Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Bos Kejam
Bisma memilih untuk pulang, sebenarnya dia belum siap untuk bertemu dengan Nina. Dia tidak menyangka jika Nina bekerja di sana, melihat Nina seperti membuka luka lama. Dulu Bisma sangat mencintai Nina, entah kenapa Nina meninggalkan dirinya tanpa alasan yang jelas.
"Kenapa aku harus bertemu lagi denganmu, Nina? susah payah aku berusaha melupakanmu tapi sekarang aku malah akan bertemu kamu setiap hari," batin Bisma.
Nina merupakan cinta pertama Bisma, bahkan seluruh cinta Bisma rasanya sudah habis untuk Nina semuanya. Bahkan waktu 7 tahun pun tidak cukup untuk Bisma bisa melupakan Nina. Cintanya begitu sangat besar untuk Nina, tapi sekarang rasa benci Bisma lebih dominan.
Hingga tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka sampai di rumahnya. "Kenapa siang begini kamu baru pulang? bukanya tadi pagi seharusnya kamu sudah sampai di sini?" ucap Mommy Rani.
"Iya, tadi Bisma mampir ke kantor sebentar," sahut Bisma.
Bisma menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, begitu pun Rani yang ikut duduk di samping Bisma. "Kamu kenapa? kok seperti sedih kaya gitu?" tanya Mommy Rani.
"Bisma bertemu lagi dengan Nina, Mom," sahut Bisma lemas.
"Hah, serius kamu? dimana?" tanya Mommy Rani.
"Ternyata dia bekerja di kantor baru Bisma dan sekarang dia menjadi sekretaris Bisma," sahut Bisma.
"Kok bisa? kamu pecat saja dia, Mommy gak mau ya kamu sedih terus jika bertemu dengan dia. Mommy ingat, saat dia ninggalin kamu dan kamu seperti orang gila, Mommy gak mau kamu seperti itu lagi," kesal Mommy Rani.
"Tenang saja Mom, Bisma bukan orang yang dulu. Justru bagus jika Nina satu kantor dengan Bisma karena Bisma bisa membalas rasa sakit Bisma kepada wanita itu," sahut Bisma dengan kesalnya.
"Pokoknya kamu jangan lemah sama dia, kamu sudah cukup menderita dulu. Memangnya kamu mau Nina menertawakan kamu?" nasihat Mommy Rani.
"Tenang saja Mom, itu tidak akan pernah terjadi. Kalau begitu, Bisma istirahat dulu," sahut Bisma.
"Ya sudah."
Bisma pun naik ke atas menuju kamarnya. Rani menatap kepergian putranya itu dengan tatapan sedih. Dulu Rani sangat senang saat Bisma menjalin hubungan dengan Nina karena selain cantik, Nina juga merupakan anak yang sopan. Tapi sayang, Nina sudah membuat Bisma patah hati dan sedih sehingga sekarang membuat dirinya ikut benci kepada Nina.
Sore pun tiba....
"Baru saja sehari gak ketemu Nina, rasa nya ya rindu sekali," keluh Gisel.
"Iya, gak ada yang teriak-teriak," sambung Hilmi.
"Seharusnya kita senang karena Nina akhirnya terpilih menjadi sekretaris Bos baru," timpal Rendra.
"Beruntung banget jadi Nina, bisa melihat bos tampan setiap hari. Mudah-mudahan saja Nina berjodoh dengan Pak Bisma," ucap Gisel sembari senyum-senyum.
"Hus, kalau ngomong jangan sembarangan," tegur Rendra.
"Kok sembarangan sih? aminin dong," ucap Gisel.
"Enggak, aku gak mau," kesal Rendra.
"Kenapa? jangan-jangan kamu cemburu ya? atau justru kamu menyukai Nina?" ledek Hilmi.
Seketika wajah Rendra bersemu merah, dia pun dengan cepat mengambil kunci mobil dan tasnya. "Apaan sih kalian, kalau ngomong asal jeplak saja," sahut Rendra sembari melengos.
Gisel dan Hilmi pun menyusul Rendra. Pada saat semuanya pulang, Nina justru masih sibuk membuat laporan yang masih belum selesai juga.
"Astaga, bagaimana ini? mana masih banyak, perut aku lapar lagi," gerutu Nina.
