Mitha, Gadis Kaya yang mendadak miskin karena sang ayah direbut Pelakor. Hidupnya berubah 180⁰ sehingga pekerjaan apapun dia geluti demi menafkahi sang mama yang sakit-sakitan. Dia bergabung menjadi Pasukan Orange DKI Jakarta
Selama menjalani profesinya menjadi pasukan orange banyak ujian dan cobaan. Dan Mitha menemukan cinta sejati di lingkungan kerjanya, seorang lelaki yang berkedudukan tinggi tapi sudah beristri.
Apakah dia juga akan menjadi Pelakor seperti perempuan yang merebut ayahnya dari mamanya?? Yuk..di subscribe dan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergok Warga
Megan memarkir mobilnya di salahsatu gedung dekat bundaran HI, mengeluarkan stroller anaknya. Mitha membawa tas persediaan susu dan popok Faiza. "Sini Abang yang bawa" Mitha memberikan tas itu pada Megan. Sejak berangkat Megan sudah memperhatikan sepatu yang dipakai Mitha, sudah terlihat jadul dan lusuh. Meskipun merk branded tapi terlihat sekali sepatu lama.
"Bang Tara gak jogging?" Tanya Mitha.
"Tadinya mau jogging tapi kasian kamu ditinggal sendiri"
"Ihhh gak apa-apa lagi bang, gih sana jogging dulu. Aku sambil cari-cari cemilan"
"Beneran nih? Ya udah aku jogging sebentar. Nanti kalau kamu capek jalan, tunggu aku di Sky Deck Halte bunderan HI, Oke?" Mitha melihat sky deck tidak jauh dari dia berdiri.
"Oke bang Tara" Sebenarnya Mitha khawatir sepatunya akan jebol jika berjalan jauh, makanya dia meminta Megan olahraga sendirian. "Kalau sampe sky deck situ sih aman, sepatuku gak akan jebol" Gumamnya.
Di sky deck Mitha mencari tempat untuk duduk dan melindungi wajah Faiza dari terik matahari pagi. Sepatunya sudah terbuka sebelah. Kalau dipikir-pikir terakhir dia beli sepatu itu, waktu rumah tangga papa mama nya masih rukun sebelum Pelakor itu merusaknya. Setelah satu jam menunggu, Megan datang dengan membawa bungkusan makanan dan paperbag dengan berlari kecil ke arahnya.
"Mit, makan yuk" Megan membukakan bungkusan nasi bakar dan air mineral
"Mau jus atau air mineral?" Mitha mengambil air mineral
"Ini aja bang" Mitha tersenyum
Belum sempat Mitha makan, Faiza sudah menangis meminta susu, Mitha langsung sigap memberikan sufor di botol. Tapi Faiza tetap gelisah, dia minta di gendong, akhirnya Mitha membuka gendongan kain dan menggendongnya sambil memegang botol susu dan kipas kecil agar bayik itu nyaman.
Megan dengan inisiatif menyuapkan satu sendok nasi bakar ke mulut Mitha "Aaa..." Mitha dengan malu-malu membuka mulutnya. Mereka seperti pasangan suami istri yang bahagia. Kalau orang yang tidak tahu posisi mereka, akan berpikir mereka adalah pasangan serasi sama-sama cantik dan ganteng juga romantis. Keromantisan mereka banyak yang diam-diam mengabadikan lewat ponsel dan menshare di medsos dengan caption yang beragam. Ditambah lagi baju yang mereka pakai couplean. Tak hanya disitu Megan terlihat romantis, selesai makan Megan meminta Mitha duduk sambil memangku Faiza
"Ngapain bang" Mitha gugup saat Megan memegang kakinya dan melepas sepatu bututnya
"Aku lupa nanya ukuran sepatu kamu, semoga ini cukup" Megan memasangkan sepatu baru yang berlogo huruf S
"Kok Abang tahu sepatu Mitha jebol" bisiknya
"Ya tahu lah, bau kaki kamu tercium di mobil tadi" Megan bercanda. Mitha kesal dibilang bau kaki
"Enak aja, kakiku gak bau yaaa" Mitha melayangkan pukulan di bahu Megan. Pria itu hanya tersenyum lebar.
