Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Pil Pencegah Kehamilan.
Ahmad menutup panggilan pada kakaknya, dia sedang berada di toilet restoran. Ia menyempatkan menelepon Yasmin agar kakaknya tahu akan rencananya pernikahan sang ibu.
Ahmad kembali ke meja restoran, dia memakai pakaian yang dibelikan oleh Pak Agam secara dadakan termasuk gaun malam tertutup untuk Bu Arum. Awalnya Bu arum menolak memakai pakaian mahal pemberian Pak Agam, namun Izy memaksa. Habis lah sudah jika Izy sudah keras kepala, Bu Arum pun menyerah.
Dengan pakaian mahal namun masih tampak sederhana, Bu Arum terlihat lebih muda dari usianya.
"Ekhm! Halal dulu Bu..." Ahmad melihat Ibunya dan calon ayah sambungnya sedang saling tatap menatap, sementara Izy tak ada di meja.
Pak Agam terkekeh, "Saya terlalu mengangumi kecantikan alami ibumu, Mad. Astaghfirullah... saya sempat teringat masa lalu saat kami mandi hujan sepulang sekolah dan flu esok harinya. Kami berdua kompak tak sekolah karena sakit bareng-bareng, udah kayak anak kembar aja."
Ahmad tersenyum membayangkan masa-masa remaja ibu dan calon ayah sambungnya itu. "Dulu, Ahmad juga gitu ya Bu. Saat sekolah, nggak ada yang Ahmad pikirin selain main dan belajar. Saat kecil Ahmad sering membayangkan, kayaknya enak ya jadi orang dewasa... nggak usah capek-capek sekolah dan mikirin pelajaran. Sekarang, ternyata dewasa tak semenyenangkan itu. Harus siap mental untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Pusingnya memikirkan pelajaran saat sekolah, tak sepusing memikirkan cobaan dan ujian hidup setelah dewasa."
Bu Arum baru lah menyadari, anak keduanya itu sedang ada masalah. "Kamu ada masalah apa, Nak. Jangan bohong sama Ibu."
"Ahmad sedang masa sidang perceraian Bu, maafin Ahmad ya... kata Ibu cerai itu dibenci Allah, tapi Astri selingkuh sama Bos kami di kantor Bu. Ahmad nggak sanggup memaafkan pengkhianatan Astri, Bu. Ahmad bahkan meemukuuli Bos Ahmad, sampai Ahmad akan dilaporkan ke poliisi. Tapi... Ahmad mengancam balik kalau Ahmad dilaporkan, Ahmad akan melaporkan tentang perzinahan Astri dan Bos Ahmad. Akhirnya, kami bernegosiasi dan bersepakat damai. Hanya saja, Ahmad dipecat dari kerjaan."
"Astaghfirullah, Mad. Kenapa nggak cerita sama Ibu, Nak. Ya Allah, cobaan apa lagi ini. Ibu sedang memikirkan tentang rumah tangga Shanum, adikmu. Sekarang Ibu harus dengar kabar menyedihkan dari kamu. Lalu, cucu Ibu gimana?"
"Ahmad akan mengambil hak asuh anak, Bu. Astri sering telantarin anak kami, tapi mertua nggak bolehin Ahmad ambil anak Ahmad. Secara agama, Ahmad sudah menalak Astri Bu."
"Biasanya kalau kamu nggak punya pekerjaan, akan sulit mendapatkan hak asuh anak. Ada persyaratan tertentu, kecuali kamu dan mantan istri kamu mengambil jalan damai, sama-sama membesarkan anak kalian dengan menekan ego. Kalau kamu ingin bertemu, dari pihak mantan istrimu nanti jangan mempersulit. Pun sebaliknya, jika mantan istrimu ingin bertemu kamu juga harus mempermudah." Nasehat Pak Agam.
Ahmad hanya mengangguk samar, sulit rasanya bertemu lagi dengan mantan istrinya dan bicara secara baik-baik.
"Izy udah selesai, mau pulang sekarang?" Gadis itu ternyata dari toilet juga.
Akhirnya mereka semua pulang ke rumah setelah acara dinner selesai, tadi mereka pun sempat membicarakan tentang waktu pernikahan. Ahmad diminta tinggal lebih dulu di rumah sebelum menemukan tempat tinggal baru dan pekerjaan. Sebenarnya, Pak Agam langsung mencarikan posisi untuk Ahmad di perusahaan sesuai kemampuan dan pendidikan terakhir Ahmad.
