Celia Carlisha Rory, seorang model sukses yang lelah dengan gemerlap dunia mode, memutuskan untuk mencari ketenangan di Bali. Di sana, ia bertemu dengan Adhitama Elvan Syahreza, seorang DJ dengan sikap dingin dan misterius yang baru saja pindah ke Bali. Pertemuan mereka di bandara menjadi awal dari serangkaian kebetulan yang terus mempertemukan mereka.
Celia yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, berusaha mendekati Elvan yang cenderung pendiam dan tertutup. Di sisi lain, Elvan, yang tampaknya tidak terpengaruh oleh pesona Celia, justru merasa tertarik pada kesederhanaan dan kehangatan gadis itu.
Dengan latar keindahan alam Bali, cerita ini menggambarkan perjalanan dua hati yang berbeda menemukan titik temu di tengah ketenangan pulau dewata. Di balik perbedaan mereka, tumbuh benih-benih perasaan yang perlahan mengubah hidup keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan dan Konsekuensi
Beberapa hari berlalu sejak keputusan Celia untuk tetap teguh pada jalan hidup yang ia pilih. Di luar vila, suasana mulai kembali bergerak dengan ritme yang sama, tetapi dalam hati Celia, segalanya terasa berbeda. Ia merasa lebih kuat, lebih yakin dengan pilihannya. Namun, di luar sana, berita tentang dirinya sebagai putri keluarga Mo mulai menguak ke permukaan.
Pemberitaan tentang Celia kini mulai menyebar dengan cepat. Di media sosial dan outlet berita, orang-orang mulai menggali lebih dalam tentang latar belakang keluarganya yang kaya dan berkuasa. Banyak yang terkejut mengetahui bahwa Celia, model terkenal yang sedang hiatus dan bekerja sebagai mentor model, ternyata adalah bagian dari keluarga Mo, keluarga bisnis yang sangat berkuasa di Shanghai. Di tengah berita-berita tersebut, ada yang melihatnya sebagai sosok yang sedang berusaha melarikan diri dari masa lalunya yang mewah, sementara yang lainnya merasa kasihan padanya karena terperangkap dalam jaringan keluarga yang keras dan penuh tekanan.
Celia menatap ke luar jendela, memandangi langit senja yang mulai memudar menjadi gelap. Di hatinya, ia merasa beban itu masih berat, tetapi kini ada secercah harapan. Keputusan ini adalah miliknya, bukan milik ibunya, bukan milik keluarganya. Ia tidak bisa lagi bersembunyi di balik nama besar keluarganya, dan ia tahu bahwa ini akan menjadi ujian terbesar dalam hidupnya.
Elvan berdiri di sampingnya, menatapnya dengan penuh kasih. "Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya lembut.
Celia tersenyum kecil, meskipun matanya masih menyiratkan kelelahan. "Aku hanya berpikir… Apa aku harus melawan keluargaku sendiri."
Elvan tidak menjawab. Ia menarik Celia ke pelukannya.
Celia mendongak, menatap Elvan dengan tatapan penuh keraguan. "Aku takut, Elvan."
Elvan tersenyum, lalu menggenggam tangannya. "Kamu tidak perlu takut. Kita akan melewati ini bersama."
Celia menatap ke arah Lily yang sibuk dengan ponselnya, mungkin sedang mengatur strategi untuk menghadapi kemungkinan serangan dari keluarga Mo. Ia tahu bahwa ini bukan hanya tentang dirinya, ini juga tentang mereka yang percaya padanya. Keluarganya mungkin bisa mengancamnya dengan kekuasaan mereka, tetapi ia memiliki sesuatu yang lebih berharga, kepercayaan dan cinta dari orang-orang di sekitarnya.
"Aku tidak akan menyerah," Celia berkata dengan suara tegas, seolah meyakinkan dirinya sendiri. "Apa pun yang terjadi, aku akan bertahan. Untuk diriku sendiri… dan untuk kita."
Lily melirik dari ponselnya, tersenyum puas.
Elvan menambahkan, "Dan jangan lupa, ini bukan hanya tentang melawan. Ini tentang membangun hidup yang kamu inginkan, hidup yang membuatmu bahagia."
