Tertawan Cinta Pria Pilihan

Tertawan Cinta Pria Pilihan

Bab 1 - Apa Kita Berpisah Saja?

Dengan napas tersengal-sengal seorang wanita cantik bernama Mayra Miranda terus berlari menerobos keramaian jalan raya dan teriknya panas di siang hari. Dirinya harus sampai di sebuah kantor tepat waktu jika tidak maka suaminya akan memarahinya.

Sejam kemudian Mayra akhirnya tiba di perusahaan milik suaminya yang sudah 3 bulan menikahinya. Sebelum masuk wanita berusia 27 tahun itu dengan tinggi 160 centimeter mengelap buliran halus keringat di dahinya menggunakan pergelangan tangannya. Mengatur napas perlahan, Mayra melangkahkan kakinya ke dalam gedung dengan beberapa lantai itu.

Mayra melemparkan senyum ke arah penjaga keamanan yang berdiri di depan pintu kaca lalu bertanya, "Apa Tuan Rayyan ada di ruangannya?"

"Tuan Rayyan memang sudah datang, Nona. Tetapi saya mohon maaf, Nona Mayra dilarang masuk," jawab penjaga keamanan.

Mayra mengernyitkan keningnya dan bertanya lagi, "Kenapa saya dilarang masuk?"

"Saya juga tidak tahu, Nona. Tetapi ini adalah perintah," jawabnya lagi.

"Tuan Rayyan yang menyuruh saya ke sini untuk mengantarkan ini!" Mayra mengangkat paper bag berwarna coklat sejajar dadanya.

"Nona dapat menitipkannya kepada resepsionis kantor," ucap pria itu lagi.

Mayra menghela napas kecewa, padahal dirinya ingin sekali bertemu dengan suaminya yang jarang pulang ke rumah.

Mayra meninggalkan gedung perusahaan suaminya dengan langkah gontai setelah menyerahkan paper bag tersebut. Mayra kembali berjalan kaki karena dirinya tak memiliki uang untuk membayar ongkos transportasi. Dia pergi ke sebuah butik atas permintaan suaminya yang berjanji akan mengajaknya makan siang bersama namun kenyataannya hasilnya nihil. Dia dibohongi untuk kesekian kalinya.

Mayra menikah dengan Rayyan Atmadja karena perjodohan. Mayra memang mencintai Rayyan sejak beberapa tahun lalu meskipun Rayyan menolaknya.

Keduanya pertama kali bertemu 5 tahun lalu di sebuah acara keluarga besar. Di sana Oma Rayyan berkenalan dengan Mayra dan berniat menjodohkannya. Mayra sangat senang mendengarnya, ia pun mengatakan kepada Oma Rayyan jika dirinya bersedia menikah.

Tepat di usia Mayra 27 tahun, keduanya pun menikah. Padahal, Rayyan berusaha terus menghindari perjodohan dengan berbagai alasan hingga akhirnya pria itu terpaksa menerima Mayra.

Mayra tiba di rumah milik Rayyan 2 jam perjalanan karena dirinya harus bolak-balik berhenti untuk beristirahat sejenak. Mayra menarik kursi, mengambil gelas kaca dan menuangkan air putih kedalamnya penuh lalu meneguknya hingga tak tersisa. Ia begitu sangat haus dan lelah.

Harapannya bertemu dan mengobrol bersama Rayyan harus pupus, ia kembali menelan pil pahit dari janji yang diberikan pria itu.

Melihat jam di dinding menunjukkan pukul 2 lewat 30 menit, Mayra pun segera mengisi perutnya yang sudah terasa sangat lapar. Ia melahap masakan buatannya tadi pagi, tumis sawi pakcoy dan udang. Meskipun Rayyan sesekali pulang itupun hanya 1 hingga 3 jam di rumah tetapi kebutuhan rumah terpenuhi.

Setiap 3 hari sekali akan datang seorang wanita yang menjadi pelayan dikediaman Rayyan mengantarkan berbagai bahan masakan dan kebutuhan rumah lainnya. Meskipun hanya sekitar 30 menit singgah Mayra begitu senang dirinya mempunyai teman mengobrol singkat.

Ya, di rumah suaminya itu Mayra tinggal seorang diri walaupun di lingkungan tersebut sangat aman karena ada petugas keamanan komplek yang selalu berkeliling. Mayra juga dibatasi berbicara dengan tetangga rumah, semua dipantau Rayyan melalui kamera pengawas.

Mayra memiliki ponsel tetapi hanya diperbolehkan menerima telepon dari Rayyan saja. Fasilitas rumah cukup lengkap agar Mayra tak bosan.

