Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTMC 35
Brian bersama dengan Samuel juga Nathan dan Rafael bergegas pergi meninggalkan area hotel untuk mencari dimana keberadaan Kaila. Menyusuri jalan yang terpantau dari rekaman cctv jalan.
Jangan di tanya dari mana mereka dapatkan itu semua ... ya dari pihak berwajib. Yang tentu saja semua itu dari pengaruh nama besar Brian.
"S**t." umpat Brian saat mereka sampai dh persimpangan jalan dan tak ada akses cctv-nya sehingga seperti mendapati jalan buntu.
"Ini kita mau ambil jalan yang mana?" tanya Nathan pada ketiga pria yang bersamanya, dia juga sama bingungnya ... takut salah jalan, bukannya menemukan Kaila yang ada malah mereka nyasar.
Di belakang masih ada satu mobil lagi yang berisi para anak buah Brian.
"Pak, bukannya di cincin pernikahan ibu ada GPS-nya." kata Samuel yang baru mengingat hal itu.
"Ah iya, b***h." sahut Brian yang juga baru ingat akan hal itu.
"Ck, kenapa kamu baru bilang sekarang?" decak Nathan pada Samuel.
"Tadi lupa, sangking paniknya." sahut Samuel yang juga merutuki kebodohannya, bisa-bisanya lupa dengan hal sepenting itu.
Saka seperti Brian yang juga lupa kalau memang sengaja memasang GPS di cincin pernikahan yang di gunakan oleh Kaila. Bukan bermaksud tak percaya pada Kaila ... tapi untuk berjaga-jaga dari hal semacam ini. Dirinya adalah pengusaha besar ... jadi tak menutup kemungkinan banyak orang yang gak suka padanya. Dan karena Kaila sekarang berstatus istrinya, pasti mereka akan menargetkan Kaila yang merupakan sumber kelemahan seorang Brian.
Begitu mengetahui titik koordinat keberadaan Kaila, mereka pun langsung menuju lokasi.
Berhenti dari jarak yang agak jauh dan langsung mengecek situasi. Terlihat ada beberapa mobil yang ada di sana dan ada empat orang yang seperti sedang berjaga di luar rumah.
Brian memberi kode pada yang lainnya sehingga membuat mereka berempat bergerak bersama. Karena jumlahnya imbang jadilah satu lawan satu.
Karena mendengar suara ribut di luar, yang ada di dalam pun akhirnya keluar juga sehingga kembalilah baku hantam dari kedua kubu. Setelah hampir satu jam, akhirnya pertarungan dimenangkan oleh pihak Brian. Para penjahat pun di ikat menjadi empat kelompok dan tinggal menunggu pihak berwajib untuk datang.
Brian yang sudah masuk pun memeriksa satu persatu ruangan yang ada untuk mencari keberadaan Kaila. Di belakangnya juga ada Samuel, Nathan dan Rafael yang mengekor.
Brak
Hanya tersisa satu kamar itu yang belum doa buka, namun siapa sangka pemandangan di depan ketika pintu terbuka membuat darahnya bertambah mendidih.
Kaila yang duduk dengan kaki terikat, tangan juga terikat di belakang, mulut di tutup plaster, rambut yang sudah awut-awutan, pipi merah dan lebih parahnya di belakang Kaila ada seorang wanita yang dengan berani mengalungkan pisau tepat di leher Kaila.
"Jangan mendekat, atau aku akan bunuh dia ... " ancam Isabela yang tadi sempat mengintip dari pintu begitu mendengar suara ribut-ribut di luar.
"Kamu gila ya Bel!" sentak Nathan.
"Iya aku gila dan itu semua karena Brian!" teriak Isabela. "Brian itu calon suami aku, bahkan kami sudah merencanakan sebuah pernikahan, tapi dia malah menikah sama perempuan k*****g ini!" katanya lagi yang membuat Nathan juga Rafael bingung kenapa Isabela bisa berbicara seperti itu.
Brian langsung di tatap oleh Nathan dan Rafael, seolah mereka berdua sedang meminta penjelasan namun Brian sama sekali tak merespon bahkan seolah mengacuhkan keduanya, karena fokus Brian saat ini hanyalah Kaila.
"Ini bukan salah Kaila." kata Brian dengan suara yang masih dengan nada biasa. "Tapi salah kamu sendiri ... j****g!" kata Brian dengan berteriak di akhir kalimatnya. "Karena kamu sudah selingkuh dari aku." sambungnya.
