NovelToon NovelToon
The Constellation : Legenda Zodiak

The Constellation : Legenda Zodiak

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Preman / Penyelamat
Popularitas:291
Nilai: 5
Nama Author: Banu Sahaja

Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Duel di Pelabuhan

Kerumunan di pelabuhan tua semakin memanas. Suara sorakan dan ejekan memenuhi udara malam yang dingin, menciptakan suasana yang terasa semakin tegang. Lampu neon yang berkedip-kedip menambah kesan suram di tengah tumpukan kontainer yang menjulang tinggi. Galang berdiri di tengah arena yang dibentuk oleh anggota Cancer Claws, dikelilingi tatapan penuh penasaran dan hasrat akan kekerasan.

Andra ‘Crab’ Sujana berjalan pelan ke arah Galang, senyum liciknya tidak pernah lepas. Ia melepas jaket kulit hitamnya, memperlihatkan tubuhnya yang kekar dengan tato kepiting merah besar di lengan kanan. Otot-ototnya tegang, dan setiap gerakannya menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang pembalap jalanan, tetapi juga petarung jalanan berpengalaman.

“Balapan itu hanya pemanasan, bocah,” kata Andra sambil memutar bahunya. “Kalau kau pikir menang di lintasan sudah cukup untuk membuat kami menyerah, kau salah besar.”

Galang tetap diam, matanya mengamati setiap gerakan Andra. Ia tahu pria ini berbeda dari lawan sebelumnya. Tidak hanya besar dan kuat, Andra juga memiliki reputasi sebagai petarung yang cerdas. Teknik Jiu-Jitsu-nya terkenal brutal di dunia jalanan, dengan serangan yang berfokus pada penguncian dan memanfaatkan kelemahan lawan.

“Jadi, apa rencanamu sekarang?” tanya Galang akhirnya, suaranya datar.

Andra tertawa kecil, kemudian mengangkat tangan ke arah kerumunan. “Rencanaku sederhana. Aku akan membuatmu menyesal telah datang ke sini.”

Sorakan semakin keras, memberi semangat kepada pemimpin mereka. Namun, Galang tetap berdiri tenang, mempersiapkan dirinya. Ia tahu bahwa ini bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi juga strategi. Dengan kemampuan "Perfect Copy"-nya, ia harus membaca setiap gerakan Andra, mempelajari pola serangannya, dan memodifikasinya untuk melawan.

 

Andra melangkah maju, meluncurkan serangan pertama dengan cepat. Dengan tubuhnya yang besar, ia mencoba menangkap lengan Galang untuk mengunci gerakannya. Tetapi Galang, dengan refleks yang terlatih, bergerak ke samping, menghindari cengkeraman itu.

Andra tersenyum. “Kau cepat. Tapi kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan.”

Tanpa memberi Galang waktu untuk berpikir, Andra meluncurkan serangan berikutnya—kali ini pukulan rendah ke arah perut. Serangan itu keras dan cepat, tetapi Galang kembali berhasil menghindar, melangkah mundur dengan gerakan ringan.

“Berhenti lari, bocah!” seru Andra, marah karena serangannya tidak mengenai sasaran.

Namun, bagi Galang, ini bukan soal lari. Ia memanfaatkan setiap detik untuk mempelajari gaya bertarung Andra. Setiap gerakan, setiap langkah, menjadi bagian dari teka-teki yang harus ia pecahkan. Ia mulai melihat pola—Andra selalu mengincar penguncian di awal, mencoba menghabisi lawannya dengan cepat. Tetapi setelah itu, kekuatannya mulai berkurang.

Ketika Andra mencoba menangkapnya lagi, Galang memanfaatkan momentum itu. Ia melingkarkan lengannya ke tubuh Andra, memanfaatkan teknik Aikido untuk membalikkan tenaga serangan itu. Dengan satu gerakan cepat, ia berhasil menjatuhkan Andra ke tanah.

