Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU DATANG, SAYANG
Pagi-pagi sekali, Jimmy telah bersiap di bandara untuk menyambut kedatangan Lexy dan Gia. Mereka akan pergi ke Kota Manchester dengan pesawat pribadi mereka, setelah itu mereka akan pergi ke Negara Irlandia dengan menggunakan penerbangan komersil.
Semalam, Axel mendatangi kediaman orang tuanya. Gia berpura-pura terkejut dengan kondisi Axel yang sudah bisa berjalan seperti sedia kala. Gia pun langsung nemeluk putranya itu. Ia tak sapat menyembunyikan kebahagiaannya saat melihat Axel, tapi terselip kesedihan di dalam kebahagiaannya itu.
Axel tak menginap di rumah dan memilih untuk langsung kembali ke mansionnya. Ada rasa bersalah dalam dirinya karena membohongi kedua orang tuanya tentang pernikahan yang ia lakukan.
Lexy dan Gia pun bernafas dengan lega karena itu berarti mereka bisa pergi tanpa harus mencari alasan pada Axel jika tak mau diantar.
“Kami akan langsung menunggu kalian di Kota Belfast. Dari sana kita akan langsung menuju rumah kayu di Black Mountain,” kata Lexy.
“Baik, Tuan.”
Mereka sengaja mengambil jalur yang berbeda untuk menuju Irlandia, agar Axel tak curiga. Meskipun Lexy sudah menghapus jejak Jimmy dan Jessica, ia masih harus tetap waspada jika Axel menggunakan tenaga IT yang memiliki keahlian luar biasa.
**
Jessica yang ditemani oleh seorang perawat dari rumah sakit jiwa pun berangkat bersama dengan Jimmy. Jessica tak diposisikan dekat dengan Jimmy karena takut jika emosi Jessica akan kacau, apalagi kadar obat depresi dan halusinasi di dalam tubuh Jessica masih ada meskipun kecil.
Saat mereka sampai di Kota Belfast, perawat itu memakaikan penutup mata pada Jessica. Hal itu karena Jessica akan berada satu mobil dengan Jimmy, yang mungkin saja akan menimbulkan gesekan tertentu.
Tampak Lexy dan Gia yang telah menunggu kedatangan mereka di Rumah Kayu di Black Mountain, sebuah kawasan pegunungan yang juga menjadi area wisata.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Gia pada perawat yang menemani Jessica.
“Sampai saat ini ia dalam keadaan tenang dan saya rasa tidak akan ada masalah karena hari ini saya belum memberikannya obat apapun.”
“Baiklah, terima kasih. Tugasmu selesai sampai di sini. Supir akan membawamu kembali ke London,” ujar Gia.
“Baik, Nyonya.”
Gia tak akan mengingatkn perawat itu bahwa ia harus menutup mulutnya rapat-rapat karena Jimmy sudah berinisiatif melakukannya.
Dengan perlahan, Gia memegang lengan Jessica dan membawanya masuk ke dalam kamar tidur yang telah disiapkan untuknya.
“Beristirahatlah, kamu pasti lelah,” kata Gia.
Jessica tampak menatap Gia dengan intens. Ia mencoba mengenali siapa wanita yang ada di hadapannya ini.
“Maafkan aku karena lupa memperkenalkan diri. Namaku Gia, tepatnya Givanie. Aku adalah Mommy dari Axel,” Gia menghentikan ucapannya karena ingin melihat reaksi dari Jessica. Namun, wanita itu tampak biasa saja.
“Mommy minta maaf atas semua sifat kasar Axel padamu, yang pasti sangat melukaimu. Maafkan Mommy karena tak bisa mendidiknya dengan baik,” Gia jadi teringat semua sifat dan sikap Axel sebelum kecelakaan terhadap Natasha terjadi. Axel adalah pribadi yang begitu lembut dan penyayang, meskipun ia terlihat dingin dari luar.
“Mommy?” tanya Jessica.
“Ya, maukah kamu memanggilku Mommy? Kamu adalah menantuku dan sudah menjadi putriku,” kata Gia.
Jessica hanya terdiam menatap Gia. Tak ada emosi yang ia tunjukkan, hanya wajah datar saja yang terus ia tampilkan.
“Mommy akan berada di sini bersamamu. Mommy sendiri yang akan menemani dan menjagamu. Mommy akan menyiapkan makan malam kita, okay. Beristirahatlah dulu.”
