Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
e"Pa, tolong Mama. Kasihan Mama, beliau di bawa pak polisi" rengek Leon menangis
Doni menoleh, dirinya hanya menghela napas panjang melihat mobil polisi yang mulai melaju menjauh membawa Lita.
"Mama" teriak Daniel berlari mengejar mobil polisi
"Daniel, sudah jangan menangis. Mama hanya sebentar kok, nanti mama juga pulang lagi" bujuk Doni menggendong putra bungsunya
"Tapi kenapa Mama di tangkap polisi, Pa?" tanya Leon, Doni mengusap kepala putra sulungnya.
"Sekarang kita ke rumah Nenek ya, untuk sementara kita tinggal disana" kata Doni mengajak kedua putranya masuk ke dalam mobil
"Maaf, Pak. Ini kopernya, Ibu tadi" ujar Sopir taksi membuka bagasi mobilnya, Doni tercengang tak menyangka jika Lita sudah berniat untuk pergi.
"Biar saya bawa pulang, Pak"
Doni memberikan uang ganti rugi karena telah membatalkan pesanan taksi, kemudian Doni menoleh ke arah para karyawan sang istri yang diam mematung di depan toko.
"Hari ini toko tutup dulu, kuncinya biar saya yang bawa" perintah Doni
"Tapi, Pak. Ini masih ada barang yang belum di bawa masuk ke dalam" kata Disa
"Ya cepat di bawa masuk, saya tunggu lima menit. Kalian harus menutup toko ini" sentak Doni dengan suara tinggi
Disa dan yang lain segera memasukan semua barang ke dalam toko dengan asal, mereka pun menutup toko dengan tergesa-gesa dan setelah itu memberikan kunci toko pada Doni.
"Untuk sementara toko tutup dulu, sampai keadaan membaik" ujar Doni masuk ke dalam mobil
Disa dan para karyawan lainnya tak langsung pulang, mereka duduk di atas motor masing-masing dengan penuh tanda tanya. Apalagi melihat sikap Doni barusan, tak biasanya.
"Apa mungkin Pak Doni syok, gara-gara istrinya di tangkap polisi?"
"Mungkin" sahut Suci
"Kira-kira Bu Lita berbuat apa ya? Kok sampai di tangkap polisi"
"Tadi sih kata polisi percobaan pemb*nuhan tapi kayaknya gak mungkin deh, orang sebaik Bu Lita tega b*nuh orang" kata Disa
"Semoga saja Bu Lita terbukti gak bersalah, jadi bisa secepatnya bebas" gumam Suci penuh harap sembari menghela napas panjang
.
.
.
Sudah dua jam Lita berada di dalam sel tahanan, tapi tak ada satu pun orang yang datang menemuinya. Bahkan Doni, satu-satunya orang yang Lita harapkan juga tak datang.
"Pak, tolong lepaskan saya. Saya gak bersalah, kenapa saya di tahan tanpa bukti yang jelas" protes Lita untuk yang kesekian kalinya
"Kami punya bukti yang kuat, bahwa anda telah melakukan percobaan pemb*nuhan" sentak Polisi
"Tapi saya gak b*nuh siapa-siapa, Pak"
"Kami sudah mendapatkan bukti visum saudari Azura, dia menderita luka berat di kepalanya" tegas Polisi
"Jika anda mau membela diri, silahkan hubungi pengacara anda. Biar masalah ini di selesaikan melalui jalur hukum"
"Saya gak sengaja, Pak. Saya gak tau kalau Azura tiba-tiba keluar kamar, saya hanya ingin melampiaskan amarah saya pada suami saya yang selingkuh" jelas Lita membela diri
"Silahkan jelaskan, saat di persidangan nanti"
Lita terdiam, dirinya bingung hendak menghubungi siapa. Lita tak punya kenalan pengacara, meski pun ada tapi orangnya sudah pindah dari kota ini.
"Kalau begitu tolong hubungi suami saya, Pak. Izinkan saya untuk bertemu dengan dia dulu" pinta Lita
"Maksud anda, Pak Doni?"
