semuanya berawal dari Novi yang mau hadir di pernikahan sang sahabat besok pagi,namun akibat hujang deras,Novi pun tertahan di halte bus seorang diri.....
sang sahabat yang merasa ibah,memutuskan untuk menjemput Novi,dan kejadian naas pun terjadi....
bagaimana kisah selanjutnya?
yuk mampir dan baca....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir salah paham
Keesokan pagi nya.Revan pun berangkat kerja setelah memastikan Novi mandi,makan,dan meminum obat nya.tak lama sebuah mobil masuk ke dalam perkarangan mansion dan turunlah Dino dan sang ibunda tercinta dari dalam mobil....
"Mama...." lirih Novi mengerakan kursi roda nya dengan mata berkaca-kaca menghampiri mereka berdua.
Sang ibunda dan adik yang melihat Novi duduk di kursi roda langsung marah,dan melangkah dengan cepat menghampiri Novi dengan wajah panik,karna mereka sungguh tidak tau soal kecelakaan yang dialami oleh Novi....
"Kakak! Apa yang terjadi? Kenapa kakak duduk di kursi roda?" tanya Dino bertubi-tubi sambil mengepalkan tangan dengan kuat.
"Iya,apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini? Hiks,hiks," timpan sang ibu langsung menangis.
"Mama,Dino,kalian tenang dulu,ayo duduk sebentar," ucap Novi membawa mereka berdua menuju ruang tamu dan duduk disana.
"Bi! Tolong buatkan dua cangkir teh hangat dan kue," titah Novi.
"Baik,Nyonya," sahut pelayan.
"Kak,ayo ceritakan sekarang,aku mau mendengar nya," desak Dino tak sabar.
Membuat Novi pun tersenyum kecil,lalu menjalankan kursi roda nya ke arah mereka berdua,lalu mulai menceritakan semuanya dari awal hingga akhir....
"Astaga...aku hampir saja ingin menghajar kakak ipar," ucap Dino mengelus dada.
Bug!
"Kau ini kenapa suka gegabah," gerutu sang ibunda sambil melayangkan pukulan di bahu Dino.
"Hehehe...biasa,namanya juga calon militer," Dino tertawa cengengesan sambil mengoda sang ibu.
Novi mengerutkan kening,"Calon militer? Memang kamu sudah lulus?" tanya Novi.
Mendengar pertanyaan sang kakak,Dino pun dengan bangga membuka tas nya,lalu mengeluarkan foto wisuda dan beberapa dokumen lamaran nya sebagai angota militer yang sudah di terima,lalu menaru nya di pangkuan Novi....
"Itu semua hasil kerja keras ku,dan bantuan dari kakak,terima kasih banyak kak," ucap Dino memeluk Novi dengan erat,lalu melepaskan nya sambil tersenyum bahagia.
"Maaf.kakak tidak ada saat kamu wisuda,maafkan kakak Dino," tutur Novi menatap sedih wajah sang adik dan ibunda.
"Kak.kakak kan sudah ada saat aku wisuda S1,jadi aku paham kalau kalau tidak ada disana,lagian demi berjuan untuk keluarga kita,kakak sampai mengalami kecelakaan dan cacat,maafkan Dino kak," ucap Dino sedih melihat kondisi sang kakak saat ini.
"Kalian berdua tidak perlu khawatir,Mama tau obat tradisional yang ampuh,jadi Mama akan mendapatkan nya dan memberikan kepada kakak mu," selah sang ibu penuh semangat.
"Benarkah,Ma?" tanya Dino kembali semangat.
"Iya," jawab sang ibu mengangguk sembari tersenyum.
"Hore!" sorak Dino langsung meloncat dengan gembira dan hendak memeluk Novi,namun seseorang menarik kera baju dan menahan nya.
"Jangan peluk istriku," ucap Revan.
Membuat mereka pun menoleh ke arah Revan,sedangkan Novi hanya bisa mengelengkan kepala terheran-heran dengan aksi Revan....
