Kupikir aku akan bahagia menikah dengan seorang Arjuna Raka Sastrowardoyo. Wajahnya yang sangat tampan dengan tubuh atletis tenyata tak bisa memberikan kenikmatan di ranjang.
Pria itu impoten dan mempunyai keanehan lain saat berada di ranjang.
Aku merasa kecantikan dan kemolekan tubuhku tak berguna. Hanya saja ia sangat baik dan loyal padaku. Semua hartanya yang banyak itu bebas aku gunakan yang penting ia puas menyiksaku.
Aku tidak tahu apakah aku akan bertahan atau memilih mencari kebahagiaan lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Jawab Aku!
"Terserah kalau kamu tak percaya. Aku tidak peduli. Yang penting aku ingin kamu tahu kalau aku dan mas Juna sudah menikah!" jawab Mayang Sari dengan tegas.
"May, bisakah kamu tunggu di luar dulu?" sela Arjuna mengabaikan jawaban Mayang Sari. dan sebelum ia menjawab pertanyaan Fifian.
"Mas? Tapi kenapa?"
"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan wanita ini." Arjuna menjawab dengan santai. Ia tidak tahu kalau ia telah sangat menyakiti perasaan sang istri.
Mayang Sari tidak bergerak di sana. Ia samasekali tidak ingin mematuhi perkataan pria yang telah menikahinya itu.
"Hey! Kamu tidak dengar ya, apa kata mas Juna?!" ucap Fifian dengan tatapan tajam pada Mayang Sari.
"Kamu tidak tuli 'kan?" lanjut wanita itu lagi.
"Aku tidak akan keluar karena aku adalah istrinya. Aku lebih berhak berada di tempat ini. Mengerti kamu?!" jawab Mayang Sari dengan tegas dan sangat berani.
Arjuna tersenyum dalam hati. Ia suka gaya wanita itu mempertahankannya meskipun ia adalah pria yang tidak bisa memberikannya kebahagiaan yang seutuhnya.
"Kamu yang harusnya keluar dan tak layak berada di ruangan ini."
"Mas Juna!" Fifian mengadu dengan wajah yang sangat kesal.
"Kenapa? Kamu belum percaya? Dan kamu mas, apa yang ingin kamu bicarakan dengannya di ruangan ini yang tidak bisa aku dengar hah?" Mayang Sari menatap suaminya dengan tatapan lurus. Ada rasa kecewa dalam tatapan itu.
Arjuna tidak menjawab tetapi balas menatap istrinya itu lebih dalam. Dada mereka berdua berdesir. Ada aliran listrik tak kasat mata yang sedang merambat ke seluruh tubuh mereka berdua.
Fifian semakin jengkel dan kesal dibuatnya.
"Mas Juna. Kenapa kamu diam saja? Benarkah yang dikatakan wanita ini?" tanya Fifian dengan tatapan ia alihkan kepada Arjuna.
Pria itu hanya diam saja dan malah pergi ke arah kursinya dan duduk santai disana. Sedangkan Fifian dan Mayang langsung nampak tegang.
Dua wanita itu dengan sangat tak sabar langsung menghampiri Arjuna.
"Mas Juna, jangan bilang kalau kata-kata wanita ini benar!" Fifian berteriak tertahan.
"Ayo jawab mas. Aku ini istrimu atau bukan!" Mayang Sari pun melakukan hal yang sama.
Arjuna menghela nafasnya kemudian menjawab dengan tegas, "Mayang Sari adalah istriku. Kami telah menikah."
"Apa mas?! Kamu tega menikahi wanita lain dan tidak menungguku?!" Fifian menjerit lagi karena sangat kesal.
"Aku hanya mengejar karirku yang lagi baik tapi kamu tega mas!"
"Ya, aku tega karena kamu juga tega padaku." balas Arjuna dengan wajah serius.
"Aku harus melakukannya karena kamu juga telah mengkhianatiku. Jadi sekarang sudah sangat jelas bukan?" jawab pria itu masih dengan wajah santainya.
Mayang Sari tersenyum dengan wajah yang sangat senang, meskipun ia sedikit kesal karena ternyata gara-gara wanita dihadapannya ini hingga ia dinikahi oleh pria tampan itu.
"Mas Juna! Aku tak pernah mengkhianatimu!" Fifian berteriak dengan airmata yang meleleh dari pelupuk matanya. Wanita tampak sangat sakit hati dengan tuduhan pria itu.
"Aku selalu setia padamu!" lanjut wanita itu seraya meraih tangan Arjuna dan menggenggamnya kemudian menciumnya.
"Oh ya?!" Arjuna menjawab dengan mata penuh luka kemudian mengibaskan tangan wanita itu.
Mayang Sari yang melihat itu seharusnya senang. Tapi ternyata tidak. Ia merasakan sebuah perasaan yang sangat tak nyaman di dalam hatinya.
Ia merasa bahwa suaminya sebenarnya tak punya perasaan apapun padanya sampai saat ini. Sakit hatinya karena tahu kalau ternyata ia dinikahi hanya sebagai penambal luka pria itu saja.
