Kisah Jovanka, seorang mahasiswi cantik yang bekerja sebagai seorang pengasuh empat anak laki-laki yang usianya bukan lagi anak-anak.
Empat anak laki-laki korban broken home membuat mereka terbiasa hidup mandiri meski tergolong orang berada. Meski awalnya beberapa dari mereka tidak sepenuhnya menerima kehadiran Jovanka, gadis itu membuat semuanya perlahan berubah.
Kehidupan Jovanka berubah sejak menjadi maid dan hidup serumah bersama empat laki-laki tampan. Perselisihan, pertengkaran, asmara, kisah manis dan kekeluargaan terjalin erat tanpa disadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengagumi Dalam Diam
Mendengar pujian tiba-tiba itu, wajah Jojo bersemu merah karena malu. Ia melamun beberapa saat sambil melihat Keenan yang berjalan menjauhinya.
"Jo, ayo!" tegur Kalingga. Laki-laki itu sudah berjalan cukup jauh, membuat Jojo sedikit berlari untuk menyusulnya.
Hanya menunggu selama sepuluh menit, pesawat mereka akan segera lepas landas. Kalingga duduk bersebelahan dengan Jojo di kelas bisnis. Semua biaya perjalanan hingga biaya tinggal ditanggung oleh Aslan.
Saat pesawat mulai berjalan dan roda beranjak naik, Jojo merasa gugup. Ia tidak sengaja menggenggam tangan Kalingga dan perpegangan kuat.
Kalingga memperhatikan gadis yang sedang berkeringat dingin dan memejamkan mata. Laki-laki itu menggenggam balik tangan Jojo dengan erat, sebelah tangannya mengusap punggung tangan Jojo agar gadis itu tenang.
"Baru pertama kali naik pesawat?" tanya Kalingga. Jojo mengangguk. Gadis itu merasakan dadanya berdebat hebat, bukan karena tangannya yang kini digenggam oleh laki-laki tampan, melainkan karena ia takut ketinggian.
Saat pesawat sudah mulai stabil dan guncangan serta kebisingan semakin berkurang, Jojo mulai terlihat tenang. Ia tiba-tiba melepaskan genggaman tangannya pada Kalingga.
"Maaf, Kak," ucap Jojo. Ia merasa telah lancang melakukan hal itu.
"Tidak masalah. Kau takut?"
"Aku sedikit takut ketinggian."
Kalingga menawarkan permen karet untuk Jojo. Laki-laki itu memberi alasan jika mengunyah permen karet bisa mengurangi kegugupan. Akhirnya Jojo menerima tawaran Kalingga, ia merasa lega karena ada laki-laki itu di sampingnya.
Kalingga duduk di samping jendela, ia kemudian menawarkan Jojo untuk bertukar tempat duduk. Awalnya Jojo menolak, namun Kalingga berbaik hati agar Jojo bisa melihat pemandangan di luar jendela.
"Indah sekali, Kak," ucap Jojo senang. Ia mengusap jendela kaca sambil tersenyum, mengagumi lautan luas yang terbentang di bawahnya.
Entah mengapa, Kalingga merasa sangat senang karena Jojo ikut bersamanya. Selain agar ia merasa tidak kesepian, kehadiran Jojo juga membuatnya merasa nyaman meski ada sedikit rasa tidak tega karena ketiga adiknya harus mengurus diri mereka sendiri selama Jojo pergi.
Perjalanan mereka memakan waktu sangat lama, lebih dari dua puluh jam termasuk transit selama tiga hingga empat jam.
Seorang pramugari datang menawarkan makanan dan minuman, Jojo tidak meminta apapun, namun Kalingga memesan minuman untuk mereka berdua. Jojo sangat senang dan berterima kasih.
"Kau cantik dengan baju itu," puji Kalingga tanpa menoleh. Jojo yang awalnya menatap ke luar jendela, seketika mengalihkan pandangannya, menatap laki-laki yang duduk di sebelahnya.
Gadis itu tersenyum samar. Ia baru saja mendengar Kalingga memujinya, namun sejak awal, Kalingga terlihat tidak terlalu memperhatikannya.
"Terima kasih. Ini pemberian Kak Keenan dan Kylan," jawab Jojo. Ia terus melihat Kalingga, namun laki-laki itu seakan menghindari bertatapan dengan Jojo.
"Ah, iya." Kalingga menjawab singkat. Ia menggaruk rambutnya dan salah tingkah.
Jojo mengulum senyum, selain Kalingga adalah laki-laki yang pendiam dan jarang tersenyum, Jojo juga merasa jika ia adalah sosok yang pemalu saat berhadapan langsung dengan wanita.
"Kak, kenapa kau setuju untuk mengajakku? Kenapa tidak berpikiran untuk mengajak wanita lain, kekasihmu, misalnya?" tanya Jojo. Ia sendiri heran, mengapa Kalingga setuju begitu saja dengan usul adik-adiknya untuk mengajak dirinya.
