Baru sebulan terikat oleh tali kasih pertunangan dengan pria yang selalu Ayasha panggil Om Rafael, pupus seketika di saat tunangannya berbagi peluh dengan wanita lain. Hancur berkeping-keping hati Ayasha, kecewa dengan pria yang masih saudaranya, ternyata Om Rafael sudah menjalin hubungan spesial dengan sekretarisnya, Delia.
"Aku cinta dan benci dirimu, Om Rafael. I will FORGETTING YOU forever!" teriak Ayasha menahan gejolak emosinya.
"Begitu susahnya aku untuk meminta maaf padamu, Ayasha!" gumam Rafael menatap kepergian Ayasha.
Melupakan segalanya termasuk melupakan Om Rafael menjadi pilihan akhir Ayasha yang baru saja lulus SMU, disaat hatinya hancur gadis itu memilih pindah ke luar kota, dan menyelesaikan pendidikannya ke jenjang S1.
5 tahun Ayasha melupakan mantan tunangannya. Mungkinkah Allah mempertemukan mereka kembali? Jika di pertemukan kembali apa yang di rasakan oleh Om Rafael? Masihkah ada rasa di hati Ayasha untuk Om Rafael atau sudah ada pengganti Om Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Feeling seorang Ibu
Jakarta
Mansion Utama
Kediaman mansion utama terlihat ramai dengan ibu-ibu yang mengenakan pakaian tertutup dari ujung kaki sampai kepala, rupanya malam yang cerah ini sedang berlangsung pengajian ibu-ibu yang biasanya diselenggarakan sebulan sekali di mansion utama.
Kali ini mama Rara mengundang salah satu ustadz yang terkenal untuk memberikan ceramah di pengajian tersebut, dan terlihat ibu-ibu antusias untuk mendengarkan atau bertanya. Tema yang di bahas malam ini mengusung tentang jahatnya sihir dan ilmu hitam, mama Rara tampak menyimak ceramah dari awal sampai akhir.
Satu jam setengah pengajian berlangsung, setelahnya para ibu-ibu satu persatu meninggalkan mansion utama setelah menyantap hidangan yang disajikan dan tak lupa tas besek sebagai buah tangan disaat mereka pulang, sudah tradisi di lingkungan tempat tinggal sekitar.
Dan sekarang tinggallah pak ustadz bersama pendampingnya yang masih bercengkerama dengan tuan rumah yaitu papa Steven dan mama Rara.
Pria yang memiliki wajah cerah dan bersinar terlihat mengulum senyum tipisnya ketika melihat kesedihan di wajah mama Rara. “Ibu harus banyak berdoa untuk anaknya, agar semua yang menjadi kecurigaan Ibu akan terlepas dari anak Ibu, Rafael,” kata Pak Ustadz, tuturnya sangat tenang.
Mama Rara sering konsultasi dengan Pak Ustadz karena majelisnya membuka konseling keluarga dan pengobatan non medis, selama konsultasi mengenai Rafael, Pak Ustadz bisa merasakan memang ada orang yang mengikat pria itu secara tak kasat mata. Doa seorang ibu sangatlah manjur untuk anak-anaknya, makanya dari itu Pak Ustadz selalu mengingatkan mama Rara sering-sering mendoakan anaknya agar dijauhkan dari segala marabahaya baik yang dari alam, di buat oleh manusia atau makhluk lainnya.
“Kalau bisa Ibu dan Bapak perbaiki kembali komunikasi dengan Rafael, itu lebih baik ... dan bisa mempermudah mengobatinya agar lepas dari bala tersebut. Saya sudah siapkan air yang sudah didoakan untuk di minum untuk Rafael, paling tidak sebagai titik awal membersihkan apa yang menempel di tubuh anak Ibu Bapak, dan membuka mata Rafael yang selama ini tertutupi,” tutur Pak Ustadz.
