area non Bocil !!!!
Demi mendapatkan uang untuk pengobatan ayahku, aku terpaksa terjebak di lingkaran merah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Ruangan a66, pernah dengar, tidak pernah melihatnya, tapi hari ini akhirnya memiliki ke beruntungan untuk melihatnya.
Kalau membandingkan KTV Di Dakarta dengan hotel bintang 5, maka ruangan a66 ini adalah Ruangan suite president.
Sebelum memasuki ruangan aku menarik nafas
Dalam-dalam, merapikan tubuh, lalu mengetuk pintu dengan perasaan gugup dan masuk ke dalam.
Tidak ada waktu luang untuk mengamati mewahan di dalam kamar, dalam pandangan pertama aku sudah melihat Yana sedang duduk di sofa yang sebesar ranjang.
Tidak dipungkiri, Yana benar-benar sangat cantik, diantara usia 27-28 tahun, adalah sebuah usia Transisi antara usia muda dan dewasa, wajahnya cantik, tubuhnya anggun, dibandingkan dengan Micel juga tidak terpaut jauh, namun dia kekurangan rasa polos dan lebih dewasa.
Aku menatapnya sekilas, lalu buru-buru menundukkan kepala, seolah-olah seorang murid SD yang melakukan kesalahan.
"Kenapa, sudah mendapatkan pelajaran dari Sandra, sudah tahu kamu tidak sanggup melawanku?"
Ucapan Yana Terdengar tidak senang, sangat jelas, dia masih menyimpan rasa dendam karena aku mempermalukannya semalam.
Aku tidak berbicara, hanya diam dan gugup.
Yana tertawa, "Bukankah kamu sangat pintar berbicara saat menolakku semalam, kenapa, apakah se malaman kamu sudah dibuat bisu oleh bagian bawah Micel si penggoda itu?"
Aku tetap tidak berbicara, tetap diam, ini sepertinya
membuat Yana marah.
"Apakah kamu bisu? Bicara!!!"
Dia dengan marah berteriak, aku dengan nada
rendah berkata: "Kak Sandra tidak memarahiku,
hanya memberitahukan identitas kak Yana padaku, menyuruhku untuk melayanimu dengan baik, jangan menyinggung klien besar."
"Semalam aku juga sudah mendapatkan 2 tamparan,
Tamparan dari kak Yana, dan 1 tamparan lagi Dari Micel, karena aku juga menolaknya. Sebelum pergi, aku sama sekali tidak tahu itu adalah acara seperti apa, bahkan aku juga tidak tahu adalah sebuah acara jamuan."
Yana memakai heels dan berjalan menghampiriku, sebuah jeans yang ketat membuat sepasang kakinya yang ramping dan panjang terlihat jelas.
"Kenapa?, mendengar maksudmu, terus aku masih harus
berterima kasih padamu, berterima kasih karena
telah kamu menolakku, juga menolak si wanita
penggoda itu?".
Aku Buru-buru menjelaskan berkata: "Kak Yana,
aku tidak bermaksud seperti itu, semalam setelah
kamu pergi, Micel berterima kasih padaku, Mengatakan aku melakukannya dengan sangat baik, membuatnya sangat terpandang, hingga saat itu aku barusan menyadari kalau aku tanpa sengaja sudah menyakitimu."
"Aku adalah orang pedesaan, kalau bukan karena
Ayahku mengalami kecelakaan masuk rumah sakit
dan memerlukan uang, aku juga tidak akan meminjam uang dari Kak Sandra dan masuk ke Area ini. Kak Yana, aku juga tidak takut kamu menertawaiku, semalam setelah aku menolakmu, aku merasa sebenarnya hal ini sangat konyol, aku sedang berpikir, aku adalah seorang pria, aku ingin memiliki harga diriku sendiri, aku bukanlah barang, aku juga tidak menerima penawaran setinggi langit, walaupun adalah harga yang sangat tinggi juga tidak boleh!"