Kerumunan terdiam. Tidak ada yang menyangka bahwa seseorang seperti Andra bisa dijatuhkan begitu saja.

Andra bangkit dengan cepat, tetapi wajahnya kini menunjukkan kemarahan. “Kau pikir kau pintar, ya?” katanya sambil mengusap debu dari lengannya. “Baiklah, sekarang kita bermain serius.”

 

Andra mengubah strategi. Kali ini, ia tidak langsung menyerang, tetapi bergerak dengan lebih hati-hati, mencoba memancing Galang untuk membuat kesalahan. Ia meluncurkan pukulan-pukulan cepat, tetapi tidak sepenuhnya menyelesaikan serangannya—hanya untuk mengukur reaksi Galang.

Galang tetap tenang, membaca setiap gerakan itu dengan seksama. Ia tahu Andra mencoba mengalihkan perhatian, tetapi ia tidak terjebak dalam permainan itu. Ketika Andra meluncurkan pukulan ke arah wajahnya, Galang bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, memutar tubuhnya dan melancarkan tendangan ke arah perut Andra.

Tendangan itu keras, cukup untuk membuat Andra terhuyung mundur. Tetapi pria besar itu tidak menyerah. Dengan teriakan keras, ia meluncur maju dengan tenaga penuh, mencoba menangkap kaki Galang untuk menjatuhkannya.

Namun, ini adalah kesalahan terbesar Andra. Galang memanfaatkan momentum itu sekali lagi, melompat dengan cepat, menghindari cengkeraman Andra. Dalam satu gerakan yang sangat terlatih, ia meluncurkan tendangan memutar yang mengenai kepala Andra dengan keras.

Andra terjatuh ke tanah, kali ini tidak mampu bangkit secepat sebelumnya. Kerumunan kembali hening, menyaksikan pemimpin mereka yang biasanya tak terkalahkan kini terkapar di hadapan seorang pria yang jauh lebih muda.

 

Galang berdiri di tengah lingkaran, napasnya tetap stabil meskipun tubuhnya mulai terasa lelah. Ia menatap Andra yang terbaring di tanah, memberi waktu bagi pria itu untuk memutuskan langkah selanjutnya.

Butuh beberapa detik sebelum Andra tertawa kecil, suara tawanya rendah tetapi penuh rasa hormat. Ia bangkit perlahan, menepuk debu dari pakaiannya, lalu melangkah ke arah Galang.

“Kau menang,” katanya akhirnya. Suaranya tidak lagi dipenuhi arogansi, tetapi ketulusan yang jarang terlihat dari seseorang seperti dia. “Cancer Claws akan mundur. Kau punya kata-kataku.”

Kerumunan mulai bersorak, tetapi kali ini bukan hanya untuk Andra. Mereka menyadari bahwa Galang bukan hanya pembalap, tetapi juga petarung sejati—seseorang yang berbeda dari siapa pun yang pernah mereka temui.

Andra menepuk pundak Galang sebelum berjalan pergi, meninggalkan lingkaran dengan kepala tegak meskipun ia tahu dirinya telah kalah. Anggota Cancer Claws segera mengikuti pemimpin mereka, meninggalkan Galang sendirian di tengah pelabuhan tua.

Galang menarik napas panjang, lalu melangkah kembali ke motornya. Di dalam dirinya, ia tahu bahwa pertempuran ini hanyalah salah satu dari banyak tantangan yang akan datang. Dunia jalanan Sektor 5 tidak pernah memberikan istirahat bagi siapa pun.

 

1
penadau
keren banget, di tunggu updatenya!
Banu Sahaja: terima kasih 😘💕
total 1 replies
Focarix
Semangat bang cerita nya bagus
Banu Sahaja: terima kasih banyak, tunggu updatean selanjutnya yaa...cerita ini adalah salah satu cara saya untuk pulih
total 1 replies
Sara la pulga
Sumpah keren banget, saya udah nungguin update tiap harinya!
Banu Sahaja: makasih banyak yaa, aku nangis baca komen ini
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!