Mama Rara dan papa Stevan sesaat saling bersitatap, tampak keraguan dibenak kedua orang tua Rafael, apalagi mereka berdua sudah memutuskan komunikasi dengan Rafael, walau secara diam diam tetap mengawasi tindak tanduk Rafael. Tetap yang namanya orang tua dan anak, tidak ada istilah bekas orang tua atau bekas anak.
Mereka memang benci atas sikap Rafael yang lebih memilih Delia wanita yang tidak mereka restui, ketimbang Ayasha yang sudah dijodohkan dari gadis itu masih kecil. Namun akhirnya mereka menyadari jika pasangan hidup buat anak-anak mereka tidak bisa dipaksakan, apalagi rumah tangga itu yang menjalankan adalah anaknya sendiri bukan orang tuanya. Tapi tetap feeling orang tua ada baiknya di dengarkan.
Kegundahan hati seorang Ibu yang selalu terpatri selama 5 tahun ini, perlahan-lahan terbuka setelah melalui jalan yang ditunjuk dalam agama yang dianutnya. Jika hati gundah maka berserah dirilah pada Sang Maha Pencipta, maka akan ditunjukkan jalan untuk menyelesaikannya.
Kadang pasti berpikir di benak hati sendiri sama halnya dengan mama Rara, selama 5 tahun ini kemana saja? Kenapa baru tahu selama ini? Kenapa tidak tahu dari dulu? Kembali lagi semua sudah menjadi takdir dari Sang Pencipta, terkadang kenapa harus menunggu lama baru dapat jawabannya? Allah suka melihat hambanya selalu mengangkat kedua tangannya dan memohon dengan tulusnya.
“Kerasnya hati seseorang anak bisa dilembutkan, doa seorang Ibu insya Allah akan diijabah oleh Allah. Saya yakin insya Allah Rafael akan segera menyadari hal yang tak diketahuinya selama ini. Dan mintalah dia memohon ampun atas segala yang telah pernah dia lakukan.”
“Aamiin Ya Allah, semoga putra sulung saya segera menyadarinya dan segera bertobat,” ucap Mama Rara lirih, kedua netranya mulai berkaca-kaca. Sesungguhnya Mama Rara sangat merindukan Rafael.
...----------------...
Yogyakarta
Restoran Kopi Tempuan
Ayasha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, kemudian mengatur detak jantungnya yang begitu cepat agar ritmenya kembali normal, semuanya gara gara kejadian di kamar mandi.
Sekembali Ayasha menuju mejanya, tak sengaja gadis itu melihat Delia yang sedang menyantap makan malamnya tanpa menunggu Rafael.
“Ck ... ternyata Om Rafael ke sini dengan istrinya, dasar pria gak punya otak sudah punya istri malah mengurungku di dalam kamar mandi!” gumam Ayasha, kesal. Kemudian kembali bergegas ke meja makannya.
“Maaf ya Kak Darial, lama menunggu soalnya agak sakit perutnya,” kata Ayasha sembari menjatuhkan dirinya ke kursi. Sebenarnya gadis itu ingin mengajak Darial untuk meninggalkan restoran karena keberadaan Rafael, namun melihat wajah Darial ada rasa segan, sepertinya akan merusak suasana makan malam mereka jika dia meminta untuk meninggalkan restoran tersebut.
“Tidak pa-pa, saya menikmati menunggumu kok. Sekarang perutmu masih sakit kah? Perlu beli obat kah?” tanya Darial penuh perhatian.
“Tidak perlu kok Kak, hanya mules dan melilit saja, nanti juga hilang sendiri,” balas Ayasha.
“Syukurlah kalau begitu, habiskan makananmu dulu,” pinta Darial, melihat piring Ayasha masih ada setengah.
Sebenarnya nafsu makan Ayasha sudah hilang, namun tidak enak hati dengan Darial jika tidak dihabiskan. Mau tidak mau sisa makanan yang ada di piringnya di habiskan sampai tak tersisa.
“Ayasha.”
“Mmm...”
Sejenak Darial menundukkan kepalanya sejenak sebelum melanjutkan pembicaraannya, lalu pria blasteran itu menegakkan kepalanya kembali, kemudian menatap hangat wajah gadis yang ada di hadapannya.