Gia akhirnya meninggalkan Jessica seorang diri di dalam kamar. Saat Gia keluar, Jessica tampak memperhatikan sosok itu dan tanpa sadar mengeluarkan air matanya.
“Mommy.”
**
Sudah beberapa hari sejak Jimmy berhenti bekerja. Kesibukannya menjadi bertambah banyak saja. Pekerjaan yang biasanya cepat selesai karena adanya Jimmy, kini terbengkalai karena kerja Eric tak secepat kerja Jimmy.
“Kerjakan yang ini juga, Ric,” pinta Axel.
“Tapi saya belum menyelesaikan yang ini, Tuan,” balas Eric.
Eric sendiri merasa kewalahan dengan banyaknya pekerjaan. Seharusnya mereka memang mencaru pengganti Jimmy.
“Apa tidak sebaiknya kita mencari seorang asisten baru untuk menggantikan Jimmy, Tuan?” tanya Eric.
“Aku tidak ingin ada orang baru lagi, Ric. Saat ini hanya dirimu yang bisa kupercaya. Jika aku harus menyeleksi orang baru lagi, kurasa aku tak akan bisa,” saat ini Axel benar-benar menyeleksi orang-orang yang berada di dekatnya. Ia tak ingin mengalami seperti Natasha, di mana Jessica yang merupakan sahabat terdekat bagi Natasha, justru adalah orang yang mencelakainya.
“Baiklah, Tuan. Terserah padamu saja. Aku akan mencoba menyelesaikannya sesegera mungkin,” kata Eric dan kembali berkutat dengan dokumen-dokumen di hadapannya.
Namun, tak sampai satu jam, Axel merasa lelah yang amat sangat. Ia pun akhirnya memutuskan untuk pulang.
“Ric, aku pulang dulu. Tubuhku terasa tidak enak sekali. Pusing di kepalaku tak mau hilang-hilang selama beberapa hari ini,” ujar Axel.
“Pulang dan beristirahatlah, Tuan. Aku akan tetap di sini menyelesaikan semuanya,” kata Eric.
Axel akhirnya pulang. Ia mengemudikan sendiri mobilnya meskipun sakit kepala masih ia rasakan. Ia pergi ke sebuah coffee shop dan membeli kopi di sana. Ia duduk seorang diri dan melihat ke arah jalan raya.
Di seberang jalan, ia melihat sebuah toko bunga. Tiba-tiba saja ia kembali teringat pada Natasha. Axel tersenyum tipis dan berdiri. Ia keluar dari coffee shop dan menyeberang jalan untuk menghampiri toko bunga tersebut.
Setelah memilih bunga yang ia inginkan, Axel masuk ke dalam mobil. Ia melajukan kendaraannya menuju ke sebuah area pemakaman. Sebelum turun, Axel kembali melihat bunga yang ia letakkan di samping kursinya.
Lihatlah, Sha. Aku membawakanmu bunga kesayanganmu, bunga favoritmu. Aku datang. Aku merindukanmu. - batin Axel.
Dengan sebuket bunga di tangannya, Axel melangkah mendekati makam Natasha. Namun belum sampai ke sana, ia mendengar suara seseorang berbicara dan itu tepat di depan makam kekasihnya.
“Aku datang, sayang. Bagaimana kabarmu? Apa masih sakit? Maaf karena baru menjengukmu lagi. Aku terlalu sibuk. Sayang, Aku telah membalas semua sakit hatimu pada mereka. Saat ini, Jessica telah menjadi gila … ya gila! Aku berhasil mencampurkan obat ke dalam makanan dan minumannya setiap hari, sedikit demi sedikit. Sayang sekali ia tak mati. Tapi tenang saja, Axel telah meminta Jimmy membuangnya ke luar kota. Ia pasti akan segera mati. Oya, Axel telah sembuh dari kelumpuhannya. Ia sudah bisa berdiri sekarang dan seperti sedia kala. Seharusnya aku membuat kecelakaan itu lebih parah untuknya agar ia selamanya tak bisa berjalan atau mati sekalian! Aku tak akan pernah membiarkannya menyakitimu atau membuatmu bersedih. Kamu adalah milikku, hanya milikku. Apa kamu tahu, saat kecelakaan itu terjadi, dokter mengatakan bahwa kamu sedang mengandung, anak kita. Tapi wanita itu telah mengacaukan semuanya. Aku, kamu, dan anak kita, ia menghancurkannya!”
Degggg
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