NovelToon NovelToon
The King Final Sunset

The King Final Sunset

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Poligami / Perperangan / Kultivasi Modern / Penyelamat
Popularitas:950
Nilai: 5
Nama Author: Mrs Dream Writer

Zharagi Hyugi, Raja ke VIII Dinasti Huang, terjebak di dalam pusara konflik perebutan tahta yang membuat Ratu Hwa gelap mata dan menuntutnya turun dari tahta setelah kelahiran Putera Mahkota.

Dia tak terima dengan kelahiran putera mahkota dari rahim Selir Agung Yi-Ang yang akan mengancam posisinya.

Perebutan tahta semakin pelik, saat para petinggi klan ikut mendukung Ratu Hwa untuk tidak menerima kelahiran Putera Mahkota.

Disaat yang bersamaan, perbatasan kerajaan bergejolak setelah sejumlah orang dinyatakan hilang.

Akankah Zharagi Hyugi, sebagai Raja ke VIII Dinasti Huang ini bisa mempertahankan kekuasaannya? Ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs Dream Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingatan Yang Hangat

Setelah menerima laporan dari Tarei, Raja Zharagi mengumpulkan para penasihatnya yang terpercaya untuk menyusun langkah-langkah berikutnya. Di ruang strategi istana, meja besar yang dipenuhi peta, laporan, dan dokumen berada di tengah ruangan. Para panglima, termasuk Tarei, berkumpul di sana dengan wajah serius.

“Dari laporan ini,” kata Zharagi sambil mengetuk peta, “jelas bahwa ancaman dari Zhanar lebih besar daripada yang kita kira. Mereka tidak hanya menyusup ke dalam istana, tetapi juga menguasai jalur perdagangan dan mencoba menghancurkan ekonomi kita secara perlahan. Kita harus bertindak cepat.”

Seorang penasihat ekonomi, Menteri Halvor, angkat bicara. “Yang Mulia, jika mereka berhasil memonopoli perdagangan melalui jalur penyelundupan itu, kita akan kehilangan pemasukan yang signifikan. Itu bisa melemahkan anggaran kerajaan.”

Zharagi mengangguk. “Benar. Maka langkah pertama kita adalah menutup celah ekonomi ini. Halvor, mulai hari ini, awasi semua transaksi dagang. Setiap penyimpangan harus segera dilaporkan.”

Tarei menambahkan, “Yang Mulia, kita juga harus memastikan bahwa para pejabat yang terlibat segera diadili. Jika kita membiarkan mereka tetap berada di posisi mereka, informasi tentang langkah kita bisa bocor.”

“Sudah aku pikirkan,” jawab Zharagi dengan nada tegas. “Aku akan menyelenggarakan sidang kerajaan untuk mengungkapkan semua bukti ini. Namun, sebelum itu, kita perlu lebih banyak informasi. Tarei, lanjutkan interogasi para tahanan. Kita harus tahu siapa lagi yang terlibat.”

Sementara itu, di bawah komando Tarei, interogasi intensif dilakukan terhadap tahanan yang mereka bawa dari pelabuhan. Salah satu tahanan, pria besar yang memimpin kelompok kriminal, akhirnya membuka mulut setelah beberapa kali didesak.

“Kalian tidak akan bisa menghentikan ini,” katanya dengan nada mengejek. “Zhanar memiliki ratusan mata-mata di kerajaan ini. Dan mereka sudah merencanakan langkah berikutnya.”

“Bicara!” bentak Tarei. “Apa rencana mereka?”

Pria itu tersenyum licik. “Aku hanya akan mengatakan satu hal. Akan ada serangan besar ke wilayah timur kerajaan. Dan kau tidak akan bisa menghentikannya.”

Laporan ini segera disampaikan kepada Zharagi, yang langsung memerintahkan penyebaran pasukan ke wilayah timur. Namun, dia juga tahu bahwa serangan ini mungkin hanya pengalihan.

“Ini terlalu mudah,” kata Zharagi kepada Tarei dalam percakapan pribadi. “Mereka ingin kita memusatkan perhatian ke timur sementara mereka mungkin bergerak ke arah lain.”

“Benar, Yang Mulia,” jawab Tarei. “Aku akan memimpin pasukan untuk memastikan wilayah timur aman. Tapi kita juga harus menyiapkan pasukan cadangan untuk menghadapi kemungkinan serangan mendadak di tempat lain.”

Zharagi juga mengambil langkah khusus untuk memastikan keselamatan Putera Mahkota. Mei Li, pelayan setia yang diberi kepercayaan untuk melindungi pewaris takhta, diberi arahan langsung dari Zharagi.

“Mei Li,” kata Zharagi dengan nada serius, “kau adalah satu-satunya yang aku percaya sepenuhnya. Tidak peduli apa yang terjadi, Putera Mahkota harus tetap aman.”

Mei Li menunduk hormat. “Saya tidak akan mengecewakan Anda, Yang Mulia. Nyawa saya adalah milik Putera Mahkota.”

