Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
"Huft, ayah dan kakak gak akan mengerti bagaimana posisiku." batin Hasna sambil menangis mendengar ucapan ayah dan kakaknya di luar.
"Ibu, aku rindu padamu. Peluk aku ibu." tangis Hasna pecah dalam kamar, tapi dia tutup bantal. Usai menangis, hati Hasna mulai tenang. "Aku harus tetap semangat, aku baik-baik saja kok." ucapnya pada diri sendiri.
Keesokan harinya ayah dan Hasna harus pulang ke kampung. "Aunty bakal rindu Halim." gumamnya sambil mengecup kening kemenakannya.
Usia berpamitan Hasna dan ayah masuk ke dalam mobil. Husna berangkat ke sekolah, dia sudah kelas XII MA ambil jurusan Matematika dan Ilmu Alam (MIA).
"Permisi, Mbah." ucap Hasna ketika telah tiba di rumah Mbah Urut. Perjalanan sekitar dua jam saja dari Kota P ke Kampung SM.
"Oh masuk-masuk. Ada apa?" tanya Mbah ketika sudah duduk di kursi. "Oh nak Hasyim." ujarnya melihat Hasyim menyusul masuk ke dalam rumah. Hasyim menjabat tangan kedua Mbah Urut takzim.
"Ini mertua saya dan ipar saya Mbah, mertua saya mau di urut karena punya keluhan penyakit dalam." jelas Hasyim, kemudian ayah menambahkan keluahannya.
"Coba saya cek dulu." ujar Mbah Lanang. Ayah diurut sambil bercerita panjang kali lebar. Selesai dengan pengobatan ayah, mereka hendak pamit pulang.
"Kalau jantung bagusnya makan buah pepaya setiap pagi dengan tomat yang merah." pesan Mbah Urut sebelum ayah Ahmad benar-benar meninggalkan rumahnya.
"Lumayan." ujar ayah saat diantar Hasyim ke pinggir jalan raya. "Sampai sini saja nak, nanti akan ada mobil langganan singgah." ujar ayah, mereka menunggu mobil di masjid pinggir jalan raya.
"Baiklah ayah." jawab Hasyim singkat. Usai mendapatkan mobil, maka Hasyim kembali ke Kota P. Ayah dan Hasna meneruskan ke kampung M.
Mereka tiba di rumah Mami tengah malam, Hasna masuk rumah usai menjabat tangan Mami langsung bersiap istirahat. "Cukup melelahkan." gumamnya merebahkan badannya.
Pagi pun menjelang, kini Hasna menunaikan kewajiban seperti biasa. Bangun subuh, bersih-bersih rumah, mencuci piring. "Nak, kalau mau sarapan sudah matang." ujar Mami Titik.
"Oh iya Mam." jawab Hasna singkat. Dia hendak memasak tapi diurungkan karena Mami sudah memasak lebih dulu. Hasna sarapan lalu bersiap untuk ke kantor.
"Mi, aku mau ke kantor." pamit Hasna pada Mami Titik saat sarapan di depan televisi. Mami menjabat tangan Hasna lalu melanjutkan makannya.
"Ayah, Hasna ke kantor ya! Mungkin menginap di rumah." Hasna beralih pamit pada sang ayah yang berada di dapur.
"Kamu sudah sarapan?" tanya ayah setelah mengunyah. Hasna mengangguk lalu menjabat tangan ayah dan mencium punggung tangannya takzim.
"Iya ayah, aku sudah sarapan tadi." jawab Hasna lalu meninggalkan ayah yang sedang makan. Dia mengambil tasnya lalu mengeluarkan motornya dari garasi.
"Aku harus tetap sehat dan kuat!" batin Hasna menguatkan diri sendiri. Kemudian dia melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan sedang. Hari-hari Hasna lalui seperti biasanya, terkadang sang mami, kadang muncul cerewetnya yang kelewat batas.
Satu Tahun Kemudian
Hana berlibur di kampung bersama suami dan anaknya ~ Halim Nur Hasyim. "Yeee Ponakan aunty sudah tiba." ujar Hasna semangat menyambut kemenakan gantengnya.
"Iya aunty, lelah nih." jawab Hana dengan suara anak kecil. "Akhirnya bisa pulang kampung juga!" imbuhnya. Hana, Hasyim dan Halim tiba di malam hari pukul 23.20.
"Tidur dimana kami de?" bisik Hana pada sang adik. Untuk pertama kalinya Hana datang ke rumah sang Mami Titik.
