Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.
Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.
Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran
Reyhan menunjukkan kelaparan setelah melakukan aktivitas olahraga renang. Laki-laki itu bahkan sampai menghabiskan tiga selai daging premium berukuran besar-besar ia makan sendirian.
"Melihat antara orang makan siang dengan orang kelaparan ternyata tidak jauh beda," cetus Alysa, matanya sambil melirik Reyhan sengit.
Mata Reyhan terangkat menatap Alysa. "Aktivitas di kolam renang, cukup menguras energi saya. Jadi, saya harus mengisinya lebih banyak sekarang," mata Reyhan menjentik genit pada Alysa.
Alysa menelan steak dengan potongan kecil itu cepat-cepat. Alysa malu sekali kalau mengingat kejadian di kolam renang. Situasi yang seharusnya tidak terjadi pada dirinya dan Reyhan.
"Saya harap Pak Reyhan tidak perlu membahas itu lagi," Alysa menyela.
Reyhan menaruh alat makan miliknya diatas piring yang sudah kosong. "Soal yang mana?!" tanya Reyhan.
"Pak Reyhan tahu apa maksud dari pembicaraan saya."
"Tidak, ada banyak hal yang terjadi dikolam renang, misal pembahasan soal kamu punya pacar, situasi yang tadi, atau ...." Reyhan menjeda bicaranya. "Soal ciuman dikolam renang." lanjut Reyhan.
Tangan Alysa menurunkan kembali garpu yang berisi potongan steak kecil yang hampir akan masuk kedalam mulutnya. "Sebaiknya, kita tidak perlu lagi membahas semua yang sudah terjadi itu. Kejadian tadi tidak berarti apa-apa bagi saya."
Reyhan menganggukkan kecil kepalanya. "Tidak berarti, tapi wajahmu menunjukkan ketakutan," ungkap Reyhan.
"Tentu saja, saya memiliki kekasih, saya tidak ingin kejadian tadi sampai terdengar oleh kekasih saya. Ribut karna hal tidak berarti sama saja menguras waktu dan energi." ungkit Alysa.
Reyhan berdecih dengan tatapan sebelah mata. "Semoga saja ucapanmu tadi, kamu pegang erat. Karna, saya tidak seyakin itu atas ucapanmu."
"Maksud Pak Reyhan?"
"Maksud saya..." Reyhan berdiri dari tempat ia duduk ia berjalan sedikit mendekati Alysa. Tangan Reyhan terulur menyentuh kepala Alysa. "Jangan sampai kamu tidak sadar, kalau kamu mulai nyaman pada saya."
Usai Reyhan mengucapkan demikian, kaki Reyhan bergerak menuju wastapel. Laki-laki itu kembali membersihkan alat makan yang sudah ia gunakan. Padahal, Alysa sudah katakan biar dia yang melakukannya, kebetulan yang memasak steak adalah Reyhan.
Membiarkan Reyhan mencuci piring bagiannya, sedangkan Alysa menatap Reyhan dari tempat duduknya. Isi kepala Alysa memusatkan penuh pada kalimat yang dikatakan Reyhan. Benarkan Alysa mulai nyaman berdekatan dengan Reyhan?
"Saya harus kembali ke kampus," kata Reyhan menyadarkan Alysa dari lamunannya.
Alysa membawa piring yang sudah ia gunakan, berdiri bersampingan dekat Reyhan. "Saya juga ada pekerjaan lain." sambut Alysa.
"Boleh saya tanya sesuatu?" tanya Reyhan.
Tubuhnya bersandar pada kitchen sett, matanya menatap Alysa yang membersihkan piring yang sudah terpakai. "Soal?" tanya Alysa.
"Soal kuliah kamu," ungkap Reyhan.
"Kenapa?"
"Kenapa kamu ambil cuti?"
Alysa diam beberapa saat, matanya beranjak menatap Reyhan. "Saya lihat dia Absen Akademik mahasiswa, nam kamu tidak tercantum disana? kamu ambil cuti, kenapa?" tanya Reyhan.
"Saya cuti." sahut Alysa singkat.
" Iya sata tahu, tapi kenapa?" tanya Reyhan.
"Saya rasa terlalu berlebihan jika Pak Reyhan ingin tahu soal diri saya." ucap Alysa.
Reyhan mengangguk. "Kalau begitu, biarkan saya memberikan pertanyaan lain,"
Alysa berjalan menjauhi tubuh Reyhan. "Soal apa?"
"Soal janji kamu." ucap Reyhan.
Kaki Alysa berenti berjalan. Dadanya mulai berdegup, ingatannya soal hutang, pemecatannya, semuanya serasa begitu menyesakkan. Baru saja ia mendapatkan suasan jauh lebih baik selesai berenang, mendadak sekarang ia harus dibentur kenyataan kembali.
"Saya masih punya waktu satu minggu." ucap Alysa.
"Kamu yakin, kamu bisa melunasinya?" tanya Reyhan.
"Tunggu saja."
"Saya tidak akan memberi kesempatan lagi Alysa." ucap Reyhan.
Selesai keduanya beradu argumentasi, Reyhan kembali pada pekerjaannya pun dengan Alysa yang mulai membaik suasana hatinya.
"Kamu kerja di gedung ini?" tanya Reyhan ketika ia membuka pintu mobil untuk Alysa.
"Saya Assisten makeup, kebetulan nanti malam ada acara perayaan wedding," sahut Alysa.
"Malam?" tanya Reyhan.
"Iya, Pak Reyhan gak pernah datang di perayaan wedding malam?" tanya Alysa.
"Bukan itu, ini soal pekerjaan kamu. Itu berarti kamu pulang malam," ucapan Reyhan seperti bukan ungkapan pernyataan, melainkan sebuah pertanyaan.
"Kamu pulang dengan siapa?" tanya Reyhan.
Alysa mengerutkan kedua alisanya. "Sendiri."
"Sendiri?" ulang Reyhan.
"Iya sendiri, kenapa?"
"Pulang ngajar, saya jemput kamu."
"Jemput?" ulang Alysa. "Gak usah, saya bisa pulang sendiri."
"Saya tahu itu. Tapi, akan lebih aman kamu pulang dengan saya."
"Gak mau, saya bisa sendiri."
"Kamu ga usah ge-er, saya niat jemput kamu bukan karna apa-apa. Saya cuma gak mau janji kamu tidak tertepati hanya karna kamu kena begal atau mati karna tertabrak mobil besar akibat naik ojol malam-malam."
Bukannya senang, Alysa justru kesal karna ucapan Reyhan. "Bapak nyumpahin saya mati?" tanya Alysa kesal.
"Salah! Lebih tepatnya saya tidak ingin rugi."
"Tapi..."
"Sstt... Saya gak punya waktu dengerin kamu ngoceh. Kamu kerja aja, pulang saya jemput. Kamu berani pulang lebih dulu, saya tidak akan segan memotong waktu tenggang kamu untuk bayar hutang pada saya," ucap Reyhan setelah itu ia mengusap kepala Alysa tulus kemudian mendaratkan sebuah ciuman dikening Alysa cukup lama.
"Dorong Alysa, dorong." batin Alysa berteriak. Nyatanya, nihil tidak sama sekali Alysa melakukan pergerakkan agar Reyhan menjauh dari dirinya.
"Jaga diri baik-baik." ucap Reyhan masih dekat dengan kening Alysa. Usai mengatakan itu, Reyhan berjalan menuju kemudi. Alysa tidak beranjak sedikitpun dari tempat ia berdiri. Ia memandangi Reyhan, sampai mobil yang Reyhan kendarai menjauh dari pandangan mata Alysa.