Alisa seorang gadis tidak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya juga tidak memiliki teman ataupun sahabat. Mencoba mencari kebahagian melalui game "Love Story" sampai akhirnya dia mencapai end yang membahagiakan dalam game itu. Tapi dirinya mendapat tawaran untuk mesuk ke dalam game itu. Dia pun menerimanya karena dia sudah lelah dengan kehidupannya. Tapi ternyata dia justru menjadi antagonis dalam game ! Dirinya melawan 3 malaikat maut apakah dia masih bisa bertahan hidup ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoshua Yora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Lorong itu memang minim pencahayaan jadi Natasha tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Kamu..."
Natasha tertegun karena pria itu adalah Nathan. Dia yang awalnya sudah bersiap untuk bertarung dengan wajah dingin. Seketika berubah drastis menjadi seperti kelinci kecil yang terpojok.
"Ikut dengan ku dulu... " Ucap Nathan menarik tangan Natasha.
Natasha tidak memberontak karna tempat seperti lorong tadi tidak akan bisa dipastikan pelayan berseliweran. Natasha menatap tangan kecilnya yang digandeng oleh Nathan.
'Hangatnya... Bentar NOOO kendalikan dirimu Natasha !! Dia musuh ! Musuhh'
Tiba-tiba Natasha dan Nathan sampai di ruang kerja Nathan. Nathan menatap Natasha secara detail dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Apa yang kau lakukan tadi ?" Tanya Nathan dengan dingin.
"Ehhh apa maksud..." Ucapan Natasha terpotong
"Jangan berbohong, meski kau memanipulasi energi sihir bahkan mengubah wajah dan warna rambutmu. Aku hafal setiap gerakan kecil dalam gaya berpedangmu, bahkan caramu menatap musuhmu" ucap Nathan to de point.
'Lah jangkrik ! Kok elu bisa sepaham itu sih padahal elu selalu njauhin gue ! Apa Jan jangan nih cwo sama kek bapaknya ?!'
Natasha sudah tidak punya kesempatan untuk berbohong, dia pun mengatakan sejujurnya.
"Aku memang pergi keluar, untuk jalan-jalan karena aku bosan berada di kediaman terus." Ucap Natasha.
Nathan menatap Natasha seolah tak percaya karena itu anak pemalu bertemu dengan orang-orang lain bahkan dia tidak pernah keluar gerbang kecuali dalam hal penting.
"Kamu berubah yah.." ucap Nathan mengalihkan pandangannya.
"Apa maksudmu ?"
"Seperti dari caramu menatap ku, seolah-olah kau memiliki dendam yang membara padaku."
'Hehhh gue emang ngejauhin elu buat menjaga kewarasan gue, lagipula ujung-ujungnya nanti elu bakal ikut ngebun*h gue!'
"Lagipula bukankah ini yang Tuan muda inginkan ? " Tanya Natasha langsung dia lelah harus berpura-pura.
Nathan menatap Natasha dengan penuh arti, Natasha yang ditatap seperti itu langsung mengalihkan pandangannya.
"Aku tidak peduli apa yang kau lakukan di luar, tapi jika kamu sampai membuat masalah aku akan membongkar kebohongan mu" ucap Nathan lagi.
Natasha terkejut, mendengar perkataan orang berstatus kakak itu.
"Lalu sebagai gantinya apa yang kau inginkan dari ku ?" Tanya Natasha to de point.
Nathan mengangkat sebelah alisnya, dia tersenyum miring menatap Natasha.
'Nj*r nih cowo kalau senyum ganteng juga, tapi kelakuannya kek jamet' Natasha langsung memalingkan wajahnya.
Nathan mendekat, berdiri di depan Natasha. Dia menyilangkan kedua tangannya ke depan.
"Memang apa yang bisa kau berikan padaku ? Hmmm,"
"Emmm... Aku... Ya mana kutau lah" ucap Natasha yang menyadari kebodohannya.
'Dasar otak !! Dia kan abang kandung gue.'
Nathan menatap adiknya masih bergulat dengan pikirannya. Dia pun menghela nafasnya,
"Ambil ini," Nathan meletakkan 1 bungkus kue coklat ditangan Natasha.
"Ini... ?" Natasha kebingungan dengan sikap kakaknya yang ikut berubah.
"Oleh-oleh dari desa Luxem" ucap Nathan singkat.
Natasha menatap kue coklat itu seolah tidak percaya, kakaknya membawakan oleh-oleh. Natasha melihat wajah kakak lagi, ingin mengatakan...
"Jangan kege'eran, Aku membawakan itu karna ayah yang memintanya." Ucap Nathan dengan mengalihkan pandangannya.
"Meski begitu, Terimakasih." Ucap Natasha dengan tersenyum sepenuh hati.
Nathan terkejut, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.
"Sudah, keluarlah. Aku masih banyak urusan." Ucap Nathan dengan dingin.