“Kamu percaya tidak dengan cinta pandangan pertama?”
“Mmm ... antara percaya dan tidak percaya sih Kak, memangnya kenapa?”
“Sepertinya saya mengalami cinta pada pandangan pertama,” jawab Darial, tatapannya begitu dalam dan tak lama tangan pria itu menyentuh tangan Ayasha yang ada di atas meja.
Ayasha bergeming ...
“Semenjak awal kita bertemu, jujur saya terpesona denganmu, dan jantungku berdebar-debar. Mungkinkah saya mengalami cinta pada pandangan pertama,” ungkap Darial.
Salah satu tangan Ayasha meremat ujung roknya, menurut gadis itu sungguh terlalu cepat untuk mendengar ungkapan hati seorang pria, apalagi baru beberapa kali bertemu walau secara pandangan pria itu terlihat baik dan sopan.
“Saya tidak mengerti maksud dari Kak Darial, tapi yang jelas hati saya juga berdebar-debar jika ditatap sosok pria tampan, bikin salah tingkah. Dan menurutku itu wajar, bukankah setiap orang pasti mengagumi atau terpesona jika melihat pria tampan atau wanita cantik, betulkan?” Ayasha mencoba mengajak bercanda, tidak terlalu serius dengan ungkapan hati Darial.
Pria itu mengulas senyum hangatnya, rupanya gadis yang di hadapannya sedang tidak memercayai ungkapan hatinya, ya mungkin terlalu cepat. “Ya mungkin saya berdebar-debar karena bertemu wanita yang sangat cantik. Tapi debaran itu sangat jelas berbeda, karena membawa kebahagiaan sendiri di hati saya,” ungkap Darial.
Darial menggenggam erat tangan Ayasha, kemudian mengecup punggung tangan gadis itu, membuat hati gadis itu berdesir, dan tentunya berdebar-debar karena ini pertama kalinya ada pria mengecup punggung tangannya, serta dia juga tak menolak dengan sikap romantisnya Darial. “Izinkan saya lebih mengenalmu, agar saya tak salah dengan perasaanku, debaran ini ... entah karena terpesona denganmu atau memang saya jatuh cinta denganmu,” ucap Darial begitu meyakinkan gadis itu.
Ayasha menatap teduh Darial, namun tak sengaja dari kejauhan gadis itu juga menatap Rafael yang berdiri tak jauh dari mejanya. Tatapan kesakitan sekaligus tatapan penuh emosi tersirat dari sorot mata Rafael. Pria itu mendengar sekilas ungkapan Darial, semakin tertikam hati Rafael.
“Saya sangat menghargai perasaan Kak Darial, cuma saya minta jangan terburu-buru bilang jatuh cinta. Kita baru beberapa kali bertemu, alangkah baiknya kita saling mengenal dulu,” jawab Ayasha begitu lembutnya. Gadis itu juga tidak menampik jika dirinya disukai oleh pria blasteran walau perbedaan usia mereka cukup jauh.
“Sudah tentu, saya sangat memahami maksud mu. Jadi izinkan saya untuk mengenalmu lebih jauh lagi bukannya hanya sekedar teman dekat mungkin lebih dari itu, bolehkan Ayasha?”
Sejenak gadis itu menatap wajah Darial begitu dalamnya. “Tentu boleh, Kak Darial tidak ada yang melarang, kecuali saya sudah punya suami, pasti tidak diperkenankan,” balas Ayasha tersenyum simpul.
Pria itu kembali mengecup punggung tangan Ayasha, dan menatap penuh damba. “Terima Kasih.”
Hati Rafael semakin geram, dan hanya bisa mengepalkan kedua tangannya, sekaligus menahan rasa ngilu di bagian intimnya, atas bawah sakit.
Buatmu mungkin sudah berakhir, tapi buatku belum berakhir Ayasha!
Bersambung ...
Kakak readers jangan lupa tinggalkan jejaknya ya
Lope Lope sekebon 🌹🌹🌹🌹