga vote, jika kalian suka ya.
dilarang plagiat!
happy reading, guys :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Rii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Piknik

Malam harinya.

Semenjak pulang dari kerja, Aryan belum mendapati istrinya bicara sama sekali. Bahkan ketika ia bertanya, Aira hanya mengangguk atau menggeleng, bahkan kadang juga diam.

Ia tau, ia yang salah karena sudah membuat 2 wanita, sakit secara bersama. Untuk itu, ia akan perbaiki secara perlahan, meski mungkin di saat memperbaiki itu, ia kembali melakukan kesalahan.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Aryan memilih menyudahi kerjaannya, karena pikirannya sedang kacau sekarang. Apalagi Diana tadi mengirimkan pesan, kalau wanita itu akan mengakhiri hidupnya, jika Aryan tak segera menemuinya.

Aryan sempat ragu dan ingin pergi menemui Diana, karena bagaimana pun, ia tidak mau ada yang mati, karena dirinya. Tapi, saat hendak pergi, ia kembali terbayang mimpi itu. Di mimpi itu, Diana juga mengancam akan bunuh diri dan ia pun pergi menemui Diana, lalu meninggalkan Aira. Hanya ada penyesalan setelah kejadian itu.

Aryan tak mau menyesal kedua kalinya, meski penyesalan pertama ada di alam bawah sadar.

Aryan pun memilih mengabaikan pesan Diana, lalu masuk ke kamar saja. Toh Diana bukan tanggung jawabnya sekarang. Kalau Diana berani melakukan hal bodoh itu, itu urusannya dan Tuhan.

"Perut kamu kenapa?" tanya Aryan saat baru saja masuk ke kamar dan mendapati sang istri tengah mengelus perut, dengan raut wajah kesakitan.

"Mules," jawab Aira pelan. Akhirnya wanita itu mau menjawab juga dengan suara.

"Butuh apa, biar rasa sakitnya hilang?" tanya Aryan duduk di tepi ranjang. Aira menggeleng pelan, lalu memilih membaringkan tubuhnya, membelakangi suaminya, karena memang itu posisi yang nyaman.

"Saya udah lihat video itu, saya bakalan minta orang saya buat hapus videonya," seru Aryan menatap punggung istrinya. "Saya yang salah di sini, saya minta maaf."

"Kenapa mas yang salah? Kenapa mas gak pernah mengakui kesalahan mbak Diana atau keluarganya? Kenapa semua kesalahan mbak Diana, mas limpahkan ke mas semua? Sebegitu berharganya kah mbak Diana, melebihi harga diri mas?" tanya Aira dengan suara yang bergetar.

"Bukan itu maksud saya,....

"Kalau memang mbak Diana begitu berharga, tolong bebaskan aku, mas. Aku capek," potong Aira lirih. Terdengar suara isakan pilu yang membuat Aryan semakin merasa bersalah.

"Saya gak bela Diana, Aira. Saya tetap salahin dia, tapi ini juga kesalahan saya karena masih respon dia, padahal saya udah punya istri," ujar Aryan pelan.

Tak ada tanggapan dari Aira, membuat Aryan menghela nafas berat. Aryan pun mematikan sebagian lampu kamar, lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Di sisi lain.

Diana menatap pesan yang sudah ia kirimkan 2 jam yang lalu dan belum mendapatkan balasan. Di tangannya sudah ada sebilah pisau yang siap mengiris pergelangan tangannya.

"Di, jangan gini, nak! Buka pintunya, nak!" teriak bu Sinta histeris di luar kamar mandi. Diana mengurung diri di kamar mandi dan berniat bunuh diri, karena merasa putus asa.

"Diana! Keluar, nak. Bicara baik-baik sama papa, biar papa tau harus gimana."

"Gak akan bisa, pa! Aryan gak akan bisa balik ke aku lagi! Lebih baik aku mati aja!" balas Diana ikut berteriak. Tangannya ia letakkan di atas bathup, lalu ia menghidupkan air keran, membasahi pergelangan tangannya.

Di luar sana, tukang sudah datang dan langsung berusaha membobol pintu kamar mandi, hingga pintu itu pun akhirnya terbuka.