"Namun hingga aku menolakmu aku barusan menyadari, tidak peduli bersedia atau tidak, aku tetap hanyalah seekor bebek, kalau sudah menjadi bebek, aku masih membicarakan harga diri apaan, hanya perlu berusaha keras untuk melayani kalian
saja. Tapi, tapi aku benar-benar sangat ragu, aku tidak ingin begini, dan juga tidak rela. Kak Yana, kamu beritahukan padaku, apa yang harus aku lakukan, aku benar-benar sangat ragu, sangat menderita!"
Sambil berkata, air mataku yang setengah palsu
setengah nyata pun mengalir.
Melihat Yana tercengang, aku pun menggunakan kesempatan ini dan langsung memeluknya, menangis dengan semakin sedih.
Yana jelas-jelas sangat terkejut, dalam waktu yang lama sama sekali tidak ada reaksi, hanya berdiri diam dan membiarkanku memeluknya sambil menangis.
Setelah begitu lama, dia sadar dan langsung mendorongku, "Hanya dengan trik yang begitu
rendahan masih ingin menipuku? Masih berakting
sedih?"
Aku tidak berbicara, langsung mengeluarkan ponsel
dan menelepon ayahku di hadapannya, memberitahukan pada ayahku kalau malam ini aku tidak bisa pergi menemaninya lagi, menyuruhnya untuk beristirahat dengan baik. Yang sangat kebetulan adalah, ayahku mengatakan besok dia jalan keluar dari rumah sakit, aku menanyakan padanya apa yang terjadi, dia bilang dokter memberitahunya untuk membayar biaya lagi.
"Tidak apa-apa, yang penting sudah melakukan
Operasi, orang meminjamkan uang pada kita untuk
mengobati sepasang kaki ini sudah sangat baik, kita
Harus bekerja keras untuk mengembalikan uang
orang..."
Ayahku pun mengatakan begitu banyak, hingga aku
terus menangis, ini adalah tangisan tulus, sama sekali tidak tercampur sedikitpun kepalsuan, hingga akhirnya aku bahkan menangis sampai tidak sanggup berbicara lagi, ayah pun terus menasehatiku dan barusan menutup telepon.
Setelah itu, aku melihat sebuah tisu di berikan ke
hadapanku."udahlah, seorang pria kenapa menangis, benar-benar tidak berguna."
Aku mengambil tisu itu dan berterima kasih pada Yana, lalu mengusap air mata dan tidak berbicara lagi.
Yana kembali ke sofa, menyilang kaki, satu tangan memegang dahi, lalu aku pun mendengarnya isak-isak, dia juga menangis.
"Kak Yana, ayahku sudah sembuh, tidak ada masalah lagi, kamu tidak perlu sedih....."
"Sialan, aku teringat dengan ibuku, apa hubungannya
dengan ayahmu!!!"
Yana memarahiku dengan wajah yang sedang menangis, lalu menangis dengan sangat sedih, bagaimanapun tetap tidak bisa menghentikannya.
Aku menghampiri dan memberikan sebuah tisu
Padanya, akhirnya tisu itu tidak diterima, dia malah
berdiri dan langsung memelukku. Aku menepuk punggungnya dengan pelan, menenangkannya.
Setelah itu, Yana menceritakan tentang ibunya, dia kehilangan ayahnya saat SMP, selama itu dia terus hidup saling bergantungan dengan ibunya.
Awalnya setelah dia diterima di perguruan tinggi dia
sudah bisa mulai bekerja dan berbakti pada ibunya,
tapi ibunya malah mengidap kanker.
saat dia tidak memiliki uang untuk berobat, Yana bertemu dengan suaminya sekarang, oleh karena itu demi uang, dia hanya bisa menikah dengan seorang pria tua yang berusia 60 tahunan...
Tentu saja, aku mengetahui semua hal ini, di kartu
Kak Sandra sudah tercatat, kalau tidak untuk apa aku harus menangisi masalah ayahku.