"Akukan sudah katakan sama kamu Bri, kalau semua itu gak sepenuhnya salah aku karena tetap ada andil kamu di dalamnya." bantah Isabela yang tak mau di silahkan sendiri.
"Tak ada pembenaran untuk seorang pengkhianat, apapun alasannya." ujar Brian.
"Aku sayang sama kamu Bri, kenapa kamu malah nikah sama dia, hah!" kata Isabela dengan begitu emosi sampai tangannya sedikit menekan pisau tersebut sehingga membuat leher Kaila sedikit tergores dan mengeluarkan darah.
"Gak waras." cibir Brian, yang seolah biasa saja namun dalam hatinya bertambah khawatir karena melihat darah yang keluar dari leher Kaila. "Apa kamu lupa kalau kamu itu sudah punya Lucas? Mendadak amnesia kamu ... " kata Brian dengan sedikit sindiran.
"Aku hanya butuh Lucas buat ngelakuin apa yang gak bisa aku lakuin sama kamu Bri, tapi aku tetap cintanya sama kamu." sahut Isabela dengan tak tau malu.
Melihat darah segar yang menetes semakin banyak dari leher Kaila membuat hati Brian serasa di remas-remas oleh tangan yang tak kasat mata ... sakit.
Setiap Isabela berteriak, maka tangannya akan semakin menekan pisau tersebut untuk melukai Kaila.
"Aku akan bunuh setiap wanita yang dekat dengan kamu Brian, karena kamu hanya milik aku ... milik ISABELA." kata Isabela dengan penuh percaya dirinya.
Mau memiliki Brian ... heh, dalam mimpi.
Saat Brian berbicara pada Isabela, diam-diam Samuel pergi keluar dan menuju ke balkon kamar samping. Dengan hati-hati Samuel masuk ke kamar tersebut lewat balkon. Dengan gerakan sepelan mungkin agar tak menimbulkan suara yang membuat Isabela curiga. Untung saja tak di kunci jadi lebih memudahkannya untuk masuk.
Bugh
Samuel langsung memukul tengkuk Isabela sehingga membuat wanita itu oleng dan tak sadarkan diri.
Brian pun langsung berlari dan membuka semua ikatan pada tubuh Kaila.
"Ini pasti sakit." ujar Brian ketika Kaila meringis saat Brian menyentuh pipinya.
Pipi Kaila terlihat membengkak dan sudut bibirnya juga berdarah. Brian semakin bersalah akan hal ini.
Harusnya mereka ada di kamar pengantin untuk memandu kasih dan melakukan malam pertama, lah ini malah Kaila di culik dan terluka.
"Maaf." lirih Brian yang di balas sebuah senyuman dari bibir Kaila.
Namun sedetik kemudian Kaila langsung tak sadarkan diri di pelukan Brian yang membuat pria itu bertambah panik.
"Kita pulang." ajak Brian dengan tubuh Kaila di gendongannya. "Sam, tampar Isabela beberapa kali, jambak juga rambutnya, gores dengan pisau lehernya, apa yang dia lakukan pada Kaila ... dia pun juga harus dapatkan bahkan lebih." perintahnya. "Setelah itu lempar ke pihak berwajib." imbuhnya lagi yang di angguki oleh Samuel, yang tentu saja dengan senang hati akan memerintahkan salah satu anak buah mereka yang perempuan untuk melakukan semua itu.
Bukan tak mau melakukannya sendiri karena masih ada rasa cinta, tapi rasanya Brian begitu j***k untuk sekedar bersentuhan dengan wanita itu.
❤️
Mobil berhenti tepat di depan lobi rumah sakit. Nathan lansung meminta para perawat untuk membawakan brankar buat Kaila.
Kaila pun langsung mendapatkan perawatan, bagaimana pun ini adalah rumah sakit keluarga Davis dan memang saat ini di pegang dan di kelola oleh orangtua Nathan.
"Bagaimana keadaan Kaila, Bri?" tanya tante Wanda yang baru datang dengan yang lainnya.
"Masih di lakukan pemeriksaan secara menyeluruh tan." jawab Brian dengan tatapan mata yang seolah tak pernah lepas dari pintu ruang pemeriksaan.
Tante Wanda tak datang sendiri, melainkan bersama tante Paula juga para suami mereka.
Sedangkan untuk para orangtua ... mereka memang sengaja tak di beri tahu secara detail, supaya mereka bisa istirahat setelah satu hari yang penuh dengan acara yang cukup melelahkan.