'Nih orang sama persis kek bapaknya tsundereeeee... Definisi buah jatuh tak jauh dari pohonnya.'
"Kalau begitu saya permisi, Tuan muda"
Natasha berbalik dan keluar dari ruangan itu, dia menghembuskan nafas lega untung kakaknya itu mau merahasiakannya.
...
Sesampai di kamar tidur, Natasha langsung melompat ke ranjang. Dirinya benar-benar sangat lelah hari ini.
'Besok gue mau bangun siang, bodo amat latihan pedang atau apapun. Capek banget ini. Oh iya gue lupa !!' Natasha langsung mengeluarkan kotak kucing dari cincin penyimpanannya.
"Maap yah pussss... Gue baru sempet ngeluarin elu dari kandang ini..."
Natasha membuka kunci kandang itu dan kucingnya keluar dengan takut-takut.
"Ehh, jangan takut sini ikut mami...
Kamu kukasih nama siapa yah.... " Ucap Natasha Menariknya keluar, untungnya kucing itu tidak mencakarnya. Natasha menatap kucing itu dengan sangat lama,
"Hmm... Kamu cowo atau cewek sih ?" Natasha teringat jika dia bisa mengeceknya sendiri. Natasha menatap ke arah kemaluan kucing itu. Kucing itu langsung berontak seolah-olah malu ditatap oleh Natasha.
"Keknya cowo... Eh apa cewe yah... Duhh keknya cewe sih... Kamu kukasih nama Stella !" Ucap Natasha dengan dengan riang.
Sementara kucing itu menatapnya dengan kesal dan memberontak sebagai tanda dia tidak menyukai namanya.
"Astaga kenapa Stella ?? Kamu lapar ??" Natasha menatap kucing itu tidak mengerti.
"Kamu kotor banget... Kita mandi bareng aja deh." Ucap Natasha dengan antusias. Kucing itu menggelengkan kepalanya berkali dan langsung loncat turun dari ranjang.
"Ehh.. Stella takut air ? Tapi airnya hangat kok... Ayo.. " ucap Natasha menghampiri Stella.
Tok Tok Tok
Natasha mengalihkan pandangannya ke arah pintu, itu pasti Ivonne yang biasanya akan mengantarkan susu.
"Masuklah Ivonne !"
Ivonne masuk kedalam dan benar saja dia membawa segelas susu hangat. Ivonne terkejut, dia menatap kucing yang ada di kamar Natasha.
"Ivonne dia kucing peliharaanku ! Namanya Stella !" Ucap Natasha yang mengerti kebingungan Ivonne.
MEONG !
Kucing itu mengeong dengan keras, seolah tidak menyukai namanya.
"Tapi dari mana anda mendapatkan kucing ini nona Natasha" tanya Ivonne sambil menyodorkan segelas susu ke Natasha.
"Emmm ini... Ini dari Emmel !" Natasha terpaksa berbohong, karna tidak mungkin dia mengatakan yang yang sebenarnya.
Ivonne menatap kucing yang kotor itu, dia mendekat dan menggendongnya.
"Stella sangat kotor, biarkan saya memandikannya lebih dulu" ucap Ivonne berlalu pergi sambil mengelusnya.
Sementara kucing terlihat sudah pasrah dipanggil dengan nama itu. Lagipula baginya lebih baik dimandikan pelayan ini dibandingkan mandi bersama dengan pemilik barunya.
"Kok kucing itu tidak berontak sih ?!" Natasha menggembungkan pipinya. Dan meletakkan gelas susu ke meja. Dia pun berlari ke kamar mandi, dia melihat Stella dengan tenang dimandikan.
'Ishh padahal gue pemiliknya' Natasha menatap kesal ke arah kucing itu. Lalu dia pun bergegas ke bak mandi dan membersihkan tubuhnya.
"WUAHHHH, ternyata bulu Stella berwarna putih, cantiknya" Natasha menatap Stella dan mengelus-elus bulunya. Sementara Stella yang awalnya jual mahal lama-kelamaan mau juga dielus-elus.
Natasha menatap bulu putih milik Stella, karena saat di pasar tadi bulunya berwarna coklat dan ternyata itu karena kotor. Sedangkan matanya berwarna hitam keunguan.
"Nona, ini sudah larut malam. Cepatlah tidur" ucap Ivonne.
"Iyahh..." Natasha langsung merebahkan diri ke ranjang sambil mendekap Stella dengan erat.
Stella memberontak, karna dipeluk oleh seorang gadis terlebih lagi kepalanya menempel pada dada gadis itu.
Baru setelah Natasha tertidur pulas, Stella bisa terlepas dari siksaan mental.
"Hmmm... Apa dimana ini ??" Tanya Natasha, dia seperti berada di istana es yang sangat indah.
Natasha berjalan lurus saja karna tidak tau harus kemana.
"Nona Natasha " ucap seseorang dengan sangat lembut. Natasha berbalik,
"Kamu.."