.
.
.
Dua hari pasca keguguran, Doni membawa Shanum pulang ke Indonesia ke rumah keluarga Doni. Keduanya memang tinggal di rumah berbeda, namun sesekali mereka akan tinggal di rumah orang tua Doni. Disana, hanya ada ibu kandung Doni karena Ayah kandung Doni sudah meninggal sejak Doni kecil.
Ibu mertua Shanum menyambut kedatangan anak dan menantunya, wanita berwajah cantik di usianya yang sudah tak lagi muda langsung memeluk menantunya.
"Maaf, Mama nggak bisa pergi ke Singapura saat mendengar kamu masuk rumah sakit. Tiba-tiba, Amel demam dan nggak mau ditinggal Mama." Mama mertuanya lalu melepaskan tubuh Shanum.
"Nggak papa, Mah. Mungkin karena musim flu, Amel udah baikan?"
"Udah, ayo masuk."
Sementara Doni sudah masuk lebih dulu, lelaki itu langsung masuk ke ruang kerja.
Mama Doni bernama Mama Reina melihat putranya masuk ke ruang kerja, dia tahu jika Doni sudah disibukkan dengan pekerjaan Doni akan lama di ruangan kerja.
"Ikut Mama ke kamar," Mama Reina sekali lagi melirik ke arah pintu ruang kerja putranya, lalu membawa Shanum masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam.
Shanum terpaku saat Mama Reina tiba-tiba menangis sambil memeluk Shanum. "Maafin Mama, Num. Mama dengar kamu keguguran, Doni menyikssa mu kan? Huuuu... Num... maafin Mama."
Shanum tak mengerti memangnya Mama mertuanya melakukan apa sampai harus minta maaf padahal itu adalah kesalahan sang suami.
"Doni sebenarnya nggak mandul, Num. Mama memanipulasi laporan tentang kesuburan anak Mama, Mama nggak mau kamu hamil... jadi setiap hari Mama masukin pil pencegah kehamilan pada minuman kamu melalui Bibik di rumah mu."
"Mama...!" Shanum menutup mulutnya tak percaya.
"Num, dengarkan penjelasan Mama. Jangan sampai kamu punya anak dari Doni, penyakit (OLD) obsessive love disorder itu menurun. Dulu, Ayah Doni juga punya penyakit mental yang sama. Setiap hari Mama hidup tersiksa... Mama lalu tak sengaja membunuh suami Mama sendiri saat membela diri. Doni dan Amel tidak tahu rahasia ini, Mama hanya takut... cucu Mama, anak dari Doni akan punya penyakit mental seperti suamimu itu. Mama sudah berusaha menyembuhkan penyakit Doni, tapi Doni tak kunjung sembuh. Mama tau, selama ini kamu sering disikssa Doni dan setelah dia sadar... dia akan minta maaf padamu dengan menangis dan menyesali semuanya. Tapi, perilaku pwnyiksaan itu akan terus berulang. Jujur sama Mama, keguguran kamu... ini perbuatan anak Mama kan?"
Shanum menggigil ketakutan, suaminya pria gila dan ibu mertuanya mengaku telah membunuh ayah mertuanya.
.
.
.
Di rumah, Pak Agam baru saja mendapatkan laporan tentang bukti-bukti fisik penganiiyaan Doni pada Shanum dari orang suruhannya di Singapura. Bukti itu berisi luka-luka lebam dan keguguran yang terjadi pada Shanum pun terindikasi akibat tendaangan dan penyiiksaan lainnya.
"Shanum akan jadi putri sambungku, aku harus bisa melepaskan dia dari kegilaan Doni...!"
Pak Agam menelepon orang suruhan nya, meminta laporan tentang perusahaan Doni dan bisnis Doni lainnya. Orang dengan penyakit mental buruk seperti Doni, tidak bisa digertak langsung dan harus melalui beberapa tindakan misalnya menggoncang perusahaan Doni dan membuat Doni tak bisa berkutik saat dilaporkan pada pihak berwajib karena tak punya uang dan kekuasaan lagi.