"Di!" teriak bu Sinta histeris, saat melihat air bercampur darah mengalir di dalam bathup. Dengan cepat, pak Herman menggendong putrinya yang sudah tak sadarkan diri, lalu bergegas membawa Diana ke rumah sakit.

Keesokan harinya.

Aryan menatap layar ponselnya, dimana foto Diana yang terbaring lemah, dengan tangan yang dibalut perban. Foto itu dikirimkan bu Sinta, beberapa menit yang lalu.

Ternyata Diana tak main-main dengan ancamannya, wanita itu benar-benar nekat.

"Pak, bekalnya saya letakkan dimana?" tanya bu Imas, menyadarkan Aryan dari lamunannya. Ia pun segera menghapus foto itu, lalu menyimpan ponselnya di saku celana.

"Langsung letakkan di bagasi mobil," jawab Aryan membantu memasukkan perlengkapan untuk piknik bersama istrinya.

Hari ini, ia meliburkan diri untuk beristirahat sejenak. Terlalu banyak urusan pekerjaan dan juga urusan pribadi lainnya, yang membuatnya gampang stres.

Untungnya Aira mau di ajak piknik, walaupun istrinya itu tetap masih membisu. Ini juga ia lakukan, sebagai salah satu permintaan maafnya. Bagaimana pun, apapun yang akan terjadi, Aira adalah istrinya dan ibu dari anak-anaknya kelak, jadi wanita itulah prioritasnya saat ini.

Meski ia mulai kepikiran tentang kondisi Diana.

Sebelum benar-benar pergi, Aryan menyempatkan mengirimkan pesan ke Adrian untuk melihat keadaan Diana, secara diam-diam saja. Ia tak mau keluarga Diana besar kepala, karena ia mengirimkan orang untuk memastikan keadaan Diana.

Ini semua ia lakukan, agar tak terlalu merasa bersalah nanti. Karena bagaimana pun itu, Diana nekat bunuh diri, karenanya.

"Bu Imas bener-bener gak mau ikut? Mas Aryan izinin kok," tanya Aira saat bu Imas tengah memasukkan sekeranjang buah, ke bagasi mobil.

"Enggak deh, non. Saya mah tau diri aja, masa ganggu pasutri lagi refreshing."

"Yaudah deh kalau gitu, nanti lain kali kita pergi sama-sama ya, bu Imas. "

"InsyaAllah, non." Aira pun berpamitan pada bu Imas, setelah itu naik ke mobil. Meski ia masih merasa sedih dan juga kecewa, tetap saja ia tak akan menolak permintaan suaminya. Mungkin, dengan ia pergi jalan-jalan bersama Aryan, stres dan juga amarahnya akan berkurang.

"Saya beli parfum baru, wangi gak?" tanya Aryan mencoba memecahkan suasana yang sunyi. Aira pun menghirup udara beberapa kali, lalu mengangguk.

"Kenapa di ganti?" tanya Aira.

"Gak kenapa-kenapa, saya pengen aja."

Setelah obrolan pendek itu, keduanya kembali diam, hingga tiba di tempat tujuan. Sebelum masuk ke area piknik, tak lupa Aryan membayar harga tiket masuk yang tergolong mahal, tapi sebanding dengan keindahan yang disuguhkan.

Aryan memilih lokasi di bawah pohon besar, ia membentang karpet, lalu meletakkan semua bawaan ke atas karpet. Setelahnya, Aryan duduk bersandar di batang pohon yang besar, sembari menatap hamparan rumput hijau yang menyejukkan mata.

Aryan menatap istrinya yang tengah menatap pemandangan rumput hijau dan bunga-bunga kecil yang indah, ia menatap istrinya yang sangat fokus, bahkan tak menyapanya sekali pun.

"Kamu mau saya fotoin?" tanya Aryan berniat memulai pembicaraan. Memang mereka ke sini untuk menenangkan pikiran, tapi bukan berarti harus diam-diam begini.

Aira menoleh ke arah Aryan, lalu menggeleng pelan. Aira kurang suka berfoto.

"Saya fotokan kamu ya, saya bawa kamera."

"Gak usah, Mas."

"Kenapa?" tanya Aryan sembari memegang kamera yang sengaja ia bawa.

"Gak kenapa-kenapa, gak usah aja."

"Saya maksa!"

