Sebuah cerita horor yang mengikuti petualangan tiga orang sahabat sejati Maxim, Alexa Dan Leo yang tinggal diDESA BATU CHADAS yang terletak diHOLLAND TENGAH. Pada malam Halloween tiba mereka memutuskan untuk menyelidiki sebuah Rumah Tua yang terkenal angker dan dihuni oleh penyihir yang bernama Hiltja.
Ketiga nya terdorong rasa ingin tahu untuk menemukan bukti yang katanya dirumah tua itu terdapat sebuah kutukan yang berhubungan dengan dunia kegelapan.
Setelah mereka berhasil mengungkapkan misteri rumah tua itu. Mereka menyadari bahwa rumah tua bukan hanya berhantu saja.
Melainkan bisa menghubungkan dunia lain, yaitu dunia manusia dan roh. yang memprediksi tentang kebangkitan roh roh jahat yang bisa membuat manusia diambang kehancuran antara hidup dan mati.
Bagaimana kah kelanjutan kisah ini. Mampukah mereka melindungi manusia dari kehancuran???
Yukk kita baca sama sama dijamin seru...
Pesan moral yang bisa ambil. Dengan ketulusan dalam persahabatan bisa mengalahkan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35. MUSNAHNYA BATU VELKA
Ini adalah pilihan sulit, Alexa terdiam. Batu Velka yang ia pegang adalah kunci untuk menyelamatkan desa dari kehancuran, tetapi juga satu-satunya harapan melawan ancaman Nachtor di masa depan. Jika digunakan sekarang, kekuatan batu itu akan habis.
Leo, yang berdiri di sisinya, menyentuh lengannya dengan lembut. “Alexa, mereka butuh kita. Kalau kita tidak menyelamatkan desa ini sekarang, semua pengorbanan akan sia-sia.”ucap Leo
Alexa memejamkan mata sejenak, merasakan berat keputusan itu. Namun akhirnya, ia mengangguk. “Baik. Kita akan melakukannya. Apapun risikonya, kita harus bertindak sekarang.”tegasnya
Mereka berdua pun berlari dengan cepat menuju altar tersebut. Dengan melawan beberapa makhluk yang berusaha menghadang perjalanan mereka.
Walau setiap langkah mereka terasa berat sekalipun. Mereka harus berjuang untuk bisa sampai kealtar yang berada ditengah desa itu. Dengan penuh perjuangan akhirnya mereka pun sampai.
Alexa berdiri ditengah lingkaran batu yang retak dan mengangkat batu Velka tinggi tingi dengan menghafal mantra yang ada tertulis dari kita seorang wanita tadi. dengan penuh harap.
Cahaya keemasan yang terang meledak dari Batu Velka, menyelimuti seluruh desa. Kabut hitam dan makhluk-makhluk kegelapan perlahan lenyap, bersamaan dengan jeritan terakhir mereka. Desa kembali sunyi.
Ketika cahayanya meredup, Alexa jatuh berlutut, kelelahan. Batu Velka di tangannya kini hanya memancarkan cahaya redup, nyaris seperti lilin yang akan padam.
Wanita tua itu muncul, membantu Alexa berdiri. “Kau telah melakukan hal yang benar,” katanya lembut. “Tapi perjalananmu belum selesai. Ingat, kekuatan sejati bukan berasal dari batu ini, tetapi dari hati yang tak pernah menyerah.”
Penduduk desa mulai keluar dari persembunyian, mengucapkan terima kasih dengan penuh harap. Namun Alexa tahu ini bukan akhir. Dia menoleh pada Leo, yang meskipun lelah, tersenyum menyemangatinya.
“Ayo, Leo,” kata Alexa, suaranya penuh tekad. “Perjalanan kita masih panjang.”
Leo mengangguk. “Dan kita akan menyelesaikannya bersama.”
Malam itu, Alexa, Maxim, dan Leo duduk di luar sebuah rumah tua di pinggir desa. Di atas meja, Batu Velka tergeletak, tampak biasa saja, tetapi mereka tahu benda itu memikul takdir dunia.
“Jadi, bagaimana menurut kalian?” Alexa akhirnya memecah keheningan. Suaranya terdengar berat, dipenuhi keraguan.
Maxim menatap Batu Velka dengan serius. “Kita tahu apa yang harus dilakukan. Batu ini terlalu berbahaya. Harus dihancurkan sebelum Nachtor kembali.”
Leo tampak ragu. “Tapi kalau kita hancurkan, kita kehilangan satu-satunya perlindungan. Dunia akan rentan. Apa kita siap menghadapi itu?”
Alexa menghela napas. “Aku juga tidak yakin. Tapi walaupun pun begitu kita harus bertindak sekarang. Kalau tidak dunia berada dalam bahaya besar. "ucapnya.
Maxim menatap Alexa dengan tegas. “Dunia ini lebih kuat dari yang kita kira. Kalau kita harus mengorbankan Batu Velka demi melindungi semua orang, itu harga yang harus kita bayar.”
Keputusan mereka semakin jelas. Meski berat, mereka tahu penghancuran Batu Velka adalah pilihan yang tepat.
Esok paginya, mereka mendaki puncak gunung terpencil, tempat Batu Velka pertama kali ditemukan. Sesampainya di altar kuno di puncak, Alexa memandang Batu Velka untuk terakhir kalinya. Ia tahu ini adalah saat yang menentukan.
Namun tiba-tiba, suara yang mereka kenal menggema dari kegelapan. “Kalian pikir ini akan berakhir semudah itu?” Nachtor muncul, lebih besar dan lebih kuat.
