"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. Kepemilikan
Hari ke empat sejak menghilangnya sang istri bersama anaknya, Galih pertama kali turun ke kantor karena pak Ardi menelpon kalau pengganti dirinya sudah masuk kerja. Ketua divisi yang akan menjadi atasannya. Bos barunya ini sepertinya sok sekali, memintanya turun untuk mengevaluasi beberapa laporan yang pernah di tanganinya.
Sebenarnya, Galih menunggu-nunggu kedatangan komisaris baru yang telah dengan sepihak menurunkan jabatannya itu. Tetapi, untuk sementara dia harus puas melampiaskan kekesalannya pada bos divisi saja.
Dia mengenakan stelan jas lengkap dengan dasinya. Agak kusut tetapi Galih memperdulikannya.
Sesaat dia mematut dirinya yang sedikit tak terurus, rambutnya sedikit panjang dan acak-acakan. Tanpa Anin yang selama ini mengurus dirinya, Galih benar-benar kelimpungan.
Selama ini. dia terbiasa dari hal sekecil-kecilnya sampai kaos kakinya pun di sediakan sang istri. Sekarang, meski ada bik Irah tetapi tentu saja tak bisa seperti bagaimana Anin memperlakukan dirinya.
"Sayang..." Suara malas dari tempat tidur, memaksa Galih melirik dengan enggan.
Ratna menyangga kepalanya dinatas tempat tidur di mana biasanya Anin berbaring.
Tadi malam dia datang dengan sekoper pakaian dan mengatakan dia tak tahan tinggal di rumahnya.
Kakaknya Bowo datang dari Jogja dan merepet seperti nenek-nenek, mengungkit bagaimana adiknya mencintai Ratna tetapi Ratna tak tahu diri tak bisa jadi istri yang baik.
Bowo sudah kembali ke tempat tugasnya tetapi dia meminta Kakaknya untuk mengurus gugatan cerai pada Ratna dengan alasan mereka tak bisa meneruskan pernikahan mereka. Ratna tak tahan bersuami Bowo yang pekerjaannya selalu menuntutnya berpindah tugas bahkan di tugaskan hingga pelosok.
Sampai akhirpun Bowo tetap memyembunyikan pengkhianatan Ratna, dia menceraikan istrinya itu dengan baik-baik, menutup aibnya dan memilih mengusaikan pernikahan mereka meski Bowo sangat mencintai Ratna.
Andai kakak Bowo tahu sesungguhnya perceraian itu karena Ratna berselingkuh, mungkin kakak Ratna menjambaknya dan mengusirnya dari rumah yang tentu saja itu rumah warisan orangtuanya untuk Bowo.
Sebelum itu terjadi, Ratna memilih untuk angkat kaki dan setelah dia berfikir keras, dia akhirnya nekad melemparkan dirinya ke rumah Galih meski dia tahu Anin belum benar-benar berpisah dengan suaminya.
"Toh, Anin juga sedang minggat, aku akan menggantikan tempatnya. Galih sedang setres dan aku juga tak jauh berbeda. Setidaknya, dengan begitu aku bisa membuat Galih berpikir, Anin meninggalkannya tetapi aku selalu ada untuknya." Fikir Ratna, dia menjelma menjadi nekad dan tak realistis.
Dia merasa, hidupnya sekarang hanya bergantung pada Galih karena itu dia tak perduli lagi, bukanjah nasi telah jadi bubur? Dirinya sudah terlanjur basah, kenapa tidak nyemplung sekalian?
"Sebaiknya, aku mengantarmu ke apartemen." Galih berbalik dan menatap tak berminat pada tubuh Ratna yang setengah polos itu.
Biasanya jika Ratna mempertunjukkan badannya seperti ini, Galih akan menerkamnya seperti serigala kelaparan.
Sayangnya, semua masalah rumah tangganya bahkan menyita akal dangkalnya itu, tadi malam bahkan Ratna masih berusaha merayunya untuk bercinta di atas tempat tidur pribadinya dan Anin. Galih hanya meladeninya satu sesi, sekedar merefresh otaknya yang mumet.
"Aku bisa menunggumu di sini sampai kamu pulang. Orangtuamu juga sudah pulang ke Surabaya, tak ada yang memperhatikanmu. Anin, dia telah menelantarkan suaminya, apa yang kamu harapkan?" Ratna menggeliat manja.
