Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
...~Happy Reading~...
"Astaghfirullah al-adzim!" Helaan nafas yang cukup berat terdengar dari seorang laki-laki paruh baya yang tengah terduduk di sudut sofa sambil memijit pelipisnya.
Baru saja mobilnya tiba di halaman Pondok, dirinya sudah langsung mendapatkan laporan yang sedikit kurang mengenakkan tentang putri nya.
Dan kini, sambil menunggu kiyai yang memimpin Pondok tersebut, ia terus menatap kecewa pada dua sosok anak muda di depan nya.
"Abi, ini itu murni kecelakaan. Sungguh, kami tidak melakukan apapun!" Laki laki paruh baya itu hanya menatap datar pada putri nya.
"Hilal, apa yang ingin kamu jelaskan padaku!" tanya abi Mike mengabaikan penjelasan putri nya yang mana kini ia langsung menatap ke arah pemuda yang sudah berstatus duda beranak satu di depan nya.
"Kami—"
"Assalamu'alaikum... " Dan pada akhirnya orang yang di tunggu sudah tiba.
Abi Mike, umma Chila serta dia orang santri yang menjadi saksi biksu tragedi antara Hilal dan Khalifa segera bangkit dan menjabat salam pada kiyai Abdul yang baru saja tiba.
"Walaikumsalam, warahmatullahi wabarakatuh," jawab abi Mike lalu kembali duduk di tempat nya.
"Sebenarnya ada apa? Mengapa bisa seperti itu?" tanya kiyai Abdul dengan selembut mungkin.
Memang pada dasarnya kiyai Abdul adalah sosok orang yang sangat lembut. Meskipun usianya belum terlalu sepuh tapi sejak masih kecil ia sudah di didik menjadi orang lembut dan juga penyabar serta penyayang dan hal itulah yang ia turunkan pada anak-anak nya.
Maka tak heran jika Hilal memiliki kesabaran yang cukup luas seperti samudera karena memang orang tuanya juga sangat lembut dan penyabar.
"Kalian berdua, tolong jelaskan dengan apa yang kalian lihat!" perintah abi Mike dengan raut wajah datar nya menatap sekilas pada dua orang santri yang sejak tadi menunduk takut.
Seperti yang di ketahui, sebaik dan seramah apapun sosok abi Mike. Meskipun ia terkenal begitu dermawan dan sangat humble, akan tetapi jika laki laki itu sudah tersenggol atau amarah nya di pancing.
Maka jangan terkejut karena ia akan mengeluarkan sosok iblis yang ada di dalam tubuh nya. Ia tidak sungkan untuk memperlihatkan aura mematikan dalam dirinya. Selain itu, ia tidak akan mudah memaafkan seseorang seperti kiyai Abdul.
"Hilal?" Kiyai Abdul langsung menatap putra bungsu nya saat ia sudah mendengarkan penjelasan dari kedua santri nya, "Benarkah kamu dan Khalifa—"
Sementara itu, Hilal yang sejak tadi terdiam kini akhirnya membuka suara, "Maaf Abah, ini tidak seperti yang Abah fikirkan. Ini hanya kecelakaan, tadi Hilal hendak memanggil mba untuk membantu Khalifa. Tapi justru Hilal yang terjatuh—"
"Dan menindih Khalifa," imbuh Hilal menghela napas nya cukup berat sambil melirik ke arah gadis yang sejak tadi diam menunduk di samping sang ayah.
"Menindih yang bagaimana?" tanya kiyai Abdul kini mengerutkan dahi nya.
"Hampir mencium Kiyai. Maaf, tadi kami melihat sendiri bahwa Gus Hilal dan—" Rasanya santri itu sangat ingin merutuki dirinya sendiri saat ia tidak bisa mengontrol bicara nya.
Ia sudah ketakutan saat mendapatkan tatapan tajam dari abi Mike. Tapi ia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak mendeskripsikan apa yang tadi ia lihat.
Dan memang benar, posisi Hilal dengan Khalifa beberapa saat yang lalu cukup lah intim. Terlebih, bisa di katakan wajah keduanya sangat dekat dengan Hilal yang ada di atas dan Khalifa yang tertidur di lantai seolah akan terjadi sesuatu.
"Astaghfirullah... " Abi Mike mengusap wajah nya cukup kasar.
"Hilal, benarkah seperti itu?" tanya kiyai Abdul sekali lagi.
"Tapi itu kecelakaan Abah!" tutur Hilal sedikit memejamkan mata sejenak.
"Tapi benar begitu?" Hilal menganggukkan kepala nya pelan, meskipun benar adanya seperti itu. Tapi rasanya cukup sulit untuk mengakui.
"Ayah tium tium ante Lifa, udah gak mau tium Aca. Ayah gak sayang sama Aca ya? Kok tium na ke ante Lifa?" Celetuk Nasha dengan tiba tiba saat baru mendudukkan dirinya di sofa tepat di samping Khalifa hingga membuat mata gadis itu langsung membola.
"Aca... "
"Kapan ayah mencium tante Khalifa Sayang?" tanya umma Shora kini mendekati Nasha.
"Tadi!" jawab nya dengan begitu santai hingga membuat beberapa orang di dalam ruangan itu sontak langsung menatap tajam pada Hilal dan juga Khalifa.
...~To be continue... ...
terimakasih untuk tulisan indah mu thor