Wife Number 1

"Kak, kau tidak takut tangan mu kotor?" Tanya Rania.

"Kotor? Untuk menyuapi suami ku? Kau bercanda?" Shazia tertawa kecil.

"Tangan ku bisa dicuci. Apa yang harus ditakutkan? Aku tidak masalah dengan tangan atau kuku menjadi rusak, daripada rumah tangga ku menjadi rusak." Jelas Shazia yang kembali melepaskan kulit udang.

"Buka lagi, aaaaa....."

"Aku bisa sendiri." Jelas Dom, Rania tersenyum di hatinya.

"Kalau begitu, kenapa tidak dari tadi? Kau lebih suka disuapi kan? Lagipula, makan di tangan orang lain lebih enak, terlebih tangan istri mu. Tidak perlu malu, suami dan istri bermesraan seperti ini tidak masalah, yang bermasalah ketika wanita lain yang melakukan nya pada suami orang." Jelas Shazia.

Melihat keterdiaman suaminya, hanya tatapan yang diberikan oleh Dom untuk nya. Tapi di mata Shazia, pandangan itu bukan berupa pandangan marah atau kesal. "Baiklah, kalau begitu kau makan sendiri saja." Putus Shazia.

Rania menyeringai melihatnya. 'Bagus, memang itu seharusnya.'

Shazia mulai mengambil sendok bersiap menikmati cuminya. Wajah Shazia kembali senang ketika lidahnya merasakan kelezatan sajian laut yang dimakannya. Rania melihat kemana arah tatapan mata Dom, terlihat pria berkulit eksotis itu menatap Shazia yang asyik menikmati makanan nya.

"Eh?" Shazia dibuat kaget dengan suapan berikutnya yang tidak sampai ke mulutnya, tapi masuk ke mulut lainnya. Terlihat Dom begitu dekat dengan dirinya, dan suapan itu masuk ke mulut nya, Dom mengunyah makanan yang masuk ke mulut nya.

"Dom...."

"Apa? Bukankah lebih enak makan di tangan orang lain?" Ucap Dom dengan tatapan intens nya.

"Ah.... I-iya." Entah mengapa Shazia jadi gugup sendiri.

'Astaga, mata kucing ini.... Dia seperti mata kucing.' batin Shazia memperhatikan manik Dominic dengan seksama.

"Suapi aku lagi!" Pinta Dom yang membuat Shazia kembali menyuapinya. Aksi suap-suapan itu membuat mata Rania menjadi terbakar, tangannya dibawah meja sudah mengepal bukan main.

"Aku sudah kenyang." Jelas Dom.

"Tapi aku belum." Ucap Shazia dengan raut kesal.

Dom tersenyum tipis, menu yang dipesan sebelumnya sudah habis ia makan. Shazia hanya hitungan jari saja yang masuk ke dalam mulutnya. "Baiklah, aku akan pesankan."

"Terimakasih, suamiku."

"Aku akan ke toilet dulu." Ucap Rania yang sudah tidak tahan lagi berada di tempat itu.

Ketika dia sampai di toilet, matanya memancarkan api. "Aghhh! Apa-apaan ini! Ada apa dengan nya? Kenapa Shazia tidak melakukan hal yang memancing amarah kak Dominic seperti biasanya? Kenapa dengan nya!" Rania melepaskan kekesalannya di toilet restoran itu. Tidak peduli dengan kehadiran orang lain disana, dia sudah meledak bukan main saat ini.

"Hah! Hah! Tenang Rania, tenang.....Ayo tenang. Ini hanya masalah kecil. Ini akan selesai, Shazia tidak akan bertahan lama. Sikapnya akan kembali seperti semula, ya. Ia akan kembali seperti semula. Setelah dia sembuh, aku yakin itu! Aku hanya perlu bersabar dan tetap bersikap manis di hadapan kak Dominic. Apa yang sudah aku perjuangkan, tidak boleh sia-sia."

Rania membasuh wajah nya sebelum keluar. Matanya melirik ke arah Shazia dari Dom di dalam. Tiba-tiba sebuah rencana jahat berada di kepalanya. Terlebih, melihat pelayan yang membawa pesanan. "Aku akan berikan pelajaran untuknya."

Rencana apa ya? Apakah Rania berhasil?

Bersambung......

Ayo berikan like dan komentar sebanyak-banyaknya. Biar author makin semangat! Tembus 30 author up kembali! Dukungan kalian penyemangat author 🥰🙏🙏