"Cih! Dia kan kakak ku," desis Dino melepaskan diri dari Revan.
"Iya.tapi dia istriku,kalau kamu ingin peluk,maka peluk lah kekasih mu," ujar Revan menatap Dino dengan tatapan dingin.
"Sudah,sudah,sudah,Nak kamu tidak kerja?" tanya sang ibu melerai kedua pria tampan yang beda usia itu.
Membuat Revan mengubah mimik wajah nya,lalu melangkah mendekati sang ibu mertua,lalu salim tangan sang ibu mertua dengan sopan....
"Aku kerja Ma.aku hanya singa sebentar untuk menyapa kalian," jawab Revan.
"Hala...bilang aja kakak ipar kangen kan sama kakak ku," tebak Dino memutar bola mata dengan malas.
"Dino," sentak Novi.
"Iya.maaf kak,aku hanya bercanda," ucap Dino sambil menunjukan senyuman lebar.
Tak lama.para pelayan pun membawa beberapa teh dan kue menghampiri mereka,lalu mereka pun makan sambil ngobrol ringan,beberapa menit kemudian Revan pun pamit berangkat kerja,sedang mereka lanjut mengobrol....
(Dalam perjalanan)
"Tuan,tadi nyonya besar menelfonku,katanya beliau sudah menungu anda di perusahaan," ucap Irvan.
"Cih! Baiklah,ayo cepat kesana," desis Revan dengan wajah malas,karna dia tau niat dan tujuan sang ibu ingin menemui nya.
Tak butuh waktu lama mereka pun tibah di perusahaan.Revan dan Irvan langsung masuk dan menuju ruangan mereka masing-masing....
Cekkklekkkk...Revan membuka pintu ruangan,lalu berjalan masuk dengan wajah dingin,apalagi melihat sang ibu sedang duduk di ruangan nya bersama dengan Tiara....
"Revan! Kamu itu tidak sopan sekali,aku ini ibumu,kenapa tidak menyapaku," protes nyonya Rita memarahi Revan atasan tindakan nya itu.
"Aku begini karna Mama selalu memaksaku.dan aku juga tau niat Mama datang kesini sambil membawa wanita itu," ungkap Revan duduk di kursi kerja nya,lalu mulai mengecek berkas yang sudah ada diatas meja.
"Revan,Tante hanya ingin yang terbaik untuk mu," kata Tiara dengan lembut sambil memasan senyuman manis di bibir tebal nya.
Revan menghentikan kegiatan nya sejenak,lalu menoleh ke arah Tiara,"Jadi kamu pikir,kamu adalah yang terbaik? Begitu?" tanya Revan.
"Ti~tidak,maksudku-"
"Iya.Tiara memang yang terbaik,setidaknya dia lebih berguna daripada wanita cacat itu," Timpal nyonya Rita memotong perkataan Tiara yang gugup.
"Istriku baik-baik saja,dia hanya cedera di kaki,lagian aku juga berencana ingin memanggil dokter dari luar negeri untuk nya,dan aku yaking istriku akan sembuh kembali," ucap Revan penuh yaking.
"Kalau tidak?" tanya Tiara.
"Kalau tidak bisa disembuhkan,aku tetap menjadikan nya istriku,karna hanya dia yang aku mau,jangan berdebat lagi dan membuatku pusing," jawab Revan menekan perkataan nya,agar Tiara sadar dan tidak mengharapkan nya lagi.
"Dasar anak tidak tau diuntung! Kalau suatu saat kamu menyesal,jangan datang dan mengeluh kepada Mama," umpat nyonya Rita marah,lalu bangkit dari duduknya dan di susul Tiara.
"Tidak akan," tegas Revan.
"Tiara,ayo kita pergi," ajak nyonya Rita berjalan pergi dan diikuti Tiara dari belakan,sesekali Tiara menoleh kebelakan dan berharap Revan berubah pikiran,namun nyatanya Revan tidak beraksi sama sekali.
(Bersambung)