Selesai makan, Mayra mencuci piring lalu lanjut membersihkan rumah. Setelah itu menyiram tanaman di pekarangan yang menjadi rutinitas hariannya mengisi kejenuhannya.

Malam harinya, selepas mandi Mayra membuka siaran televisi sambil menunggu waktu matanya lelah. Ia memilih tidak makan lagi karena malas memasaknya.

Mayra yang sedang asyik menikmati tontonan dikejutkan dengan suara ketukan pintu begitu kuat. Mayra pun buru-buru membukanya. Senyuman mengembang di bibirnya. Suaminya datang mengunjunginya.

"Mas Rayyan!" ucap Mayra begitu bahagia.

Rayyan menyodorkan paper bag coklat yang dibawa Mayra tadi siang secara kasar. "Kenapa kamu bisa salah mengambil gaunnya, hah?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Salah bagaimana, Mas?" Mayra balik bertanya dengan bibir bergetar.

"Ini bukan warna gaunnya yang dimintanya!" jawab Rayyan.

"Memangnya gaun ini buat siapa, Mas?" tanya Mayra penasaran.

"Buat kekasihku!" jawab Rayyan lagi.

"Kekasih?" tanya Mayra tidak percaya. "Mas, berselingkuh?" lanjutnya.

"Aku tidak berselingkuh!" jawab Rayyan dengan santai. "Kami memang sudah menjalani hubungan ini sebelum kita menikah!" tambahnya.

"Mas Rayyan 'kan sudah menikah denganku, artinya Mas Rayyan telah mengkhianati pernikahan kita," ujar Mayra yang mulai menjatuhkan air matanya.

"Bukankah kamu sendiri yang menginginkan pernikahan ini? Kenapa harus sedih dan patah hati jika aku mencintai wanita lain?" tanya Rayyan.

"Kenapa Mas Rayyan tidak menolaknya waktu Oma Salsa menjodohkan kita?" Mayra balik bertanya.

"Apa aku punya hak menolak?" Tidak, 'kan? Apalagi kamu begitu senang dengan perjodohan kita!" kata Rayyan mengingatkan Mayra.

"Aku minta maaf, Mas. Tetapi, kita sekarang sudah menikah seharusnya Mas Rayyan membuka hati untukku," ucap Mayra penuh hati-hati.

Rayyan yang mendengar ucapan Mayra tampak tidak senang, ia mencengkram dagu istrinya dengan kelima jemarinya dan berkata, "Kamu menyuruhku membuka hati? Tidak salah, hah!"

Mayra mulai ketakutan.

Rayyan melepaskannya secara kasar, "Jangan pernah bermimpi!"

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Apa kita berpisah saja?" usul Mayra walaupun ia sangat begitu berat melepaskan pria pilihannya itu.

"Aku tidak ingin berpisah denganmu, tetapi aku juga tidak menginginkanmu!" ucap Rayyan mendongakkan wajahnya dan memalingkannya.

"Jika memang tidak mencintaiku, kenapa tak mau berpisah?" tanya Mayra heran.

"Karena aku ingin membuatmu menderita," jawab Rayyan lalu menatap seringai istrinya.

Mayra menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir jika suaminya ingin dia menderita.

"Besok pagi kamu kembali ke butik dan mengambil gaun sesuai pesanan kekasihku, jika salah lagi maka aku takkan mengirimkan bahan masakan," ancam Rayyan.

"Mas!" Mayra memegang lengan suaminya ketika pria itu hendak melangkah.

Rayyan tak suka disentuh menatap genggaman tangan istrinya.

Mayra yang sadar gegas melepaskan genggaman dan menurunkan tangannya, "Aku bisa bilang kepada Oma Salsa jika hubungan kita tidak dapat dilanjutkan."

"Apa Oma Salsa akan percaya?" Rayyan menaikkan satu alisnya.

Mayra terdiam.

"Aku rasa kamu harus menikmati pernikahan ini," ujar Rayyan.

"Tapi, aku tidak mau diduakan," kata Mayra pelan.

"Kamu harus terima, karena kamu sudah membuatku masuk ke pernikahan ini!" Rayyan tersenyum seringai.

"Mas, aku bisa...."

"Cukup!" sentak Rayyan, ia tak mau mendengar Mayra berkata lagi. "Terima saja dan nikmati penderitaan ini!" Rayyan menepuk lembut Mayra dan tersenyum, ia lalu pergi meninggalkan rumahnya.

Mayra yang tak ingin hatinya semakin terluka, luruh ke lantai, ia berharap suaminya akan mencintainya ternyata memiliki wanita lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!