Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Setelah mendapat petunjuk dari Sang Guru, Dewi Aetheria memutuskan untuk kembali ke istananya. Tidak lama kemudian, ia tiba di gerbang istana yang megah. Namun, suasana istana terasa berbeda. Banyak orang berkerumun di halaman, membuat Dewi Aetheria merasa heran.
"Ada apa ini?" gumamnya, penasaran.
Ia segera turun dari punggung Lunaire, hewan tunggangannya yang setia, lalu berjalan mendekati kerumunan. Di tengah-tengah keramaian itu, ia melihat Ariel, tergeletak di tanah. Wajah Ariel tampak terluka, dengan sudut bibirnya berdarah. Namun, matanya menatap tajam ke arah seseorang yang berdiri angkuh di depannya.
"Tangkap dia!" perintah orang itu dengan suara tegas.
Beberapa pengawal langsung menangkap Ariel. Mereka menarik tangannya dengan kasar, memaksanya berdiri. Ariel, meski terluka, tetap menatap mereka penuh amarah.
"Dasar makhluk tak berguna!" orang itu mencemooh, lalu mengayunkan tangan, mengeluarkan sihir yang melesat cepat ke arah Ariel.
Melihat itu, Dewi Aetheria langsung bertindak. Ia menangkis serangan sihir tersebut dengan tangannya, membuat cahaya sihir itu lenyap di udara. Ia segera berlari menghampiri Ariel yang terhempas ke tanah.
"Kalau aku terlambat sedikit saja, apakah Dewa Aureon berniat membunuh seseorang di istanaku?" tanya Dewi Aetheria dengan suara tegas. Ia berdiri tegap, menatap Dewa Aureon. "Aku baru pergi sebentar, tapi istanaku sudah seperti ini. Apa jadinya kalau aku pergi lebih lama? Apakah istanaku akan hancur?"
Dewa Aureon tersenyum tipis dan menundukkan kepala. "Maaf, Dewi. Saya hanya ingin mengajari pelayan ini cara bersikap lebih sopan."
"Lancang sekali!" ujar Dewi Aetheria, matanya memancarkan kemarahan. "Apakah kau mengira aku tidak mampu mengurus istanaku sendiri, sehingga pelayanku harus diajari oleh orang luar?"
Dewa Aureon menunduk lebih dalam. "Maafkan kelancanganku, Dewi."
Dewi Aetheria menarik napas panjang. "Kali ini, aku tidak akan mempermasalahkanmu. Tapi ingat, jangan pernah mencampuri urusan di istanaku lagi." Ia memberi isyarat kepada pengawalnya untuk membawa Ariel pergi.
"Baiklah, Dewa Aureon," lanjutnya. "Kedatanganmu ini pasti ada maksud tertentu. Masuklah. Sebagai tamu, aku tidak akan memperlakukanmu dengan buruk."
Dewa Aureon mengangguk, lalu mengikuti Dewi Aetheria menuju aula pertemuan istana. Sebelum masuk, Dewi Aetheria membubarkan kerumunan dan memberi titah kepada semua yang hadir untuk merahasiakan kejadian ini.
Di aula, Dewa Aureon menjelaskan bahwa Raja Dewa telah mengutusnya untuk bekerja sama dengan Dewi Aetheria. Ada masalah besar yang harus mereka selesaikan bersama.
“Oh iya, Dewi. Kakakku, Dewa Caldris, akan segera kembali,” ujar Dewa Aureon sambil memperhatikan ekspresi Dewi Aetheria. Ia berharap bisa melihat reaksi Sang Dewi saat mendengar nama itu.
Namun, wajah Dewi Aetheria tetap tenang. Senyumnya lembut, anggun, dan sama sekali tidak menunjukkan emosi apa pun.
“Apakah urusanmu sudah selesai, Dewa Aureon? Jika sudah, aku masih ada urusan lain,” kata Dewi Aetheria sambil tersenyum ramah.
Wajah Dewa Aureon berubah masam. “Baiklah, Dewi. Maaf sudah mengganggu waktumu,” ucapnya dengan nada kesal.
“Aku tidak bisa mengantarmu keluar, tapi pengawalku akan melakukannya,” lanjut Dewi Aetheria, tetap dengan senyuman ramah.
“Tidak perlu. Aku bisa keluar sendiri,” sahut Dewa Aureon, suaranya terdengar semakin kesal.
Tanpa banyak bicara lagi, Dewa Aureon segera pergi meninggalkan istana Dewi Aetheria. Namun, kemarahan tampak jelas di wajahnya. Saat sudah cukup jauh dari istana, ia memanggil beberapa pengawalnya.
“Selidiki Ariel, pelayan yang dilindungi Dewi Aetheria itu,” perintahnya dingin. “Sebaiknya Dewi Aetheria tidak terlibat terlalu jauh dengan makhluk itu. Kalau tidak, aku sendiri yang akan membereskan semuanya,” gumamnya penuh dendam sebelum akhirnya pergi.
Sementara itu, di dalam istana, Lunaire menatap Dewi Aetheria dengan tajam, seolah sedang memarahinya.
“Hei, kenapa kau melotot padaku?” tanya Dewi Aetheria sambil mencicit kesal.
Lewat transmisi suara, Lunaire menjawab, “Bagaimana kau bisa memperlakukan Dewa Aureon seperti itu? Kau tidak lihat betapa kesalnya wajahnya?” Lunaire menghela napas panjang, tampak tak percaya.
“Siapa suruh dia berani mengacau di istanaku,” jawab Dewi Aetheria santai.
“Kalau dia mempersulitmu nanti, bagaimana? Dia itu berbeda dari kakaknya, Dewa Caldris, yang jauh lebih bijaksana dan berwibawa. Untung saja kau bertunangan dengan Dewa Caldris, bukan dengan adiknya yang keras kepala itu.” Lunaire menasihati dengan nada khawatir.
“Baiklah, Lunaire-ku yang manis. Berhenti membahas dua kakak beradik itu,” balas Dewi Aetheria, mengalihkan pembicaraan.
“Kau terlalu keras kepala,” lanjut Lunaire. “Kau juga terlalu memanjakan Ariel, anak dari dunia kegelapan itu. Kalau Dewa Aureon melaporkan kejadian ini kepada Dewa Caldris, apa kau pikir Ariel akan selamat?”
Ucapan itu membuat Dewi Aetheria teringat. “Ah, untung kau mengingatkanku tentang Ariel. Aku hampir lupa. Baiklah, aku akan menjenguknya dulu,” katanya, mengabaikan keluhan Lunaire.
Dewi Aetheria segera melangkah menuju kamar Ariel. Ia ingin memastikan keadaan pelayannya yang terluka setelah dipukul oleh Dewa Aureon.