Celia mengangguk. Untuk pertama kalinya, ia merasa seperti memegang kendali atas takdirnya. Ia tahu perjalanan ini akan penuh tantangan, tetapi dengan orang-orang yang ia cintai di sisinya, ia percaya bahwa ia bisa mengatasinya.
Malam itu, di tengah keheningan vila dan cahaya bulan yang masuk melalui jendela, Celia membuat janji pada dirinya sendiri. Ia akan melangkah ke depan, apa pun yang terjadi. Ia akan membuktikan bahwa ia lebih kuat. Dan ia akan menunjukkan pada dunia bahwa cinta, keberanian, dan keyakinan pada diri sendiri bisa mengatasi segalanya.
Di Shanghai, Mo Yushen duduk di ruang kerjanya yang luas di lantai tertinggi gedung perusahaan Mo Corporation. Menatap jendela besar yang memberikan pemandangan gemerlap kota Shanghai di malam hari. Namun, pikiran Yushen jauh dari keindahan itu. Sebuah laporan di tangannya menggambarkan keputusan terbaru Celia yang memilih menjauh dari keluarga Mo.
Isabella masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk, langkahnya tegas. Wajahnya menampilkan kelelahan bercampur frustrasi. "Yushen, aku sudah bicara dengannya. Seperti biasa, Celia keras kepala dan memilih pria itu daripada keluarganya."
Mo Yushen meletakkan laporan itu di meja, tatapannya tajam. "Aku tahu Celia keras kepala. Itu salah satu sifat yang dia warisi darimu, Isabella."
Isabella mendudukkan diri di kursi di depan meja suaminya. "Lalu apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan membiarkannya begitu saja? Celia harus mengerti bahwa keputusannya akan berdampak besar. Reputasi kita dipertaruhkan."
"Reputasi? Itu bukan masalah utamaku," ucap Yushen dengan nada rendah tapi penuh wibawa. "Masalahnya adalah Celia sedang dipengaruhi oleh pria itu. Elvan, atau siapa pun namanya, bukanlah seseorang yang cocok untuknya. Dia tidak berasal dari lingkungan kita. Dia tidak mengerti tanggung jawab yang datang dengan nama Mo."
"Dan sekarang Caleb juga mulai berpihak padanya," tambah Isabella dengan getir. "Aku tidak percaya dia akan mendukung keputusan Celia."
Yushen menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya ke kursi. "Caleb adalah pria dewasa. Dia boleh punya pendapatnya sendiri, tetapi pada akhirnya, dia tahu siapa yang memegang kendali di keluarga ini."
Isabella menyipitkan mata, mencoba membaca ekspresi suaminya. "Apa yang akan kau lakukan?"
Mo Yushen mengangkat pandangannya, tatapan dinginnya mencerminkan sifat seorang pria yang terbiasa memegang kendali. "Kita biarkan Celia bermain-main dengan kebebasannya. Tapi dia akan segera menyadari bahwa dunia yang dia pikir bisa dia ciptakan sendiri tidak semudah itu. Ketika dia menyadari kesalahannya, dia akan kembali. Dan saat itu, kita akan menunggu."
Isabella menyeringai kecil, merasa yakin dengan rencana suaminya. "Baiklah, Yushen. Tapi jika dia terus bersikeras, aku tidak akan ragu untuk mengambil langkah lebih jauh."
Yushen menatap istrinya, lalu mengangguk pelan. "Kita akan lakukan apa yang perlu dilakukan. Tapi ingat, Isabella, Celia adalah putri kita. Kita tidak akan menghancurkannya, hanya membuatnya mengerti bahwa dia tidak bisa lari dari tanggung jawabnya."
Ruangan itu sunyi sejenak, hanya suara detak jam yang terdengar. Mo Yushen kembali menatap pemandangan kota, senyumnya samar tetapi penuh arti. Dalam pikirannya, Celia adalah bagian dari rencananya yang lebih besar, dan ia tidak akan membiarkan putrinya pergi begitu saja.