Tiba-tiba ponsel Nina berbunyi dan tertera nama Nino di sana. "Ah, aku pulang saja deh. Bodo amat sama pekerjaan, besok saja di sambung lagi," gumam Nina.
Nina pun segera membereskan meja kerjanya dan bergegas turun ke bawah. Sesampainya di parkiran, Nino sudah menunggu dengan wajah cemasnya.
"Eh bocil, kenapa kamu baru keluar? teman-teman kamu sudah pada pulang dari tadi," kesal Nino.
"Maaf Kak, 'kan sekarang aku sudah jadi sekretaris Bos jadi pulangnya agak telat," sahut Nina dengan senyumannya.
"Wuidih, naik pangkat rupanya, hebat banget kamu bocil," ucap Nino sembari mengacak-acak rambut Nina.
"Kebiasaan sekali, jangan acak-acak rambut aku!" kesal Nina sembari menghentak-hentakan kakinya.
"Oke-oke, maaf. Buruan naik, kakak traktir kamu makan bakso Mang Jaya," ucap Nino.
"Idih, gak ada yang lebih keren lagi gak? makan di restoran mahal gitu, sekali-sekali," ketus Nina.
"Kalau gak mau ya sudah, gak jadi traktir saja," sahut Nino.
Nina segera memakai helmnya dan naik ke atas motor Nino. "Jangan dong, ya sudah gak apa-apa bakso Mang Jaya juga daripada tidak sama sekali," ketus Nina.
"Nah, gitu dong."
Nino pun segera melajukan motornya menuju bakso yang dimaksud. Selama dalam perjalanan, Nina tampak melamun dia tidak bisa membayangkan setiap hari harus bertemu dengan Bisma.
"Kenapa kamu hadir kembali, Bisma? aku pasti akan sangat sulit untuk melupakanmu," batin Nina.
***
Keesokan harinya....
"Mana berkas yang kemarin? aku mau mempelajarinya," pinta Bisma.
"Maaf Pak, belum selesai. Aku selesaikan sekarang juga," sahut Nina.
Bruakk... Bisma memukul meja kerja Nina membuat Nina tersentak kaget. "Aku sudah suruh kamu untuk menyelesaikannya kemarin, kenapa sampai sekarang tidak selesai-selesai?" bentak Bisma.
"Maaf Pak, kemarin tidak ada yang lembur jadi aku pulang saja kalau lembur sendirian aku tidak berani," sahut Nina dengan bibir bergetar.
Nina berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh. Bisma tahu jika Nina sedang menahan air matanya dan dia tidak bisa melihat Nina seperti itu. Bisma tidak mau sampai luluh oleh Nina kembali.
"Selesaikan dalam waktu satu jam," tegas Bisma.
"Baik, Pak," sahut Nina.
Bisma pun bergegas masuk ke dalam ruangannya, dia tidak mau berlama-lama dekat Nina. Air mata Nina menetes kala Bisma pergi, namun Nina segera menghapusnya. Nina mengerjakan tugasnya dengan deraian air mata, dia tidak menyangka jika Bisma akan berubah menjadi kejam seperti itu.
"Aku harus kuat, karena aku butuh pekerjaan ini," batin Nina.
Sementara itu, Bisma mengusap wajahnya dengan kasar. Dalam hatinya dia merasa bersalah karena sudah membentak Nina.
"Pokoknya aku tidak boleh lemah di hadapan Nina, dia harus merasakan apa yang selama ini aku rasakan," geram Bisma.
1 jam pun berlalu, Nina akhirnya menyelesaikan pekerjaannya. Nina menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia bangkit dari duduknya dan bergegas masuk ke dalam ruangan Bisma.
"Pak, ini semuanya sudah selesai," ucap Nina dengan menundukkan kepalanya.
Bisma melirik sebentar ke arah Nina, terlihat sekali mata Nina sembab. "Apa dia menangis karena bentakkan aku tadi?" batin Bisma.
"Apa jadwal aku hari ini?" tanya Bisma.
"Jam 10.00 nanti ada rapat pengenalan dengan seluruh karyawan, Pak," sahut Nina.
"Baik, sekarang kamu boleh keluar," ucap Bisma.
Nina pun meninggalkan ruangan Bisma dengan masih menundukkan kepalanya. Dia sama sekali tidak mau menatap Bisma karena Bisma yang sekarang jauh berbeda dengan Bisma yang dia kenal dulu.