NovelToon NovelToon
Tertawan Cinta Pria Pilihan

Tertawan Cinta Pria Pilihan

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Genius / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

Mayra begitu bahagia dijodohkan dengan pria pilihannya, akan tetapi harapannya dicintai harus pupus dan kandas. Rayyan Atmadja sangat membenci Mayra namun dirinya enggan untuk melepaskan.

Apakah Mayra mampu mempertahankan dan membuat Rayyan mencintainya atau Mayra lama-lama menjadi bosan lalu meninggalkan pria pilihannya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 - Bagian Kedua

Karin tak segera menjawab pertanyaan dari Rama, di dalam isi kepalanya hanya bingung mengapa pria yang tak dikenalnya menanyakan di mana alamat rumahnya. Dia takut jika dirinya akan diculik dan dijual.

"Kita pernah bertemu sebelumnya, kamu sales yang seminggu lalu mendatangi Kafe Bunga, 'kan?"

Karin berusaha mengingat ke mana saja dirinya beberapa hari lalu.

"Baiklah, jika kamu tidak ingat. Aku lihat kamu sendirian dan ini juga sudah larut malam mungkin angkutan umum atau online juga tak ada yang beroperasi. Bagaimana jika aku antar pulang? Rumah kamu tidak terlalu jauh, 'kan?"

"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa pulang dengan anda," tolak Karin karena ia benar-benar sangat takut.

"Hmm, baiklah. Jika kamu tidak ingin aku mengantarkanmu pulang, tapi ini ada payung kamu pakailah!" Rama menyodorkannya kepada wanita dihadapannya.

Karin dengan tangan gemetar meraih payung pemberian Rama. "Terima kasih, Tuan!"

Rama menggerakkan dagunya pelan seraya tersenyum tipis.

"Saya akan pulang dengan berjalan kaki," kata Karin agar Rama segera pergi meninggalkannya.

"Aku akan mengikutimu dari belakang biar kamu merasa aman," ucap Rama.

"Tidak usah, Tuan. Saya tidak apa-apa," kata Karin seraya membuka payung. "Sekali lagi, terima kasih!" Karin bergegas pergi.

Rama kembali ke mobil, ia tak segera pulang melainkan mengikuti langkah Karin.

Karin yang merasa was-was mempercepat langkahnya ketika mobil Rama mengikutinya dengan jalan lambat. "Ya ampun, mana masih jauh lagi!!" gumamnya karena jarak rumahnya membutuhkan waktu 20 menit lagi sedangkan kakinya sudah terasa sakit sebab pekerjaannya berkeliling memasarkan produk.

Karin pun terjatuh karena berjalan terburu-buru sangking ketakutannya, melihat Karin begitu Rama menghentikan laju kendaraannya dan hendak turun namun Karin perlahan bangkit menahan sakit di kakinya. Ia pun memutar tubuh menghampiri mobilnya Rama.

Karin mengetuk jendela dan Rama membukanya, "Tuan, bisakah anda mengantarkan saya pulang? Rumah saya tidak terlalu jauh dari sini."

"Ayo masuk!" ucap Rama lantas membuka pintu mobilnya dari dalam.

Karin masuk sembari berkata, "Maaf, Tuan. Pakaian saya basah dan kotor!"

"Tidak apa-apa!" kata Rama. Ia lalu mengambil selimut yang ada di kursi belakang dan memberikannya kepada Karin. "Tutup bagian kakimu!" titahnya.

Karin gegas ke arah kakinya yang memang menampakkan pahanya, ia pun menerima selimut dari Rama dan menutupinya. Namun, Karin mengerutkan dahinya ketika melihat selimut pemberian bermotif bunga-bunga. "Apa dia sudah beristri?" batin Karin seraya sekilas melihat ke arah Rama.

"Gawat, jika dia suami orang. Jangan sampai aku dituduh pelakor!" ucap Karin dalam hati. "Atau jangan-jangan dia memang mencari wanita simpanan!" lanjutnya bermonolog.

Rasa ketakutan Karin semakin besar, ia berharap tak bertemu Rama lagi. Sebab dirinya tidak ingin di cap sebagai perusak rumah tangga orang lain meskipun Rama kelihatan kaya raya namun harga diri Karin sangat tinggi. Dia tak mau terjebak cinta dengan pria beristri meskipun ia membutuhkan uang.

Belum terjawab pertanyaan yang menari-nari di kepala Karin, matanya malah melihat sebungkus pembalut wanita di dashboard. Ia pun kembali melihat ke arah Rama yang sedang menyetir.

Rama yang paham jika Karin memperhatikan belanjaannya langsung berkata, "Titipan adikku, tadi dia meminta aku membelikannya."

Karin yang tak bertanya mengangguk pelan.

"Adik? Baik sekali dia? Tapi, tidak mungkin!! Apa jangan-jangan kekasihnya yang menyuruhnya atau istrinya?" pertanyaan diisi kepala Karin.

"Di mana rumahmu?" tanya Rama selang 5 menit kemudian.

"Tidak jauh lagi, Tuan," jawab Karin.

Dua menit kemudian, Karin kembali berkata, "Itu rumah saya, Tuan!" menunjuk ke arah pagar berwarna hijau pudar.

Rama menghentikan laju kendaraannya dan Karin gegas turun tak lupa mengembalikan payung serta mengucapkan terima kasih.

