Ellina damara, gadis berusia 18 tahun yang di adopsi keluarga damarta.
Awalnya kehidupannya baik baik saja sebelum kedatangan sahabat sekaligus calon istri kakak sulungnya. Yang mengakibatkan dirinya di benci oleh sang kakak karena di tuduh berbuat jahat pada calon istrinya.
Hingga sebuah tragedi terjadi. Mereka tidur bersama hingga mengakibatkan ellina hamil. Namun sayangnya Arion sang kakak tak ingin bertanggung jawab. Dan memaksa menyuruh ellina menggugurkan kandungannya.
Dengan sakit hati ellina memilih pergi dari kehidupan Arion seta keluarganya. Melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.
Hingga beberapa tahun mereka bertemu kembali. Dengan ellina yang telah berubah bersama sang putra tampan.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Mami Rasti masuk dengan piring dan gelas di tangannya. Dapat ia lihat ellina yang tengah duduk di ranjang menyandar pada dashboard. Tatapannya kosong. Bahkan ia tak melihat dirinya masuk.
'' el'' sapaan itu menyadarkan El dari lamunannya.
El menoleh dan mendapati maminya yang masuk dengan sepiring nasi dan segelas air.
'' mami kapan masuk?''
'' tadi. Saat kamu masih melamun''. Ujarnya sambil menaruh piring itu di nakas.
'' kamu kenapa ngelamun?'' lanjutnya.
'' nggak kok mi. El cuma pusing aja baru bangun''. Kilahnya.
Mami Rasti hanya mengangguk. Ia tahu putrinya tengah berkilah.
'' udah minum obat belum?''. Ellina menggeleng.
'' yaudah sekarang makan dulu. Kamu bisa sendiri kan? Mami mau ambil obat dulu untuk kamu''. Tanya nya.
'' bisa kok mi''. Senyum El.
Mami Rasti keluar sedangkan el meraih piring nasi lalu mulai menyuapkannya. Baru beberapa suap ia merasa ingin buang air. Akhirnya Elina bangkit ke toilet dengan hati hati karena bagian bawah nya masih sakit.
Setelah selesai ellina kembali dengan tertatih tatih. Namun ia di buat terkejut dengan kedatangan maminya.
'' El kamu gak papa? Kenapa jalan kamu kayak gitu''.
Mami Rasti baru datang dan melihat anaknya yang seperti kesusahan berjalan.
'' eng.. kaki El kesleo kemarin di tangga pas pulang dari rumah kak Nadia''. Bohongnya lalu naik ke atas ranjang.
'' oh kirain kenapa. Soalnya kamu jalan kayak kepiting''. Celetuk mami Rasti.
Ellina tak menjawab ia lebih memilih menghabiskan makanannya. Dan meminum obat yang tadi di bawa mami Rasti.
'' kamu lanjutin istirahat nya. Mami mau pergi sebentar Sama bi Ina. Nanti mami kesini lagi''.
El mengangguk. Mami Rasti pun keluar dari kamar. Sedangkan el melanjutkan istirahat nya.
Bohong jika ia dapat tidur. Pikirannya tertuju pada malam panas dirinya dan kakaknya kemarin. Kini bukan hanya hatinya yang rusak. Masa depannya pun hancur.
...
Sore harinya mami Rasti kembali dengan bi Inah dari belanjanya. Mami Rasti mengajak bi Inah untuk makan bersama teman arisannya. Karena keasikan ngobrol akhirnya mereka pulang kesorean.
Ketika datang mami Rasti mencium bau masakan dari dapur. Dia pun masuk ke sana sedangkan bi Inah membawa belanjaan.
Terlihat ellina yang tengah asik memasak. Mami Rasti menghampirinya.
'' El udah baikan?''. Tanya nya.
El terperanjat. Ia menoleh ke belakang dan mendapati mami Rasti disana.
'' iya mah''.
'' masak apa?''
'' aku bikin tumis capcai sama ayam kecap. El laper mah jadinya masak''.
Tadi El lapar dan memutuskan untuk makan. Namun melihat tak ada apa apa ia pun memutuskan untuk masak sendiri.
'' maaf ya non. Bibi lupa belum masak''. Ucap bu Inah merasa bersalah.
'' iya mami lupa. Tadi keasikan ngobrol sama temen mami''. Lanjut mami Rasti.
'' gak papa kok bi mi, lagian El juga bisa masak''. Ujar el.
'' yaudah non. Non duduk saja biar bibi yang lanjutin. Kasian non baru sembuh''. Ucap bi Inah setelah selesai membereskan belanjaannya.
El menurut dan duduk di kursi meja mini bar. Diikuti mami Rasti.
'' kaki kamu udah mendingan kan? Gak perlu di urut?''.
Seketika El menjadi panas dingin mendengar pertanyaan maminya itu.
'' udah kok mah. Udah mendingan. Gak perlu di urut''. Kilahnya.
Mami Rasti mengangguk. Syukur El jika sakit tak lama. Paling lama tiga hari.
'' sambil nunggu papi sama kakak kakak kamu pulang buat makan bareng. Kita nyemil dulu mami juga lapar. Mau makan duluan sebentar lagi yang lain akan pulang. Gak enak''.
El mengangguk. Ia juga lapar. Tadi hanya sempat makan sereal yang ada di kulkas.
'' bi tolong bikinin saya sama El roti bakar''. Titah mami Rasti. Bi Inah pun mengangguk.
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Semua keluarga sudah lengkap berada di rumah. El juga sudah segar karena membersihkan tubuhnya.
Semua telah mengelilingi meja makan. Tak terkecuali El dan Arion. Keduanya sama sama terdiam. Sejak tadi El terus menunduk karena takut pada Arion. Sedangkan Arion hanya menatapnya Seolah olah tak terjadi apa apa di antara mereka.
'' El kamu udah sembuh?''. Tanya papi Dion.
El menatap papi Dion. '' udah pi''. Senyumnya.
'' papi kan juga tahu Pi. El itu kalau sakit gak pernah lama paling semalam juga udah sembuh dia. Dia kan kuat ya kan dek?''. Ujar Leo sambil mengacak gemas rambut ellina.
Ellina hanya menjawab dengan deheman. '' hm''.
Makan malam itu cukup di isi oleh obrolan mami Rasti papi Dion dan leo. Sesekali ellina menanggapi candaan mereka. Berbeda dengan Arion yang cenderung dingin dan diam saja.
Sempat sesekali mata ellina melirik erion yang juga tengah meliriknya. Namun dengan cepat el memalingkan wajahnya.
Setelah selesai makan mami Rasti mengajak El untuk menonton tv bersama. Namun El menolak dengan alasan mengerjakan tugas yang kemarin tertinggal.
Diam diam Arion mengikuti ellina yang masuk ke kamar. Saat hendak mengetuk pintu kamar El ponselnya bergetar membuat Arion menghentikan ketukannya.
Dia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya. Senyumnya mengembang kala tahu kekasihnya yang menelpon.
Dia mengurungkan niat untuk menasehati El dan lebih memilih masuk ke kamarnya dan bertelponan dengan tunangannya.
'' halo sayang. Kenapa?''.