cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
"Saat kejadian, adiknya rangga berusia tiga tahun, setiap hari rangga harus menjaga adiknya, sementara titin pergi entah kemana". "Jika saja hari, tidak menyayangi istrinya, sudah tentu wanita itu diceraikan sejak lama, seorang pria yang baik berhak mendapatkan wanita yang baik pula".
"oh iya, lian kamu sudah mengajak anak maya, tinggal bersama kita, dia juga sudah menyebutmu ayah, berarti sudah ada tanda-tanda, kapan kalian menikah" ucap bu titin bertanya.
"Asal kamu tahu, maya ini wanita yang baik, lihat ibu dibelikan sepatu beberapa hari yang lalu, baguskan" ucap bu titin menunjuk sepatu baru, yang dipakainya dari maya.
"Bagus bu" jawab lian.
"Tadi kamu belum jawab, kapan kalian menikah?" Tanya wanita itu lagi dan lagi.
Lian menghela nafas panjang, dari tadi ia hanya diam menyimak apa saja yang diucapkan ibunya.
"Kami belum sampai ke tahap itu, bicara yang lainnya saja bu" pinta lian.
"Lian jangan lupa mengundang kami saat kamu menikah" ucap salah satu pengunjung yang baru saja datang untuk membeli mi ayam.
"Eh bu, bikin kaget saja, pastilah doakan saja semoga lian cepat melepas masa dudanya" pinta bu kiki pada pengunjung tersebut.
"Saya mau beli minya, dibungkus saja tiga" ucap pengunjung.
"Ditunggu dulu, biar dibuatkan dulu" sahut bu kiki.
***
Malam hari dirumah lian.
"tok,, tok,, tok,," terdengar suara pintu rumah lian diketuk, lian segera membuka pintu.
"Assalamu'alaikum" ucap pak hari mengucapkan salam begitu pintu dibuka.
"Pak hari, waalaikum salam" jawab lian.
"Aku datang menjemput rangga" ucap pak hari.
"Dia sudah tidur, ayo masuk dulu" ucap lian sedikit berbisik.
"Oh iya, dia sudah tidur?" Tanya pak hari.
"Hem, kenapa kamu, selalu pulang larut malam" tanya lian.
"Ada kasus di kantor, aku harus segera menyelesaikan kasus ini" jawab pak hari.
"Kamu pasti belum makan?"tanya lian setelah melihat ekspresi pak hari yang terlihat lelah dan tidak bertenaga.
"Pak lian ini tahu saja, ya, memang saya belum makan" jawab pak hari.
"Kebetulan saya masih ada sisa sayuran, masih enak kok" ucap lian.
"Iya, terimakasih, selain anakku, aku sudah lagi untuk makan di rumahmu" ucap pak hari tanpa basa-basi.
"Kenapa harus sungkan, biasa saja, anggap seperti rumah sendiri" jawab lian.
"Aku mau lihat Rangga dulu" ucap pak hari.
"Ya, dia ada di kamar zidan" ucap lian membuka pintu kamar zidan.
Benar saja, kali ini pak hari, melihat putranya tidur dengan nyenyak bersama zidan di kasur yang sempit.
"Mereka mau berbagi tempat" ujar lian.
"Dia sangat baik" ucap pak hari.
"Ayo, makan dulu, aku sudah menyiapkan makanan" ucap lian mengajak pak hari makan malam bersama.
"Baiklah" jawab pak hari, menutup pintu kamar zidan dengan perlahan agar tidak membangunkan keduanya.
Dimeja makan lian membuatkan kopi, untuk pak hari dan juga untuk dirinya sendiri.
"Lian, maaf ya, sejak kami tinggal disini beberapa bulan lalu, kami selalu saja merepotkanmu" ucap pak hari.
"Ini kopinya minumlah dulu, masih hangat" ucap lian.
"Terimakasih" jawab pak hari kemudian menyeruput kopi tersebut, demikian juga lian menyeruput kopi yang dibuatnya.
"Merepotkan apanya?, Aku tidak merasa direpotkan sama sekali, makanlah" jawab lian yang sudah mengucapkan doa makan, siap memakan makanan yang tertata dipiring.