"Gak mau!"

"Cepat, saya ambil gambar kamu," ujar Aryan mengarahkan kamera ke arah Aira, membuat wanita itu salah tingkah sendiri.

"Senyum," seru Aryan. Aira pun tersenyum manis, sembari menatap ke arah kamera.

"Udah, mas."

"Gaya lain."

"Mas, udah!"

"Lagi."

"Ih, mas tadi ambil gambar aku asal-asalan?" tanya Aira dengan wajah cemberut. Entah sudah seperti apa fotonya sekarang, karena diambil asal-asalan.

"Cantik semua kok," celetuk Aryan saat melihat hasil foto tadi. Sontak hal itu membuat Aira memalingkan wajahnya, karena pipinya mendadak menghangat.

Aryan pun menatap ke arah Aira yang sudah menatap ke arah lain, lalu tersenyum tipis dan mengambil lagi foto Aira, tanpa izin istrinya itu.

Setelah itu, Aryan memotret pemandangan lain, menggunakan ponselnya, lalu memotret makanan yang mereka bawa tadi. Ia menggabungkan beberapa foto menjadi kolase foto, lalu mengunggahnya di status wa-nya.

Setelah itu, Aryan memilih memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang membuatnya mengantuk.

"Mas, boleh gak aku makan mie cup?" tanya Aira menatap suaminya yang terlihat seperti orang tidur. "Tidur ya?" gumam Aira menghela nafas panjang.

Sebenarnya, Aryan tidak tidur, hanya saja itu salah satu cara agar istrinya tidak minta makanan yang aneh-aneh.

"Mas, lapar." Aryan membuka matanya, lalu duduk dengan tegap.

"Makan aja," sahut Aryan mengambil botol air minum, lalu membuka tutupnya.

"Makan mie boleh?"

"Di sini banyak makanan enak, sehat dan tentunya bersih. Untuk apa nyari yang lain lagi," ujar Aryan memberikan botol minum itu ke Aira.

Aira pun menerima botol minum itu, lalu makan apa yang sudah dibawa dari rumah. Minta makanan tak sehat ke suaminya, itu adalah ide yang buruk.

-----

Setelah shalat Dzuhur di Musholah sekitar, Aryan dan Aira kembali ke tempat mereka berteduh dari panasnya matahari.

"Mas, kayaknya mau hujan deh," seru Aira menatap sebagian langit yang mendung. Padahal barusan saja cuaca sangat panas, kini tiba-tiba berubah mendung.

"Kayaknya cuma gertakan aja," sahut Aryan sembari memakan nasi dengan lauknya, karena ia belum makan siang. Hanya Aira yang sudah makan.

"Kalau hujan, gimana?"

"Yaudah," sahut Aryan santai.

Aira mendelik kesal melihat respon suaminya. Bisa-bisanya Aryan sangat santai, padahal kalau sempat hujan turun, mereka akan jauh sekali ke mobil atau ke tempat yang beratap.

"Alhamdulillah," ucap Aryan setelah selesai makan.

"Loh, mas, udah rintik-rintik nih," seru Aira dengan cepat memasukkan barang-barang bawaan mereka ke tempat semula.

"Biar saya aja yang beresin, kamu pergi berteduh aja ke sana. Jangan lari, nanti jatuh," ucap Aryan sembari berberes.

"Tapi,...

"Pergi, Aira! Nanti kamu basah terus sakit!"

Aira mendadak sedih, karena suaminya membentaknya, walau pelan, mungkin takut di dengar orang lain.

"Maaf, mas." Aira langsung berdiri dan pergi meninggalkan Aryan yang langsung tersadar dengan sikapnya tadi. Mau minta maaf, tapi Aira sudah pergi jauh meninggalkannya.

"Pak, saya bantu ya," ujar salah satu laki-laki yang berpakaian khas pegawai sini. Aryan pun mengangguk, karena hujan semakin deras.

Meski sudah cepat-cepat, tetap saja Aryan lumayan basah. Aryan duduk di tempat Aira singgah tadi.

"Maaf, saya gak bermaksud,...

"Kepala mas, basah." Aira memotong ucapan Aryan, lalu menyodorkan sweater yang ia pegang, ke suaminya.