"Oh, sudah ada kamar ku bersihkan untuk kalian bertiga. Tenang lah!" ujar Hasna semangat, dia bahagia ada sang kakak datang. "Biar ku tunjukkan kamarnya kak, ayo." ajaknya.
"Terima kasih aunty, kamarnya sudah siap buat Halim." ujar Hana bahagia karena sang adik memang paling pengertian.
"Iya. Sini Halim tidur sini." ajak Hasna. Sedangkan Hasyim masih mengobrol dengan Ayah Ahmad dan Mami Titik di ruang tamu.
Semua langsung istirahat di kamar masing-masing karena sudah larut dan lelah. Pagi seperti biasa, Hasna bangun subuh dan melakukan segala rutinitas seperti semula.
"Kak, aku tinggal ke kantor ya! Sekalian bersihkan rumah karena rencana mau aku pasang karpet plastik supaya halus." ujar Hasna. Maklum rumah mereka sudah di lantai tapi kasar.
"Oh baiklah dik, mungkin kami kesana ba'da ashar saja." jawab Hana. Mereka memang berencana akan bermalam di rumah sendiri atau rumah kedua orang tuanya supaya lebih nyaman.
"Iya kak." jawab Hasna, kemudian pamit pada Mami dan juga ayahnya. Hasna hendak berangkat tapi Mami malah membuat gara-gara.
"Mbak Tik, lagi apa Mbak?" tanya Mbak Winda datang bertamu sambil teriak-teriak. Mami yang mendengar keluar dari rumah.
"Oh Mbak Win, mau ke kebun Mbak cari uang. Mbak Win enak ada yang kasih uang rutin, kalau aku ini harus cari uang sendiri." jawabnya menuju teras rumahnya.
"Iya Mbak, makanya punya suami itu suruh kerja! Itu suamiku sibuk jahit, ku tinggali jalan-jalan dulu." ujarnya kemudian. Hasna hanya menghela nafas berat, begitu pun dengan Hana yang mendengar.
"Buat ulah lagi Mami, mana kakak baru datang!" gerutu Hasna lalu berangkat. "Bodo amat! Kalau kakak tahu entah apa yang terjadi." imbuhnya meninggalkan rumah Mami.
Hasna sudah pernah menagih uang hasil kerja menjahit, meski tidak seberapa tapi itu adalah hasil kerja kerasnya. Tapi apa yang dia dapat kan? Zonk. Hasna ikhlaskan saja daripada bikin pusing, urusannya sama Allah itu, pikirnya.
Setibanya di rumah Hasna bersih-bersih, kemudian ke kantor sekitar dua jam lalu pulang. "Singgah sekalian beli perlak deh!" batinnya lalu membelokkan motornya pada toko besar di kampungnya ~ Abdi Jaya.
Usai shalat dzuhur, Hasna memasang perlaknya. "Alhamdulillah selesai juga. Wah lama juga aku kerja, hampir dua jam." gumamnya lalu istirahat. Baru juga Hasna duduk, dia mendengar suara motor datang.
"Loh, sudah kesini! Katanya sudah ashar?" tanya Hasna heran. "Untung kelar bersih-bersihnya." ujarnya lagi. Hana dan Halim masuk ke dalam rumah. Sedangkan Hasyim masih memarkirkan motor.
"Assalamu'alaikum." ucap Hana menirukan suara Halim. "Kamu betah di rumah Mami de? Baru juga tiba tadi malam, sudah dapat suguhan ocehan mantap." ujarnya lagi. Hana duduk di atas karpet baru.
"Waalaikumsalam. Emang udah kayak gitu dari sananya kak. Setahun terakhir aku gak terlalu menggubrisnya sih, aku kesana juga demi ayah." jawab Hasna santai. Mereka sama-sama melantai.
Hasyim masuk ke dalam rumah lalu duduk, dia hanya menjadi pendengar para wanita mengoceh. "Sini Halim nak." panggilnya lalu mereka bermain berdua.
"Ya Allah de, masak ayah dikasih gitu! Pagi-pagi dah gosip keluarganya. Gak banget deh!" ucap Hana kesal. Selama ini Hana adalah anak baik dan patuh, jika ayahnya di rendahkan dia marah.
~ Happy Reading ~
Assalamu'alaikum readers,,, Karya Hani memang ringan ya,,, di real banyak karena memang Hani buat karya sederhana. Kalau suka Alhamdulillah, kalau gak suka gak apa-apa kok, itu hak kalian. ★☆★☆★
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/