Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Setelah sampai di rumah sakit, Lio pun segera membawa putri Arneta ke ruang UGD. Tidak lupa ia juga memerintahkan Yogi untuk menghubungi Arneta dan memberitahu wanita tersebut apa yang terjadi pada Ivy.
Sementara itu di tempat yang berbeda, tepatnya di depan sebuah gedung perkantoran. Tampak seorang wanita cantik yang tengah berjalan bolak-balik dengan raut wajah yang cemas, karena sejak tadi ia menunggu kedatangan Yogi sambil menghubungi nomer ponsel pria itu yang tidak juga diangkat.
"Kenapa sampai sekarang belum datang? Ya Tuhan, semoga Yogi tidak sedang bersama Lio saat ini."
Sungguh Arneta takut jika Yogi tengah bersama Lio. Tidak bisa ia bayangkan jika Lio melihat wajah Ivy dari dekat dan mengetahui apa yang selama ini dirahasiakannya.
Ditengah kepanikannya, Arneta terkejut saat mendengar suara ponselnya yang berdering, terlebih saat mengetahui siapa yang sedang menghubunginya.
"Halo kalian di mana? Kenapa sejak tadi teleponku tidak diangkat, putriku di mana? Aku ingin bicara dengannya," ucap Arneta panjang lebar begitu mengangkat panggilan tersebut.
Yogi sendiri sempat terdiam mendengar banyaknya pertanyaan Arneta, karena ia bingung bagaimana menjelaskan keadaan Ivy sekarang.
"Nona Arneta, kami sekarang berada di rumah sakit internasional."
"A-apa rumah sakit? Siapa yang sakit? Di mana putriku?" tanya Arneta dengan tangan bergetar hebat karena ketakutan.
"Anda tenanglah dulu, sebaiknya Anda datang kemari sekarang! Aku tunggu."
Yogi memutuskan sambungan ponselnya tanpa berani memberitahukan keadaan Ivy, lalu mengirimkan pesan lokasinya saat ini agar Arneta bisa segera datang. Sungguh kini ia menyesal karena sejak tadi mengabaikan panggilan telepon dari Arneta karena perintah Lio, terlebih membiarkan saja saat tuannya itu membawa Ivy ke rumah makan cepat saji tanpa seijin Arneta.
Sementara itu Arneta yang tengah ketakutan, kini memaki saat penggilan ponselnya di matikan begitu saja tanpa adanya penjelasan tentang keadaan putrinya.
"Rumah sakit internasional," gumam Arneta dengan panik sambil berlari menuju mobilnya.
Tak ia pedulikan tatapan semua orang yang melihat kepanikannya, karena yang penting saat ini adalah cepat sampai ke rumah sakit sambil berdoa dalam hati putrinya dalam keadaan sehat tanpa kurang satu pun.
Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit lebih, akhirnya mobil yang dikendarai Arneta sampai di rumah sakit internasional. Dengan terburu-buru ia menghampiri Yogi yang ternyata sudah berdiri menunggunya di depan rumah sakit.
"Di mana Ivy?" tanya Arneta dengan sangat cemas saat melihat putrinya tidak bersama Yogi. Bayang-bayang Ivy yang pernah dirawat karena sakit demam tinggi dan alergi kini bermunculan silih berganti. "Di mana putriku?" sentak Arneta saat melihat Yogi diam saja.
"Tenanglah Nona."
"Tenang-tenang, kau pikir aku bisa tenang saat kau membawa putriku tanpa izin, dan sekarang putriku tidak bersamamu," caci Arneta dengan penuh emosi menahan tangis. "Aku mohon katakan di mana putriku?"
"Ikut aku!"
Arneta pun berjalan mengikuti Yogi masuk ke dalam rumah sakit dengan harap-harap cemas, terlebih saat langkah kakinya berhenti di sebuah pintu ruang rawat.
"Nona Ivy ada di dalam, dia—" Yogi terdiam karena Arneta sudah lebih dulu masuk tanpa menunggu penjelasannya. "Tuan Lio, Anda dalam masalah besar sekarang." Bukan tanpa alasan Yogi berkata seperti itu, karena ia melihat dengan jelas kemarahan Arneta yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Sementara itu Arneta yang masuk ke dalam ruangan tersebut, langsung lemas seketika saat melihat putri kesayangannya terbaring di atas ranjang pasien.
"Ivy sayang..." ucap Arneta dengan menangis. Ya, air mata yang sejak tadi ditahannya kini mengalir dengan deras di kedua pipinya saat melihat kondisi Ivy yang tidak berdaya dengan kedua mata tertutup. "Sayang, kau kenapa, Nak?"
"Putrimu baik-baik saja, dia sedang tidur sekarang."
Deg.
Arneta yang hapal betul siapa pemilik suara itu, langsung menatap ke belakang. Menatap sosok pria yang sejak tadi tidak ia sadari keberadaannya.
"Kau..! Sedang apa kau di sini?"