Karena hujan masih jatuh meskipun hanya tinggal rintik-rintik saja, Karin melangkah cepat memasuki rumahnya apalagi mobil Rama juga berjalan.

Karin mengambil kunci di dalam tasnya lalu membuka pintunya, ia tak mau mengganggu waktu tidur kedua orang tuanya makanya ia membawa kunci sendiri. Begitu masuk, ternyata sang mama belum tidur masih menunggunya di depan televisi.

"Mama, kenapa belum tidur?" Karin melirik sekilas ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Tadi sore orang suruhan Tante Clara datang ke sini, mereka menagih utang kita," kata ibunya Karin bernama Lita.

"Aku belum gajian, Ma. Bahkan uang ongkos aku juga habis," ucap Karin.

"Lalu tadi kamu diantar siapa?" Lita melihat dari balik jendela jika putrinya turun dari mobil mewah.

"Aku tidak tahu namanya, Ma. Pastinya dia orang baik," kata Karin.

"Orang baik?" Lita tampak curiga.

"Ya, memang orang baik. Selama mengantarkanku pulang kami tidak bicara apapun," jelas Karin.

"Pasti orang itu mempunyai niat tersembunyi, apa dia masih muda?" tanya Lita penasaran.

"Ya, Ma. Dia masih muda dan tampan," jawab Karin.

"Kamu punya nomor teleponnya?"

"Namanya saja aku tidak tahu, bagaimana dengan nomor teleponnya. Lagian untuk apa aku harus menyimpan kontak teleponnya?"

"Karin, kenapa kamu melepaskan tambang emas?" omel Lita.

"Tambang emas? Maksudnya Mama apa?" Karin mengerutkan dahinya.

"Pria itu menyukaimu," ucap Lita.

"Bagaimana mungkin suka, Ma? Kami baru saja bertemu kebetulan dia melintas di jalan yang aku lalui," ujar Karin.

"Dia itu memiliki niat lain, kalau tidak mana mungkin dia mau menolong kamu. Apalagi baru kenal, seharusnya kamu tanya nomor teleponnya dan kalian akan semakin akrab," kata Lita.

"Ma, jangan aneh, deh!"

"Karin, kamu seharusnya tidak boleh menghilangkan kesempatan ini. Kamu bisa memanfaatkannya untuk melunasi utang-utangnya kita!" saran Lita.

"Tidak, Ma. Aku tidak akan mengikuti ide gila Mama!" tolak Karin tegas.

"Kamu itu cantik seharusnya manfaatkan kecantikan kamu untuk mendulang keuntungan, lagian Mama baru sekali meminta bantuan kepadamu. Apa salahnya menggaet pria tajir lalu minta uang banyak kepadanya," ujar Lita.

"Aku tidak mau menjadi wanita perusak rumah tangga orang lain, Ma!!" tegas Karin.

"Hei, zaman sekarang banyak yang begitu. Mereka itu tidak peduli, bagi mereka pundi-pundi uang menumpuk," kata Lita menjelaskan.

"Aku tidak akan mau mengikuti saran dari Mama, lagian kami juga takkan bertemu lagi," ucap Karin.

"Kamu bisa cari pria lain," usul Lita.

"Tidak, Ma. Mama saja yang cari pria seperti itu!!" Karin yang kesal lantas melangkah ke kamarnya.

Karin tak habis pikir ibunya memiliki ide yang sangat tidak masuk akal, jika dia melakukan itu sama saja dengan dirinya menjual tubuhnya. Tidak mungkin pria-pria kaya memberikan uang tanpa meminta imbalan.

-

Dikediaman Rayyan Atmadja...

Rama sampai di rumahnya, ia menenteng bungkusan plastik transparan dan menuju ke kamar adiknya. Rama mengetuk pintunya tak lama kemudian adiknya keluar.

"Kakak, kenapa lama sekali?" protes Rara, 20 tahun.

"Iya, tadi Kakak mengantar seseorang," jelas Rama.

"Siapa? Kekasih Kakak?" cecar Rara.

"Bukan!"

"Lalu siapa? Teman Kakak?"

"Bukan juga!"

"Jadi siapa?"

"Bukan siapa-siapa!"

"Aneh!!" Rara memiringkan bibirnya.

"Sudahlah, jangan banyak tanya!" kata Rama.

"Jangan bilang kalau Kakak......!" ucapan Rara terjeda.

"Kakakmu ini normal, buang pikiran aneh kamu itu!" Rama menyentuh kening adiknya dengan jari telunjuknya dan mendorongnya pelan.

"Kakak lebih aneh, mengantarkan orang lain pulang tapi tidak kenal," kata Rara.

"Kakak hanya kasihan kepadanya, dia pulang kehujanan dengan jalanan sepi apalagi dia seorang perempuan," ujar Rama.

Rara yang mendengarnya malah tertawa.

"Hei, apa ada yang salah?" Rama menautkan alisnya.

"Kasihan dengan orang yang tak dikenal, kenapa tidak panggilkan taksi atau ojek saja," ucap Rara.

"Kemungkinan akan sulit mendapatkannya apalagi hujan deras," kata Rama. "Sudahlah, Kakak mau ke kamar mau tidur!" Rama mengakhiri pembicaraannya dengan sang adik.

1
Listya ning
Haiii....
Salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!