"Gak usah, nanti kering sendiri. Pakai aja, takutnya kamu kedinginan."

"Gak papa, nanti mas sakit." Aryan pun menerima sweater itu, lalu mengeringkan rambutnya dengan sweater milik istrinya.

"Maaf, saya gak bermaksud ngomong kasar sama kamu tadi. Saya cuma khawatir kamu sakit, itu gak baik buat kandungan kamu," jelas Aryan menatap hujan yang semakin deras. Mereka ada di salah satu saung, yang memang disediakan untuk pengunjung.

"Iya, gak papa. Tapi, aku masih marah." Aryan langsung menatap istrinya dengan kening yang berkerut. Apa ia memang sudah keterlaluan tadi, sampai-sampai Aira kembali marah.

"Saya minta maaf."

"Beliin mie, baru dimaafin," ujar Aira menatap wajah suaminya. Ia takut, kalau tingkahnya kali ini akan membuat suaminya marah.

"Satu aja, kita bagi dua. Kamu gak boleh banyak makan makanan bermicin!" Aira langsung mengangguk setuju, karena akhirnya ia bisa makan mie instan.

Berharap bisa dapat yang rasa pedas dower, tapi suaminya malah membeli yang rasa ayam bawang.

Ah, sudahlah. Yang penting makan mie instan.

"Jangan di tiup, tunggu dingin sebentar," seru Aryan sembari merebut sendok ditangan Aira. "Kayak gak pernah makan aja, sabar dulu," lanjut Aryan menjauhkan sendok garpu ditangannya, saat Aira hendak memakan mie yang bergelantungan di sendok garpu.

"Memang udah lama gak makan, jadi udah lupa rasanya," sahut Aira menatap penuh minat.

Aryan pun mendekatkan sendok garpu ke bibirnya, hanya untuk memastikan kalau mie itu sudah tidak terlalu panas. "Bismillah," ucap Aryan menyuapi mie instan tadi ke mulutnya Aira.

Meski awalnya kaget, karena suaminya mengecek terlebih dahulu menggunakan bibir, tetap saja Aira makan dengan lahap.

Di sisi lain.

Diana berteriak histeris, memberontak ingin melepaskan infus ditangannya. Wanita itu histeris, setelah melihat status wa milik Aryan. Awalnya ia hanya ingin mengirimkan pesan ke Aryan, namun salah fokus dengan status laki-laki itu.

"Gak boleh! Aryan punya aku!" teriak Diana dalam pelukan sang ibu.

"Udah, Di! Udah!"

"Aku bakalan bunuh siapa aja yang ngerebut Aryan, aku bunuh!"

"Pa, ini gimana?" tanya bu Sinta menatap sendu suaminya.

"Dokter sebentar lagi datang, Ma. Nanti bakalan dikasih obat penenang."

"Lepasin aku! Aku mau sama Aryan! Aryan!"

"Di!"

"Aryan! Kamu cuma buat aku! Gak boleh buat orang lain," teriak Diana menangis pilu.

"Aryan!"

1
aca
q malah berharap beneran biar cerai kasian Aira tau
aca
cerai aja lah aira
Daulat Pasaribu
lanjut Thor setia menanti,novelnya good
Daulat Pasaribu
jgn luluh Aira,biar tau rasa si aryan
Daulat Pasaribu
semoga aja kau menyesal aryan
Daulat Pasaribu
Gilak si Aryan Uda punya bini pun masih perduli Ama mantan
Asmaul Husna
kok ngk lanjut ceritanya
Yati Syahira
semoga selamat duaduanya ibu dan debay
Asmaul Husna
ceritanya seru
bahasanya jga enak di baca
Agil Saputra
bagussekali ceritanya
Uti Enzo
Luar biasa
Uti Enzo
aku kira beneran ternyata cuma mimpi
Uti Enzo
dasar plin plan
sryharty
gengsi aja yg kamu gede in ar ar kamu ini
AriNovani
Semoga sehat selalu kakk /Heart//Heart/
Tijanud Darori Tiara
sehat selalu ya KK author,,
Suci Dava
Syafakillah kak Author
sryharty
bagus ceritanya
sryharty
semoga sehat selalu ka,,bait up nya juga rutin lagi
Umi Kulsum
ko udah habis SE thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!