"Aku terlalu sibuk sampai lupa memikirkan bahwa seharusnya aku punya kekasih," jawab Kalingga.
"Hah? Kau jomblo?" Jojo terkejut. "Syukurlah, ternyata hanya Kylan yang playboy," lanjutnya.
"Apa pacarmu tahu kau pergi bersamaku?" tanya balik Kalingga. Ia melirik Jojo.
"Hmm, bukankah kita sudah pernah membahasnya? Aku sama sepertimu, Kak. Hanya saja kita punya alasan yang berbeda. Jika kau jomblo karena sibuk, aku jomblo karena aku ingin terhindar dari masalah," jelas Jojo.
"Kenapa?"
"Aku tahu banyak dari teman-temanku yang masa depannya hancur karena hubungan yang tidak sehat. Banyak juga dari mereka yang patah hati karena pacar mereka. Jadi, aku memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat, menjalani hubungan sehat, sekali seumur hidup," tegas Jojo.
Kalingga terdiam sesaat. Bagaimana bisa pemikiran Jojo bisa sama dengan apa yang ada di dalam kepalanya?
Sejauh ini, Kalingga menghindar untuk berhubungan dengan wanita manapun karena ia merasa belum siap. Tanggung jawabnya masih cukup besar untuk mengurus ketiga adiknya. Apa lagi Kaivan masih bersekolah, ia takut jika wanita bisa membuatnya lalai menjaga ketiga adiknya.
"Bagaimana kriteria laki-laki idamanmu, Jo?" tanya Kalingga. Ia tertarik dengan pemikiran gadis di sampingnya.
"Tidak ada manusia yang sempurna, Kak. Aku hanya perlu mencintainya dengan sempurna. Bagaimana bisa aku menuntut orang lain menjadi sempurna sedangkan diriku sendiri penuh dengan kekurangan."
Kalingga tertegun, mencerna apa yang baru saja ia dengar. Tidak hanya sifat penyayang dan penuh perhatian yang Jojo miliki. Gadis itu juga penuh dengan kejutan, membuat Kalingga semakin ingin tahu banyak tentang gadis di sampingnya.
Diam-diam, Kalingga juga pernah melakukan penyelidikan tentang latar belakang Jojo. Pendidikan, alamat orang tuanya, hingga perekonomian yang keluarganya alami.
Kalingga mengagumi kegigihan Jojo dalam mencari ilmu. Meski berasal dari desa dengan keluarga sederhana, gadis itu tidak menyerah dengan keadaan. Ia berjuang keras untuk menuntaskan pendidikannya dan bekerja untuk keluarganya.
"Bagaimana dengan orang tuamu? Apa mereka sehat?" tanya Kalingga. Lagi-lagi Jojo menoleh, ia memperhatikan Kalingga. Laki-laki itu biasanya tidak suka banyak bicara dan bertanya, namun kini mereka bisa mengobrol santai layaknya teman.
"Sehat, Kak. Penghasilanku selama bekerja untuk kalian aku gunakan untuk membiayai pengobatan ayahku juga biaya kuliah," jawab Jojo.
"Syukurlah."
Jojo mengulum senyum sambil diam-diam melirik Kalingga. Ia merasa heran, karena baru kali ini Kalingga bertanya banyak.hal tentang dirinya.
Karena perjalanan mereka masih berjam-jam lagi, Kalingga meminta Jojo untuk tidur. Gadis itu sudah bangun dan bekerja dari pagi buta, dan kini mereka harus menempuh perjalanan sangat lama. Kalingga ingin Jojo menikmati momen bepergian ini sebagai liburan. Selama ini, gadis itu tidak pernah mengambil jatah hari libur meski Kalingga memintanya.
Kalingga membantu Jojo memposisikan kursinya agar bisa digunakan untuk berbaring sehingga Jojo bisa tidur dengan nyenyak. Laki-laki itu juga meminta selimut dari seorang pramugari. Jojo menuruti apapun yang Kalingga katakan, ia berbaring dan mulai memejamkan mata.
Dalam diam, Kalingga memperhatikan Jojo. Laki-laki itu merasa heran dengan dirinya sendiri. Ia selalu tertarik dan ingin tahu tentang gadis yang sudah mengurus dirinya dan ketiga adiknya selama beberapa bulan terakhir. Namun untuk banyak mengobrol atau menatap langsung wajah Jojo, Kalingga tidak punya keberanian.
Ia merasa gugup, dadanya berdebar. Bibirnya seakan terkunci saat Jojo berada di dekatnya. Usia Kalingga tidak lagi remaja, ia hampir berumur dua puluh delapan tahun, namun tidak bisa mengartikan perasaannya.
🖤🖤🖤
terimakasih akak... 🙏🙏☺️