Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 8 - Naya hilang
Ep. 8 - Naya hilang
🌺SINGLE MOM🌺
Matahari pagi mulai mengintip melalui celah tirai kamar penginapan. Cahaya hangat membelai wajah Kirana yang masih lelah setelah malam penuh air mata.
Perlahan, ia membuka mata dan mengumpulkan kesadarannya. Namun, rasa tenang itu seketika lenyap saat pandangannya tertuju ke sisi tempat tidur yang kosong.
"Naya?," panggilnya, khawatir.
Ia menoleh ke seluruh penjuru kamar, berharap putrinya hanya bersembunyi atau bermain-main di dekatnya.
Tapi sosok mungil itu tidak ada di sana. Kirana pun segera bangkit dari tempat tidur dengan perasaan yang sangat cemas.
"Naya? Dimana kamu, Nak?!," panggilnya lagi dengan suara yang lebih keras.
Tidak mendapat jawaban, ia pun mulai mencari di setiap sudut kamar, membuka lemari kecil, dan melongok di bawah tempat tidur namun tetap tidak ada tanda-tanda Naya.
Dengan cepat, ia berlari menuju kamar mandi dan membuka pintu dengan tergesa-gesa yang ternyata kosong.
"Ya Tuhan... Dimana anakku?! Naya! Jawab Ibu, Nak!," panggilnya lagi.
Tangan Kirana gemetar saat memegang pintu kamar mandi. Air matanya mulai mengalir, membasahi wajahnya yang pucat.
Dengan bermacam pikiran, Kirana langsung berlari ke lobi penginapan dengan langkah yang tergesa-gesa. Nafasnya tersengal, dan wajahnya penuh ketakutan.
"Bu! Tolong! Anakku hilang! Anakku tidak ada di kamar!," teriaknya sambil menghampiri pemilik penginapan yang sedang duduk di meja resepsionis.
Wanita tua itu pun terkejut mendengar kabar tersebut. "Apa?! Tenang, Neng, tenang. Mari kita cari bersama."
"Tidak mungkin aku tenang! Tolong bantu aku, Naya baru saja hilang!," ucap Kirana hampir histeris, seraya tangannya menggenggam erat bahu si pemilik penginapan.
Kemudian, Kirana dan pemilik penginapan mulai memeriksa setiap kamar kosong, lorong, hingga area sekitar penginapan. Sambil berjalan, Kirana terus memanggil-manggil nama putrinya itu.
"Naya! Dimana kamu, Nak?! Jangan main-main seperti ini!," panggil Kirana dengan suara yang serak karena terus menangis.
"Neng, mungkin Naya hanya keluar sebentar. Penginapan ini aman, tidak ada yang bisa masuk tanpa izin," ucap Pemilik penginapan mencoba menenangkannya.
"Tapi dia masih kecil! Dia tidak tahu apa-apa. Bagaimana kalau sesuatu terjadi padanya?!," balas Kirana dengan penuh rasa takut.
Kirana semakin panik lalu ia mengingat jika semalam ia tidak mengunci pintu kamarnya tersebut hingga mungkin saja...??
Lalu, ketika ia hendak menaiki tangga dan kembali ke kamar, ia mendengar suara gaduh dari luar dan melihat sekelompok orang sedang berkumpul di jalan.
Sebagian mereka merasa ngeri dan iba karena baru saja terjadi laka lantas dimana seseorang tertabrak.
Rasa ingin tahu pun muncul sejenak di benak Kirana, namun ia lebih fokus mencari Naya.
Namun langkahnya tertahan ketika mendengar percakapan antara dua penghuni penginapan yang kebetulan melintas di dekatnya.
"Kasihan anak itu ya?," kata seorang pria paruh baya dengan simpati.
"Iya, tapi yang salah itu orang tuanya. Bagaimana mungkin anak kecil dibiarkan bermain di jalan ramai seperti itu? Sekarang malah tertabrak," balas seorang wanita yang berdiri di sampingnya.
TEG!
Seperti disambar petir, tubuh Kirana pun menegang. "Tertabrak? Anak kecil? Naya... Jangan-jangan...," gumamnya.
Tanpa pikir panjang, Kirana langsung berlari keluar penginapan menuju kerumunan. Jantungnya berdetak begitu cepat hingga seolah bisa meledak kapan saja.
"Naya! Naya!," teriaknya panik sambil menerobos kerumunan orang yang masih berdesakan di tepi jalan.
Ketika sampai di tengah kerumunan, pandangannya langsung tertuju pada tubuh mungil yang tergeletak di jalanan dan bersimbah darah.