Sangat jelas, rasa simpati antara satu sama lain
membuat hubunganku dan Yana menjadi lebih dekat.
Setelah dia selesai menangis, aku membantunya
mengusap air mata, tidak dipungkiri, melihatnya dari
jarak dekat, Yana sangat cantik, begitu cantik bagaikan siluman ular putih, sekujur tubuhnya mengeluarkan sebuah pesona wanita dewasa.
Aku sedang menatap Yana, ia juga sedang menatapku, dari sepasang matanya yang besar dan indah, aku melihat rasa sedih dan kesepian di hatinya yang paling dalam.
Setelah itu, aku pun menutup mata, mencium
pasang bibirnya yang merah itu, dia juga tidak
menolak.
Sepasang bibirnya sangat hangat, lembut, membuat
hatiku bergejolak saat menciumnya, tapi yang membuat hatiku semakin bergejolak adalah, setelah itu ada sebuah lidah harum bagaikan lidah ular beracun yang memasuki mulutku, dan terus memainkan lidahku....
Setelah ciuman yang agresif dan tulus itu, aku dan Yana sudah berbaring di atas sofa, dan yang lebih canggungnya adalah, aku sudah tidak tahu sejak kapan aku menekannya di bawah tubuhku, dan bagian api itu bangkit kebetulan mengenai bagian selngkangan jeansnya, membuat kami sangat canggung.
Aku buru-buru berdiri dan meminta maaf pada Di
Yana.
Yana juga langsung bangkit, merapikan rambut dan wajahnya pun memerah, sama seperti gadis kecil yang barusan pertama kali berpacaran dan merasakan ciuman pertamanya.
"Maaf, kak Yana, kamu terlalu cantik, aku tidak bisa menahannya, ini adalah pertama kalinya aku berciuman dengan seorang gadis, dan kamu begitu cantik, makanya, makanya begitu, tapi aku bukan sengaja..."
"Gadis? Aku adalah wanita dewasa!" bagaimanapun Yana adalah orang yang sudah berpengalaman, dengan cepat keluar dari perasaan itu, dia melihatku, melihatku sampai wajahnya memanas, tidak berani menatap tatapannya lagi, "Apakah ini benar-benar adalah ciuman pertamamu?"
Aku dengan malu menganggukkan kepala, "Kamu
jangan menertawaiku, saat di sekolah aku memiliki
seorang pacar, kami bersama selama 3 tahun, aku
hanya berani menggandeng tangannya."
"Astaga, 3 tahun kamu bahkan hanya menggandeng tangannya? Jadi apa yang terjadi setelah itu?"
"Setelah itu saat magang di tahun ke 4 dia mencari
pacar baru, lalu aku dengar di sudah hamil.."
Yana tertawa terbahak-bahak, seluruh tubuhnya bersandar di bahuku, aku bahkan bisa merasakan dadanya yang berisi itu menggosok pada tubuhku disaat dia tertawa terbahak-bahak, sangat terasa, jika dikatakan dengan lebih sederhana sangat
membuat orang kepanasan.
Setelah begitu lama, Yana Barusan menyimpan tawanya, "Justin, aku tidak bermaksud untuk menertawaimu, tapi kamu benar-benar terlalu polos, tapi kepolosanmu sangat imut, kakak menyukaimu."
Setelah berkata, Yana menyodorkan pasang tangannya yang putih, memegang kedua pipiku dan menciumku dengan lembut.
DIsaat aku ingin menikmatinya, wanita jahat ini
malah menghembuskan nafas ke mulutku, Membuatku tersendak, lalu dia pun tertawa tanpa perasaan.
"Awalnya aku bermaksud untuk menghabisimu hari
ini tapi aku sangat senang bisa benar-benar mengenalimu."
Setelah berkata, Yana Pun berjalan ke tas kulitnya, mengeluarkan sebuah kartu ATM dan melemparkannya padaku.
"Tidak ada password, hutang berapa, kamu gesek
sendiri untuk Sandra, kakak kasih kebebasan untukmu!"