"Ratna, tolonglah kooperatif, aku harus menyelesaikan masalahku ini satu-satu dulu. Kamu kembalilah ke apartemen nanti aku akan menemuimu di sana." Galih berjalan mondar mandir dengan kesal, kaos kaki yang di carinya tak dia tahu tempatnya. Dia harus membuka beberapa lemari mencari lacinya, selama ini untuk hal-hal seperti ini semua sudah siap sedia sebelum dia meminta.
"Aku akan ke kantor sebentar, aku akan menemuimu di apartemen siang ini."
"Tapi..."
"Siang ini jam makan siang aku sudah di apartemen. Tunggu aku di sana."
"Sayang, kamu mengusirku?"
"Aku tidak mengusirmu, hanya tidak baik di lihat orang, saat tuan rumah tidak ada kamu tinggal di r@njangnya." Galih tak lagi menoleh pada Ratna yang masih menatapnya dengan protes.
Dengan kesal Ratna turun dari tempat tidur setelah Galih pergi. Dia akhirnya memutuskan mandi sebelum pergi.
Saat dia membuka lemari pakaian Anin dia terpana, begitu banyak pakaian bagus di sana dan Anin tak pernah terlihat menggunakannya. Bahkan ada beberapa dari pakaian itu dari brand ternama.
"Astaga, Galih benar-benar pelit padaku. Untuk istrinya dia membelikan baju-baju semahal ini. Aku bahkan tidak punya satupun..." Dia merengut kesal melihat merek brand Paris yang masih dalam keadaan baru si sana.
Yah, Ratna tak tahu, Anin bisa membeli apapun dengan uangnya. Dia hanya tak pernah memamerkannya. Itu hanya pakaian yang di belikan om Haryo jika dia kembali dari luar negeri hanya sebagai oleh-oleh saja dari seorang wali untuk anak angkatnya.
Gejolak iri dan cemburu membuatnya mencoba semua pakaian itu dan akhirnya dia tak mau melepaskan sebuah solid wrap round neckline maxi shift dress berwarna marun dari rumah mode versace.
Ketika Ratna mencoba dan memakaikannya, terasa begitu pas di badannya.
"Astaga, ini cantik sekali..." Dia terkagum-kagum dengan tampilannya sendiri di depan cermin.
"Aku tak pernah melihat Anin memakainya. Akh, ternyata dia mengkoleksi barang-barang sebagus ini. Anin benar-benar punya selera tinggi."
Senyumnya mengembang, dia bertekad membawa dress cantik mahal ini, toh Anin juga sudah pergi, Ratna tak yakin sakit hati Anin cepat sembuh untuk cepat kembali ke rumahnya.
"Apa yang di belikan Galih, aku juga berhak memakainya. Galih membelikan istrinya semewah ini, kenapa aku tak bisa memintanya? bukankah aku sekarang pun sedang mengandung anaknya?" Ratna menyeringai, memutar tubuhnya dengan riang.
Pada saat yang sama tiba-tiba matanya terpana ketika tertumbuk pada tubuh seorang perempuan yang berdiri mematung di depan pintu kamar. Entah berapa lama dia di situ, Ratna terlalu sibuk mencoba semua pakaian Anin sehingga tak menyadari kedatangannya.
Perempuan dalam balutan blazer hitam itu menatap Ratna bukan hanya dengan tatapan sekedar dingin tapi sorotnya benar-benar menusuk.
"A...Anin?" Mulut Ratna terbuka lebar, raut wajahnya semerah kepiting rebus, pias terkejutnya benar-benar tak bisa di gambarkan.
Dengan langkah lebar, tapi begitu tenang meskipun dadanya bergemuruh dalam amarah yang hampir tak lagi bisa di bendungnya, dia melangkah ke arah Ratna.
"PLAK!!"
Sebuah tamparan di pipi Ratna , tanpa di duga-duga dilayangkan oleh Anin.
Disambut suara Ratna yang terpekik sambil memegang pipinya, dia terjajar beberapa langkah dan terjatuh di atas tumpukan pakaian Anin yang di coba Ratna.
(Maafkan othor ingkar janji double up kemarin, ada kondangan mendadak, jadi gak sempat nulis sorenya🤭🤭🤭 Yuk, othor rebahan dulu sambil nulis siang-siang, kirimkan kopi, kembang tujuh rupa atau apa saja deh biar othor melek nulis lanjutannya😅😅😅 luv u all🥰)