Sekelompok orang mengerumuni anak kecil itu namun beberapa dari mereka tampak menutup mulut karena ngeri melihat kondisinya.
Kirana pun berjalan semakin mendekat dengan langkah gemetar karena lututnya terasa sangat lemas.
"Tidak... Tidak mungkin... Jangan Naya, jangan Naya," gumamnya sambil melangkah semakin dekat.
Air mata mulai menggenang di mata Kirana, bahkan tubuhnya bergetar hebat. Saat ia berdiri di depan tubuh itu, pandangannya kabur oleh air mata.
"Naya...," suaranya tercekat.
Namun, ketika ia berjongkok dan akhirnya melihat wajah anak itu, ia langsung tersentak.
"Bukan... Ini bukan Naya...," bisiknya dengan lega bercampur syok.
Anak itu bukan Naya. Meskipun tubuhnya hampir serupa, wajahnya jelas bukan putrinya.
Tubuh Kirana ambruk ke aspal karena lemas tak berdaya. Ia menangis terisak sambil menutupi wajah dengan tangannya. "Ya Tuhan, aku tidak kuat... Aku takut kehilangan Naya...," ratapnya di antara tangisnya.
Beberapa orang di sekitarnya mulai memperhatikan Kirana. Seorang wanita muda lalu mendekatinya.
"Bu, apa Anda baik-baik saja? Anak ini bukan anak Anda, kan?," tanyanya hati-hati.
Kirana mengangguk pelan, lalu menjawab, "Bukan... Bukan anakku. Tapi... Anakku hilang. Aku tidak tahu dia dimana," jawabnya dengan suara serak.
Wanita itu pun menatapnya iba. "Saya ikut prihatin, Bu. Jika Anda butuh bantuan, mari kita tanyakan ke pemilik penginapan atau polisi."
Kirana hanya mengangguk, lalu mencoba berdiri dengan bantuan wanita tersebut. Namun tubuhnya masih terasa begitu lemah hingga sulit untuk berdiri dan hanya bisa berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, lindungi Naya. Tolong kembalikan dia padaku."
**
Saat pencarian berlangsung, seorang tamu penginapan lain yang seorang pria paruh baya, mendekati mereka.
"Maaf, Bu. Apa anak Ibu mengenakan baju tidur warna merah muda tadi malam?," tanyanya.
Kirana langsung menoleh dengan tatapan penuh harap. "Iya! Apa Bapak melihatnya?!."
"Tadi pagi, sekitar jam enam, saya melihat seorang anak kecil berjalan ke taman kecil di belakang penginapan. Saya pikir dia bersama Ibunya."
Tanpa berpikir panjang, Kirana langsung berlari menuju taman kecil di belakang penginapan, tanpa menghiraukan teriakan pemilik penginapan yang memintanya untuk hati-hati.
Sesaampainya di taman kecil itu, Kirana melihat sosok mungil yang duduk di bawah pohon besar, memeluk bonekanya sambil menggaruk-garuk tanah dengan ranting.
"Naya!," teriak Kirana sambil berlari menghampiri.
Naya pun mendongak, wajah polosnya bingung melihat ibunya yang berlari dengan sangat terburu-buru dan menangis.
"Ibu? Kenapa Ibu menangis?," tanyanya, polos.
Kirana langsung memeluk Naya dengan erat, hingga air matanya tumpah di pundak putrinya. "Naya... Jangan pernah pergi seperti ini lagi, Nak. Ibu hampir mati ketakutan."
"Maaf, Ibu. Naya hanya ingin main dengan boneka di luar. Naya tidak mau bangunin Ibu karena Ibu capek," jawab Naya polos.
Setelah memastikan Naya aman, Kirana menggendongnya kembali ke kamar. Ia terus menciumi kening putrinya sambil berbisik, "Kamu adalah segalanya bagi Ibu. Jangan pernah tinggalkan Ibu lagi, ya, Nak."
"Iya, Bu. Naya janji," jawab Naya.
Sesaat hati Kirana terasa sangat hancur ketika hilangnya Naya dari jangkauannya. Wajar saja, baru kehilangan suami ia pun tidak mau sampai kehilangan anaknya juga.
"Fighting Kirana!!!."
Bersambung...
serahkan semua sama Allah minta petunjukNya. Allah tidak diam. tugasmu hanya berdoa meminta... selebihnya biar Allah yg bekerja 💪💪💪
aku sudah mampir ya kak, ceritanya baguss😍
jangan lupa mampir ya kak kecerita aku..lagi belajar menulis novel 😊🤭
ceritanya menarik 😍