Disarankan untuk membaca novel sebelumnya yang berjudul Menikahi jd yg ke 2.
Dila yang di besarkan dari keluarga paling kaya no dua di dunia, selalu di jaga ketat oleh sang Daddy. Membuat Dila menjadi sosok gadis yang culun, dengan tampilan khas kacamata besar, rambut di kepang dua, dan selalu memakai pakaian yang longgar. Selain penampilannya yang culun, Dila juga seorang gadis yang sangat ceroboh.
Dibalik tampilannya yang culun, Dila adalah gadis yang sangat cantik dan pintar. Membuatnya di terima bekerja sebagai sekertaris di perusahaan terkenal di Inggris.
Di perusahaan itulah Dila bertemu dengan atasannya yang tampan dan gagah yang di juluki Mr Perfect yang ternyata sudah memiliki seorang putri yang sama angkuhnya! Bagaimana kehidupan gadis culun dan ceroboh ketika bertemu dengan seorang pria yang perfect? Yuk baca ceritanya😍
Cerita ini seri ke 3 dari Novel sebelumnya yang berjudul Menikahi jd yg ke 2 dan Mr Arrogant. selamat membaca🥰🥰🥰
Ig : mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Mansion keluarga Mateo.
Aiden yang berada didalam mobil bersama dengan Jack, kini sudah sampai di depan gerbang mansion keluarga Mateo.
"Drt ... drt "
Dila yang sedang asik membaca buku, langsung menatap ponselnya yang berbunyi dan melihat nomer Aiden yang tertera di layar ponselnya.
"Aiden." Gumam Dila. Menatap pada layar ponselnya, sambil mengusap matanya untuk memastikan bahwa yang menghubunginya itu benar nomer ponsel Aiden. "Halo ... " Dila mengangkat ponselnya dengan wajah yang bingung, karena ini pertama kalinya Aiden menghubungi ponselnya.
"Aku ada di depan gerbang mansionmu. Jadi cepat bukakan pintu gerbangnya!" Ujar Aiden dengan suara yang datarnya dan langsung menutup ponselnya.
"Di depan gerbang mansionku!" Seru Dila.
"Tut ... tut ... "
"Ha-halo." Namun tidak ada jawaban dari Aiden. Dila menatap ponselnya yang sudah tidak terhubung dengan ponsel Aiden. "Duda gila, belum selesai berbicara sudah menutup ponselnya." Gerutu Dila, sambil berjalan menuju balkon kamarnya dan melihat ada mobil yang berhenti di gerbang mansionnya.
"Mau apa dia kemari?" Gumam Dila dalam hati, yang mulai merasa cemas. Karena Daddynya ada didalam mansion. "Cari mati ini orang." Dila berjalan bolak-balik di balkon kamarnya dengan perasaan cemas.
"Drt ... drt." Aiden menghubungi ponselnya kembali. Dila pun langsung mengangkatnya.
"Kenapa kau belum membuka gerbangnya?" Tanya Aiden dengan suara yang terdengar kesal.
"Kenapa aku harus membukanya? Aku sendiri tidak tahu alasan kau datang kemansionku." Ujar Dila dengan ketus.
"Aku kemari karena aku merindukanmu." Jawab Aiden dengan datar.
Membuat Jack yang duduk disamping tuannya, dan Dila yang diseberang telepon terkaget mendengar ucapan Aiden.
"Kau pasti bercanda! Mana mungkin kau merindukanku!" Dila tertawa dengan sinis.
"Tentu saja aku bercanda. Cepat buka pintu gerbangnya! Karena aku ingin bertemu dengan calon mertuaku." Perintah Aiden, dan langsung menutup ponselnya kembali.
"Untuk apa kau -- " Ucapan Dila langsung terhenti saat mendengar bunyi teleponnya sudah terputus. "Dasar duda gila, duda enggak punya ahlak! main tutup telepon seenaknya aja!" Dila mengumpat dengan sangat keras pada ponselnya.
Dila yang tidak mau ditelepon kembali oleh Aiden, langsung menyuruh penjaga mansionnya untuk membuka pintu gerbang. Dengan cepat Dila keluar dari kamarnya untuk menemui Momnya. Dila tidak ingin kalau Dadnya sampai bersikap kasar pada Aiden. Bukan karena Dila khawatir pada Aiden, tapi karena Dila tidak ingin Dadnya sampai harus berurusan dengan pihak yang berwajib hanya karena memukul Aiden.
Dengan berlari Dila masuk kedalam kamar Momnya, tapi tidak ada. Dila langsung berlari kehalaman belakang dan melihat Momnya yang sedang duduk bersandar di gazibu dengan menggunakan kacamata hitam.
Dengan nafas yang terengah-engah Dila mendekati Momnya. "Mom, bantu aku! Aiden datang kemari ingin menemui Daddy. Aku takut kalau mereka akan saling adu jotos." Ujar Dila panjang lebar, dengan wajah yang cemas dan gugup. Namun Momnya hanya diam saja tidak ada reaksi terkejut sama sekali. "Mom." Seru Dila, tapi Momnya masih tetap diam.
Dengan perlahan Dila mendekatkan dirinya kearah wajah Momnya, dan membuka kacamata hitam yang dikenakan Momnya. "Pantas saja Mom diam dan tidak bereaksi" Gumam Dila. Menatap pada Momnya yang tertidur pulas. "Mom bangun ... !" Dila menepuk pelan pada bahu Momnya.
"Eghh ... " Momnya hanya bergerak sebentar dan tertidur kembali.
"Mommy bangunlah!" Teriak Dila semakin, mengguncang bahu Momnya lebih keras.