Bayangan hitam meliputinya, dan suara tawanya mengguncang udara. “Hancurkan Batu Velka, dan kalian akan membuka jalan bagiku untuk menghancurkan segalanya!”
Alexa menatap Nachtor dengan kebencian. “Kami tidak takut padamu. Dunia ini akan selamat tanpa Batu Velka.”ucapnya.
Maxim menghunus pedangnya, berdiri di hadapan makhluk itu. “Kami akan melawanmu, sampai akhir.”
Alexa mengangkat Batu Velka ke atas altar dan memusatkan seluruh kekuatannya. Cahaya dalam batu Velka itu tiba-tiba muncul mengeluarkan cahaya yang lebih terang dari sebelumnya.
Nachtor mengerahkan semua kekuatan mereka untuk melawan tapi usaha mereka sia sia. Cahaya batu Velka lebih kuat.
Dalam ledakan besar, Batu Velka pecah menjadi ribuan serpihan, memancarkan cahaya yang melenyapkan Nachtor dan kegelapan yang menyertainya.
Duaaarrr...
Duaaarrr...
Duaaarrr... (ledakan dasyat)
Seketika batu Velka meledak menjadi serpihan serpihan. Dan mereka pun telah berhasil. Dengan perasaan gembira mereka bertiga pun tersenyum. Walau mereka tahu ini bukan akhirnya perjuangan mereka.
Malam itu, dibawah langit yang penuh bintang. tampak lebih cerah dari biasanya. Alexa, Leo dan Maxim dududuk dipuncak gunung. Dengan udara yang sangat dingin hingga menusuk kulit.
Dingin menembus sampai merayap kedalam pakaian mereka, tapi dengan kemenangan itu bisa mengusir rasa dingin yang ada saat ini. Dunia telah selamat untuk kesekian kalinya walaupun sementara.
Maxim memandang jauh ke horizon yang mulai memerah, tanda fajar tak lama lagi akan menyingsing. Suaranya rendah, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri. “Apa yang kita lakukan tadi... itu baru langkah awal. Dunia ini masih jauh dari aman.”
Alexa mengangguk perlahan. Tubuhnya terasa lelah, tetapi untuk pertama kalinya, ada rasa yakin yang menyusup di hatinya.
“Aku tahu,” ucapnya pelan. “Walaupun aku masih sedikit ragu, kita bisa melewati ini. Dunia ini lebih kuat dari perkiraan kita. Mungkin sudah waktu nya kita memberi harapan bukan sekedar perlindungan. "ucapnya.
Leo, yang duduk bersandar pada sebuah batu besar tak jauh dari mereka, terkekeh kecil. Suaranya serak, mencerminkan kelelahan yang tak bisa ia sembunyikan.
“Kalian selalu bicara soal harapan dan kekuatan,” katanya. “Tapi kita semua tahu, perjalanan ini tidak akan mudah. Kegelapan itu tidak pernah benar-benar hilang. Nachtor memang sudah hancur, tapi aku yakin ada sesuatu yang lebih besar menunggu kita.”ucapnya.
Keheningan menyelimuti mereka. Pikiran masing-masing melayang kearah batu Velka yang merupakan sumber kekuatan dan sekaligus ancaman besar untuk mereka.
Sungguh keputusan yang sangat sulit dan penuh resiko. tapi mereka tahu tanpa batu Velka mereka masih punya kekuatan yaitu dengan mereka selalu bersama pasti kekuatan akan datang asalkan tetap bersama dalam menghadapi apa pun pasti bisa terkalahkan.
Di ufuk timur, matahari perlahan muncul, mengusir sisa-sisa kegelapan malam. Alexa menatap sinar pertama fajar itu dengan hati yang penuh harap. Bagi dirinya, cahaya itu seperti tanda awal baru, sebuah kesempatan bagi dunia untuk bangkit. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memandang kedua sahabatnya dengan tekad yang semakin menguat.
“Kita nggak bisa berhenti di sini,” katanya dengan suara tegas. “Masih banyak yang harus kita lakukan. Dunia ini butuh lebih banyak orang seperti kita. Kita harus memastikan kegelapan seperti ini nggak akan kembali.”
Maxim menoleh, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis. “Kalau gitu, kita nggak punya waktu untuk diam. Masih banyak yang harus kita selesaikan.”
Leo berdiri, menepuk bahu keduanya.
"Aku disini ada buat kalian. Kita sudah sejauh ini jadi harus tetap semangat. Kita akan selalu bersama sama untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya nya. "ucapnya.
Alexa dan Maxim tersenyum lebar dan mengangguk.
Mereka bertiga menatap kearah desa yang terhampar luas dikaki gunung. Mereka lihat desa yang begitu asri.
Dari ketinggian mereka bisa melihat penduduk mulai membangun sedikit dari sisa sisa kehancuran yang membuat perasaan mereka sedikit lega kerena perjuangan mereka tidak lah sia sia.
Dengan langkah berat dengan penuh yakin. Mereka bertiga pergi meninggalkan puncak gunung itu. Tubuh mereka terasa lelah. Mereka tahu dunia ini di penuhi kegelapan. Tapi mereka percaya mereka akan tetap bersatu menjadi pelindung umay manusia.
Perjalanan baru telah dimulai. Kali ini, mereka membawa lebih dari sekadar kemenangan: mereka membawa harapan. Harapan untuk dunia, dan harapan untuk diri mereka sendiri.
(Apakah perjuangan mereka telah berakhir???)
BERSAMBUNG