"Sepatunya cukup?" Megan memperhatikan kaki Mitha
"Cukup bang, potong gaji Mitha aja ya bang. Memang Mitha belum sempat belanja sepatu" Megan hanya menatap wajah Mitha dengan hangat
"Gak perlu di ganti, itung-itung ini bonus. Kamu kerja di rumahku 24 jam" Megan mengedipkan mata pada Mitha
"Omongan Rey jangan di dengerin bang, dia sering asal bicara"
"Bener kok omongan dia, aku baru menyadari. Aku sepertinya jahat ya sama kamu" Megan melirik Mitha
"Kadang!"
"Kadang? Banyak baiknya apa jahatnya?" ledek Megan
"Kalau lagi marah-marah itu lho kayak orang lagi cemburuan sama pacarnya atau sama istrinya, aneh banget, kan!" Mitha terus nyerocos
"Emang aku cemburu makanya hilang akal sehatku" Jawab Megan serius
"Jangan bercanda gitu lah bang, ntar keterusan. Kita itu kan bawahan sama atasannya. Beda level pulak"
"Kalau aku serius, kamu mau jadi istri aku?" Mitha langsung melotot dan memukul bahu Megan
"Dibilang jangan asal ngomong, iihhh" Megan meringis kesakitan
"Pak lurah!!" Segerombolan ibu-ibu PKK memanggil Megan
"Mitha, pak Lurah" Bu Ratmi kaget melihat Mitha dan pak lurah lagi bercanda dengan memakai baju couple
"Mati gue!! Mau ditaruh mana nih muka gue. Ada Bu Ratmi lagi, duuhhh!!"
"Ee-hh ibu-ibu, ikut CFD Bu?" Megan tergagap melihat rombongan ibu-ibu kader PKK mergoki mereka sedang bertigaan.
"Iya kami ke sini sama Bu Laily dan staf kelurahan pak" Kata Bu Gino, pemilik rumah penampungan saat kebakaran.
Megan panik ada staff nya di sekitar mereka. Megan langsung mengambil kain gendong Faiza dan di belitkan ke tubuh Mitha agar tulisan di belakang baju tidak kelihatan. Megan pun memakai Hoodie nya untuk menutupi tulisan di belakang baju mereka
"Kita udah liat kali pak, dari tadi kita perhatiin bapak. Makan suap-suapan, pakein sepatu mba Mitha" Jawab Bu Ayis si biang gosip di RT tempat Mitha waktu itu mengontrak
Mitha hanya menunduk, malu tak terkira. Menyesal iya, malu iya, segala macam rasa saat ini bersarang di hatinya.
"Ibu-ibu, Mitha kerja di rumah saya sekarang. Istri saya yang meminta Mitha kerja di rumah saya" Megan sudah gerah dengan tatapan tajam ibu-ibu kader di kelurahan yang dia pimpin. Tak berapa lama para staff kelurahan dengan memakai pakaian seragam olahraga menghampiri.
"Pak lurah bukannya masih seminar di Kepulauan seribu?" Tanya Bu Laily
"Semalam pulang Bu"
"Mitha, tambah kinclong aja Lo kerja di rumah pak lurah. Vitaminnya bagus yak?" Sindir Elia staff seusianya yang sering curi-curi pandang pada pak lurah
"Mungkin karena ga ngangkut sampah mba Eli, jadi kulit aku ga kena kotoran" Mitha sudah geram dengan celoteh-celoteh asal ibu-ibu PKK dan staf
"Iya harusnya sih tau diri ajah" Bu Ayis menimpali
"Sudah-sudah ibu-ibu, saya yang minta Mitha nemenin anak saya. Kalau gitu saya pamit Bu Laily, rekan-rekan dan ibu-ibu semua" Megan mendorong stroller dan Mitha mengikuti dari belakang
"Kalau bininya tau di Jambak juga tuh si Mitha!! Diam-diam Pelakor tuh anak" Rutuk Bu Ayis, seorang janda yang naksir dan rela dijadikan istri kedua Megan
"Gak ngaca dia cuma petugas kebersihan, Mitha..Mitha.." Elia juga sewot
Bu Laily yang tau kondisi rumah tangga pimpinannya hanya Prihatin. Di satu sisi dia kasian pak lurah, tapi kalau pelariannya ke Mitha, bukankah Mitha yang jadi korban.
Di dalam mobil tangis Mitha pecah, dia sudah menahan sejak tadi, mau marah tapi memang posisi dia serba salah, tapi dia ga terima jika dibilang Pelakor. Keluarganya aja berantakan gara-gara Pelakor, masa sekarang peran itu dibalik jadi dia yang seakan merusak rumah tangga atasannya.