Pantas saja pria itu tak mau menyentuhnya kalau bukan ia yang agresif terlebih dahulu. Dan yang lebih menyakitkan adalah karena suaminya mengaku sebagai pria impoten dihadapannya karena tak ingin menggaulinya.
Padahal...
Sungguh, hatinya sangat sakit.
Dengan langkah pelan ia pun keluar dari ruangan itu tanpa izin. Ia akan memberikan waktu untuk mereka berdua menyelesaikan apa yang mungkin belum selesai diantara dua orang yang pernah merajut kasih itu.
Wanita itu langsung pergi dari perusahaan suaminya dengan dada sesak. Cairan bening tak ia sadari keluar begitu saja dari pelupuk matanya.
Ia langsung berlari ke arah mobil yang sedang terbuka pintunya itu dan duduk di dalam sana kemudian menangis tersedu-sedu.
"Jalan pak!" titahnya pada sang supir.
"Mayang?" ucap seseorang yang ada di dalam mobil itu. Wanita itu mengangkat wajahnya kemudian melihat ke arah pria yang menegurnya. Suaranya ia kenal tapi bukan suara sopir keluarga Sastrawardoyo.
"Han?" ucap wanita itu seraya menyusut airmatanya.
"Kamu kenapa ada disini?" tanyanya dengan wajah bingung. Ia pun memandang isi mobil itu dengan perasaan aneh. Perasaan ia memasuki sebuah mobil hitam milik suaminya kok mantan pacarnya ada di dalam sini ya?
"Mayang?!" panggil pria yang bernama Han itu.
"Eh iya. Ada apa?" Mayang tersentak kaget. Ia kembali menghadap ke depan dan melihat ke arah pria itu.
"Kamu darimana? Kok kamu nangis?" jawab pria itu balik bertanya.
"Aku..." Wanita itu kembali bingung. Apa mungkin ia akan mengatakan keadaannya yang sebenarnya?
"Kenapa May. Apa kamu bahagia dengan suamimu?"
"Kok kamu tahu kalau?"
"Kalau kamu sudah menikah?"
Mayang menganggukkan kepalanya.
"Kemarin aku ke rumah orangtuamu untuk melamar kamu May. Tapi orangtuamu bilang kamu sudah menikah."
"Oh!" Mayang Sari tercekat. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia memang menikah dan tidak memberitahuku pria itu.
"Kalau kamu tak bahagia, aku ada di sini May. Aku akan selalu ada untukmu meskipun aku memang tidak kaya seperti suamimu."
Mayang seperti tersengat listrik. Ia sangat sakit mendengar perkataan pria yang pernah sangat dekat dengannya itu.
"Terimakasih Han. Tapi aku bahagia kok." Mayang segera menjawab agar pria itu tidak melihatnya dengan pandangan menyedikan seperti itu.
"Kamu bohong. Kamu pasti tidak bahagia! Kamu menangis dan tidak fokus itu bukan bahagia namanya."
"Aku bahagia Han. Aku tak kekurangan apapun. Jadi kamu tidak usah ikut campur."
Han tidak lagi menjawab tapi langsung menghidupkan mesin mobilnya dan segera membawa Mayang untuk pergi dari tempat itu.
"Han! Hentikan! Aku mau turun. Aku mau pulang saja!" teriak Mayang dengan wajah yang sangat marah.
"Kita harus bicara May."
"Bicara apa?! Aku tak ada waktu!" Mayang berteriak histeris karena ia sangat kesal. Ia berharap pria itu mau mendengarkan perkataannya.
"Han! Hentikan!" lanjutnya lagi dengan wajah panik. Ia bahkan berteriak keras karena kesal.
Han tidak peduli dengan teriakan wanita itu. Ia terus saja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Aku tidak akan menyakitimu May. Jadi tolong tenanglah."
"Kamu bukan suamiku Han. Pergi jauh dari rumah tanpa ditemani suami adalah salah."
"Tak apa. Ini cuma sebentar. Dan juga, Aku hanya ingin menunjukkan sebuah hal padamu yang pastinya bisa membuat kamu bahagia," ucap Han dengan wajah serius.
Sementara itu, Fifian menangis tersedu-sedu dan meminta maaf pada Arjuna.
"Maafkan aku mas. Sungguh, aku tidak bermaksud seperti itu."
"Kalau itu bukan maksudmu lalu apa?" tanya Arjuna dengan tatapan tajam pada wanita itu.
"Kamu berkhianat padaku dengan berselingkuh dariku. Lalu kamu memberikan aku obat untuk menghancurkan masa depanku sebagai seorang pria. Perbuatan mu itu apa bisa aku maafkan?!"
Fifian tak bisa menjawab. Ia tidak tahu bagaimana caranya pria itu tahu apa yang telah dilakukannya.
"Ayo jawab!" teriak Arjuna seraya mencekik leher wanita itu.
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?