"Jangan ganggu Mom ... ! Mom sangat ngantuk." Ujar Keyla masih dengan mata yang tertutup.
Dengan gemas Dila semakin menepuk bahu Momnya dengan kencang. "Mom, wake up." Pinta Dila dengan gemas. Karena Momnya kini tidak bereaksi sama sekali. Dila memutar otaknya dan menemukan sebuah ide.
"Mom, tadi aku lihat pengumuman di Harrod’s. Departement store. Tas Hermes Birkin Himalaya diskon tiga puluh persen." Bisik Dila dengan menahan tawanya.
"Benarkah?" Ujar Keyla yang langsung terbangun dari tidurnya.
"Iya Mom, tapi berita itu sudah lewat tiga hari yang lalu." Ucap Dila sambil tertawa.
"Kau mengerjai Mommy!" Seru Keyla dengan wajah yang kesal.
"Sorry Mom, habis Mom itu dibangunkan susah sekali." Gerutu Dila.
"Memangnya ada apa sampai Kau membangunkan Mom?" Tanya Keyla yang hendak tiduran lagi.
"Mom, ada Aiden disini." Jawab Dila.
"Aiden? Siapa itu Aiden?" Tanya Keyla dengan mengerutkan keningnya.
"Mommy kau masa lupa? Aiden itu calon su -- " Dila langsung terdiam karena merasa geli untuk mengatakan kalau Aiden adalah calon suaminya.
"Calon su apa?" Tanya Keyla.
"Calon suamiku." Lirih Dila.
"What? Kau sudah punya calon suami?" Tanya Keyla yang langsung berdiri dari duduknya.
"Mom, kenapa kau jadi pikun?" Tanya Dila, memegang kening Momnya. Dila Khawatir Momnya itu sedang sakit.
"Mom tidak pikun sayang, hanya saja tadi Mom masih mengantuk. Jadi tidak terlalu fokus mendengar perkataanmu!" Ucap Keyla, sambil mengusap kedua matanya untuk menghilangkan rasa kantuknya.
"Cepatlah Mom ... ! Aku takut Dad berbuat kasar pada Aiden." Dila menggeret tangan Mommynya.
Dila dan Momnya berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Namun langkah mereka terhenti saat melihat Aiden dan Dimitri sedang berdiri berhadapan didepan pintu masuk masion.
"Dad!" Seru Dila, membuat Dimitri dan Aiden menatap pada Dila.
"Sayang, apa kau yang mengundangnya kemari?" Tanya Dimitri dengan suara penuh penekanan dan mata yang menatap tajam pada Dila.
"A-aku."
"Aku datang kemari atas inisiatifku sendiri." Ucap Aiden.
"Berani sekali kau datang kemari?" Dimitri berkata dengan nada suara yang tinggi pada Aiden.
"Tentu saja aku berani, karena kedatanganku kemari bertujuan untuk melamar Dila." Jawab Aiden dengan wajah yang serius, menatap pada Dila yang terlihat terkejut dengan mulut yang terbuka lebar.
"Melamar!" Seru Dila dan Dimitri secara bersamaan.
"Jack!" Panggil Aiden.
Jack yang dipanggil langsung masuk dengan membawa sebuket bunga mawar putih yang besar dan sebuah kotak kecil lalu menyerahkannya pada Tuan Aiden.
Setelah memegang bunga dan kotak yang tadi diberikan Jack, Aiden pun hendak berjalan mendekati Dila. Namun langkahnya terhenti karena Dimitri memegang tangannya dengan sangat kuat.
"Tidak ada yang mengijinkanmu untuk masuk dan mendekati putriku!" Dimitri menatap tajam pada Aiden dengan tangan yang masih menggenggam lengan Aiden dengan kuat. Membuat mereka berdua saling menatap dengan aura yang mencengkam.
Dila yang tahu suasananya yang sudah memanas, langsung menatap Momnya yang sedari tadi hanya terdiam.
"Mom," Lirih Dila, namun Momnya hanya diam dengan tatapan tersenyum pada Aiden. "Mom," Teriak Dila tepat ditelinga Momnya. Hingga membuat Keyla tersadar dari lamunannya.
"Mom, kau itu kenapa?" Lirih Dila.
"Mom hanya terpukau dengan ketampanan calon suamimu sayang. Ternyata kau sangat pintar memilih pria." Keyla mencubit pipi Dila dengan gemas.
"Mom, ini bukan waktunya bercanda. Lihatlah ... !" Dila menujuk pada Dad dan Aiden yang saling bersitegang.
"Oh my god, Mom lupa sayang." Keyla langsung berjalan kearah suaminya. Dan langsung menghempaskan tangan Dimitri dari tangan Aiden. "Selamat datang nak Aiden." Ujar Keyla dengan tersenyum ramah.
"Sayang ... " Pekik Dimitri menatap tajam pada Keyla.
"Sayang, kalau kau berani mengusir Aiden dari mansion ini. Aku akan pergi darimu dan tidak akan pernah mau bersamamu lagi." Ancam Keyla dengan tatapan yang sama tajamnya kearah suaminya.
Dimitri langsung terdiam dengan menghela nafasnya dengan sangat berat. Menatap pada Keyla yang masih menatap dirinya dengan sangat tajam. Dimitri tahu betul dengan sikap istrinya, kalau Keyla sudah bersikap tegas dengan mengeluarkan ancaman. Itu artinya Keyla memang sedang sangat marah, dan jika dirinya tetap melanjutkan apa yang dilakukannya. Besar kemungkinan dirinya akan ditinggalkan oleh wanita yang sangat dicintainya itu.