"Maafkan aku Mitha atas kejadian ini, semua salahku"
"Pak, saya mau berhenti aja kerja di rumah bapak. Lebih baik saya kerja jadi petugas kebersihan daripada dibilang Pelakor pak hiikks..hiikks" Kembali Mitha terisak
"Anak aku gimana, Mit! Aku akan tanggung jawab untuk menutup mulut mereka semua" Megan menarik bahu Mitha dan membiarkan dadanya jadi tempat melabuhkan segala kesedihannya.
Setelah tangisan Mitha reda, Megan mengendarai mobilnya ke jalan pulang. Sepanjang perjalanan Mitha hanya diam tak bersuara, sesekali terdengar menghela napas panjang.
"Mau mampir dulu gak? Ada yang mau kamu beli atau apa?"
"Aku mau ke mama"
"Oke ke mama"
Megan mengambil jalan balik arah dan mengantar Mitha bertemu mamanya
Sesampainya di panti, Megan menggendong Faiza dan mengantarkan Mitha sampai kamar mamanya. Ternyata di sana ada Rey yang masih tertidur lelap. Wajah Megan terlihat tak ramah, dia menggertakkan gigi gerahamnya.
"Ma, kenapa Rey masih disini?" Laras meminta alat tulis. Mitha memberikan buku dan pulpen yang tersedia di kamar mamanya. Laras menuliskan sesuatu. Walaupun tak jelas tapi masih bisa terbaca
"Dia kakakmu" Mitha terperangah, tubuhnya seketika nge-freeze. "Dia sudah tahu mam?" Mamanya mengangguk
Megan ikut membaca tulisan yang baru saja membuat Mitha mematung. Megan memperhatikan wajah kedua Kaka beradik itu, sedikit mirip. Tapi hanya hidung dan matanya. Bentuk wajah dan lainnya beda. Mitha berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Rey.
"Rey..Rey bangun!" Rey menggeliat, matanya menyesuaikan cahaya dan dia dapati wajah mungil yang selama ini jadi perhatiannya ada di depan mata "Adekk!!" Rey langsung menghambur memeluk Mitha.."Rey!" Pria itu melerai pelukan, "Kok Lo manggil gue Rey? Kaka kek, Abang kek atau mas aja, karena papa aku dari Jawa!" Rey semangat banget ternyata dia mempunyai adik. Mitha langsung memanggilnya "Mas Rey"
Megan yang orang lain di situ, hanya bisa ikut berbahagia, ternyata Mitha bertemu kakanya. Lelaki yang selama ini membuatnya cemburu buta.
"Anda ngapain di sini?" Rey yang masih kesal dengan Megan menunjukan sikap tidak ramahnya
"Mas, jangan gitu. Dia atasan Mitha" Mitha mengelus lengan Rey
"Atasan kok cemburuan, naksir dia tuh sama kamu. Pria beristri ga tau diri, udah punya istri dan anak masih berani deketin adek gue. Langkahin dulu mayat gue kalau Lo jadiin dia istri kedua. Kalau Lo serius sama adek gue, ceraikan istri Lo. Baru boleh pacarin adek gue!!" Megan yang mendapat perlakuan seperti itu jadi serba salah, dia pamit keluar.
"Mas ini ngomong apaan sih, kita hanya hubungan kerja kerja"
"Mitha, kamu berhenti lah jadi petugas kebersihan. Tinggal di rumahku aja. Sekalian sama mama. Biar aku yang cari uang" Mitha dan mama saling pandang
"Aku pikirkan dulu ya mas" Mitha pamit dengan mamanya untuk kembali ke rumah Megan. Sebenarnya Rey tidak mengijinkan tapi karena alasan Mitha kasian dengan bayi Faiza, akhirnya dia mengerti
"Kalau kamu berubah pikiran, cepet telepon mas. Nanti mas jemput kamu di rumahnya" Mitha hanya mengangguk
Sepanjang perjalanan pulang Megan hanya diam seribu bahasa, kata-kata Rey seakan menohok hatinya. Mungkin perasaan ini sama persis dengan yang Mitha alami tadi saat ibu-ibu dan para staff menghakiminya di tempat umum.
Mobil telah memasuki halaman rumah, Megan diam tak juga membuka control Lock mobil.
"Bang Tara, buka pintunya" Mitha mengingatkannya. Megan menatap Mitha
"Mitha, kalau aku menceraikan istriku. Apa kamu mau menikah denganku dan mengurus anakku?" Mitha membelalakkan mata, bibirnya menganga..
Gaess jangan lupa tinggalkan jejak Like, komen dan votenya 🩷