"Baiklah" ucap pak hari, kemudian membaca doa makan dan menyantap makanan di depannya dengan perlahan, karena perutnya memang sudah terasa lapar minta diisi.
"Lian, kamu sudah mendengar keadaan keluargaku, kan?" ucap pak hari.
"Kita ini hidup bertetangga, sepandai-pandainya kita menyimpan rahasia, mereka akan mencari informasi dari orang lain, mereka juga pasti tidak akan bicara sembarangan, bisa dikatakan mereka cuma bercanda" ucap lian dengan ekspresi bercanda.
"Aku ini pegawai kepolisian, apakah ada hal yang tidak aku ketahui, bisa dikatakan, keadaan keluargaku, menjadi topik pembicaraan saat mereka makan, masuk telinga kiri, keluar telinga kanan, bukan masalah besar bagiku" ucap pak hari serius.
"Aku mengerti" ucap lian manggut-manggut.
"aku sendiri tidak mengerti, kenapa, istriku sikapnya berubah, kondisi mentalnya juga semakin buruk, setiap hari selalu marah, aku sampai bingung, apa yang harus aku lakukan. Aku sendiri tidak bisa menghiburnya" ucap pak hari, kemudian melanjutkan makannya hingga tak tersisa lagi.
"Apa kamu juga sudah mendengar keadaan keluargaku?" Tanya lian.
"Bagaimana aku tidak tahu?, ini baru setahun, tentu sulit bagimu" jawab pak hari.
"Pada saat itu, tepat setelah Hana meninggal,aku sangat menderita, ibu dan saudaraku bergiliran membujukku, tapi apa kamu tahu?. Kata-kata menghibur itu seperti pisau kecil, tebas,tebas, tebas, itu sangat melukai hatiku, aku sangat menyesal, kenapa aku mendengar kan dirinya?, Kenapa aku tidak membujuknya?, Kenapa aku percaya begitu saja, kalau penyakitnya bisa sembuh?, kenapa aku tidak mendengarkan kata dokter?, Aku sangat menyesal dan tersiksa" ucap lian mencurahkan isi hatinya tentang kematian istrinya.
"Aku berpikir kalau titin tidak bisa melewati masa ini, itu sebabnya dia bertingkah seperti itu" ucap lian lagi kemudian menyeruput kopi yang tersisa sedikit.
"Saat titin hamil yuyun, kami mengetahuinya saat dirinya hamil tiga bulan, karena anak ini titin harus keluar dari pekerjaannya, aku harus membayar tindakan disiplin di tempat kerja, penghargaanku dibatalkan, belum juga naik jabatan, aku hampir saja kehilangan pekerjaan, tapi aku tidak pernah menyesali hal itu" ucap pak hari juga mencurahkan isi hatinya.
"Yang selalu aku sesali adalah, aku tidak bisa merawat anakku dengan baik, aku tidak bisa menjaga yuyun, tapi hidup harus berjalan kan?, Jadi aku memutuskan untuk terus bekerja, jika aku menyerah, maka, apa yang akan anakku lakukan?" ucap pak hari menambahkan.
" Benar, meskipun hanya untuk anak kecil, hidup harus terus berlanjut" sahut lian.
"Lian, sifat rangga tidak seperti ini sebelumnya, dia anak yang ceria, dia anak yang suka berbicara dan bermain, tapi lihatlah sekarang, dia tidak pernah berkata apapun, apa salahnya?.
Tidak seperti jihan, yang punya kepribadian luar biasa, dia,,,," pak hari tidak dapat melanjutkan ucapannya karena merasa sangat prihatin dengan kondisi mental putranya.
"Jangan membicarakan sifat jihan, dia tidak mirip dengan aku ataupun ibunya, aku tidak tahu dari mana jihan mendapatkan sifat yang seperti itu, jihan selalu optimis" ucap lian terkekeh.
"Berapa menakjubkan anakmu itu?" ucap pak hari tersenyum bahagia.
"Untuk orang yang sudah meninggalkan kita, semoga mereka bahagia, dan tenang disana" ucap lian.
"Amin" jawab pak hari.
"Ayo silahkan dimakan" ucap lian menunjuk pada buah semangka yang ada di meja, pak hari kemudian mengambil satu buah dan memakannya begitu juga dengan lian.
Ditunggu komentarnya.