"Iya, Pak. Saya hanya hapal nomornya saja" jawab Lita, kedua polisi uang ada disana saling pandang.
"Tapi yang melaporkan anda ke kantor polisi, suami anda sendiri Bu. Apa mungkin dia mau menolong anda keluar dari sini?" kata Polisi ragu
Deg
Jantung Lita seolah berhenti berdetak, Lita tidak tahu kalau Doni sendiri lah yang telah melaporkannya ke kantor polisi. Lita mengira, jika Desi yang telah menggugatnya.
"Belum puas kamu mengkhianati aku, Mas. Sekarang kamu juga menjebloskan aku, ke dalam penjara" gumam Lita mengepalkan tangan
"Gimana, Bu. Apa tetap mau menghubungi suami anda?"
"Gak perlu, Pak. Saya bisa keluar dari penjara ini, tanpa bantuan pria b*jingan itu" ucap Lita sembari menggeleng
Lita duduk merenung dan mencari cara untuk bisa keluar dari penjara, dirinya harus bisa keluar dengan cepat dan membawa kedua putranya pergi sejauh mungkin dari hidup Doni.
Di tempat lain Leon bergelayut di lengan Doni dan merengek, mengapa sang mama belum juga kembali? bahkan Leon mengajak sang papa untuk menyusul sang mama di kantor polisi.
"Diam, Leon! Kepala Papa pusing, dengar kalian berdua nangis terus" bentak Doni menghempaskan tanga putra sulungnya
"Salah siapa kamu ajak mereka kesini, bikin pusing aja" kata Mawar dengan sinis
"Kalau bukan sama aku, mau sama siapa lagi Ma? Mereka gak punya siapa-siapa selain kita" sahut Doni
"Harusnya kamu taruh aja mereka di panti asuhan, kepala Mama pusing denger rengekan mereka berdua. Kebiasaan di manja, batu pisah sebentar aja udah nangis" ketus Mawar
"Bener kata Mama, Mas. Aku juga ikut pusing, kasihan Azura gak bisa istirahat dengan tenang. Gara-gara kamu ajak ke rumah sakit, Azura saat ini masih tahap pemulihan, dia butuh istirahat" timpal Desi menatap Leon dan Daniel dengan sinis
"Tapi aku gak mungkin taruh mereka di panti asuhan, apalagi Leon sebentar lagi masuk sekolah. Mereka juga anak kandung aku, Ma. Cucu kandung Mama juga"
"Memangnya apa salahnya di taruh di panti asuhan, kamu masih bisa menemuinya. Dari pada ikut kamu tapi gak ke urus, memangnya siapa yang mau merawat mereka saat kamu kerja? Jangan sampai kamu menyuruh Mama merawat mereka, Mama gak sudi merawat anak pemb*nuh"
"Lita bukan pemb*nuh, Ma. Dia gak sengaja melukai Azura, dia hanya terpancing emosi biasanya juga di baik sama Azura" sahut Doni tak terima sang istri di anggap pemb*nuh
"Terus saja kamu bela istrimu yang durhaka itu, kamu itu sudah buta Doni. Kamu gak bisa berfikir realistis, kalau kamu masih mau hidup lama berhenti membela wanita g*la itu karena dia bisa memb*nuhmu kapan saja" bentak Mawar emosi
"Lita gak g*la, Ma. Dia hanya sedang emosi" hardik Doni
"Cukup, Mas. Berhenti membela Mbak Lita terus, kalau kamu sayang sama Azura. Kamu harus lepaskan Mbak Lita, aku yakin Azura pasti ketakutan saat bertemu dengan orang yang mampir memb*nuhnya" ujar Desi
"Tapi, Dek......"
"Kamu harus bisa memilih aku atau Mbak Lita, Mas. Kamu ingatkan pesan Mas Dodi sebelum meninggal? Dia minta kamu untuk menjaga aku dan Azura" potong Desi dengan cepat, Doni mengacak rambutnya secara kasar karena dirinya bingung harus bagaimana.