Zharagi menatapnya dengan mata berkaca-kaca, mengingat mendiang Selir Agung yang telah memberikan hidupnya untuk melahirkan pewaris takhta. “Lindungi dia, Mei Li. Untuk ibunya, untuk kerajaannya, dan untuk masa depan kita semua.”

Semua langkah ini mengarah pada satu tujuan: persiapan perang tersembunyi. Zharagi memerintahkan pelatihan tambahan untuk pasukan kerajaan, peningkatan pertahanan istana, dan pengawasan ketat di semua perbatasan.

Namun, di balik persiapan ini, Zharagi tahu bahwa perang tidak bisa dimenangkan hanya dengan kekuatan. Dia membutuhkan kecerdikan, loyalitas, dan strategi yang tak terduga.

“Kerajaan ini telah melalui banyak badai,” kata Zharagi dalam pertemuan terakhir dengan penasihatnya. “Dan kita akan melalui ini juga. Mereka boleh mencoba menghancurkan kita, tetapi kita tidak akan pernah menyerah. Ini adalah tanah kita, rumah kita, dan aku akan melindunginya dengan segala yang aku miliki.”

Malam itu, suasana istana terasa lebih sunyi dari biasanya. Angin dingin berhembus melewati jendela besar yang terbuka, membawa aroma tanah basah setelah hujan. Raja Zharagi duduk di balkon pribadinya, menatap langit yang gelap tanpa bintang. Wajahnya yang tegas menunjukkan beban pikiran yang berat, namun ia berusaha menenangkan dirinya di tengah situasi yang mencekam.

Dengan suara rendah namun tegas, ia memanggil pelayan setianya. “Mei Li, datanglah ke sini.”

Tak lama kemudian, Mei Li muncul dengan langkah ringan, mengenakan pakaian sederhana namun rapi. Dia menundukkan kepala dalam-dalam, menunjukkan rasa hormat yang tulus kepada rajanya.

“Anda memanggil saya, Yang Mulia?” tanyanya lembut, namun matanya penuh perhatian, siap mendengar apa pun yang diperintahkan oleh Raja.

Zharagi mempersilakan Mei Li duduk di kursi dekatnya, sesuatu yang jarang ia lakukan kepada pelayan mana pun. Malam itu berbeda. Dia ingin berbicara, tidak sebagai seorang raja, tetapi sebagai seorang pria yang memikul beban takhta.

“Mei Li,” Zharagi memulai, suaranya berat namun hangat, “hampir dua tahun, kau telah melayani keluarga kami dengan kesetiaan yang tak tergoyahkan. Aku tahu kau tidak pernah meminta apa pun untuk dirimu sendiri. Namun malam ini, aku ingin meminta sesuatu darimu, sesuatu yang lebih dari sekadar tugas.”

Mei Li mengangkat wajahnya sedikit, menatap raja dengan bingung namun penuh perhatian. “Perintah apa pun yang Anda berikan, Yang Mulia, saya akan melakukannya tanpa ragu.”

Zharagi menarik napas dalam-dalam, pandangannya tertuju pada horizon gelap di kejauhan. “Aku tahu bahaya mengintai di setiap sudut istana ini. Banyak orang yang menginginkan kehancuranku, dan aku tidak takut menghadapi mereka. Tapi... jika sesuatu terjadi padaku, Putera Mahkota harus tetap aman. Dia adalah masa depan kerajaan ini.”

Mei Li terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara mantap. “Saya bersumpah atas hidup saya, Yang Mulia. Putera Mahkota akan selalu berada di bawah perlindungan saya. Tidak peduli apa pun yang terjadi.”

Raja Zharagi tersenyum tipis, namun senyuman itu penuh dengan rasa rindu dan luka. “Kau tahu, Mei Li, setiap kali aku melihat Putera Mahkota, aku selalu melihat ibunya. Selir Agung adalah satu-satunya wanita yang benar-benar mengerti aku. Kehilangannya adalah luka yang tak pernah sembuh.”

Mei Li menundukkan kepalanya. Dia tahu betapa besar cinta Zharagi kepada Selir Agung, dan dia sendiri telah menyaksikan betapa besar pengorbanan wanita itu demi kerajaan.

“Selir Agung adalah wanita yang luar biasa, Yang Mulia,” Mei Li berkata dengan lembut. “Dan Putera Mahkota adalah warisan terbesarnya. Saya tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhnya.”

Zharagi menatap Mei Li dengan sorot mata yang penuh penghargaan. “Aku percaya padamu, Mei Li. Tidak ada orang lain yang bisa kuandalkan untuk tugas ini. Kau harus selalu waspada, bahkan ketika semuanya terlihat tenang.”

Mei Li mengangguk tegas. “Saya tidak akan mengecewakan Anda, Yang Mulia.”

Setelah percakapan itu, Zharagi berdiri, memandang langit yang semakin gelap. Dalam hatinya, ia tahu bahwa badai besar akan segera datang. Namun dengan orang-orang setia seperti Mei Li dan Tarei di sisinya, ia merasa yakin bahwa kerajaan ini masih memiliki harapan untuk bertahan.

1
MDW
terimakasih
MDW
bentar lagi nih
Ahmad Fahri
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Mưa buồn
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!