Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Pernikahan Rama dengan Putri Pelangi
Setelah mbah Ananta pulang ke kediamannya, raja Danuarsa langsung mengutus beberapa pasukan untuk datang ke kerajaan Singo Ngaung, memberikan kabar bahwa Raja Danuarsa akan berkunjung bersama Rama untuk melamar puteri Pelangi.
Disekitar kerajaan terlihat banyak orang yang sedang memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh letusan gunung, sedangkan di istana kerajaan, terlihat raja Danuarsa sedang membahas kerugian yang harus dibayarkan karena bencana yang terjadi itu, dan teringat kembali apa yang dibilang oleh salah satu adipatinya tujuh bulan yang lalu mengenai bencana besar yang akan dihadapi oleh kerajaan Bumi Nata.
“total kerugian saat ini sekitar enam ratus ribu koin emas, raja”. Lapor adipati kepada sang raja yang sedang termenung disinggasananya.
“Baiklah, tidak masalah, yang terpenting kehidupan masyarakat akan menjadi normal kembali, benahi seluruh kerusakan yang ada, bayarkan menggunakan upeti yang sudah kita dapatkan”. Perintah raja
“Stok upeti saat ini jika dijual hanya akan terkumpul sekitar empat ratus lima puluh ribu kon emas saja, raja”. Adipati kembali menjelaskan
“Baiklah, jangan dijual semua upeti yang ada, jual saja upeti itu dengan nilai paling banyak tiga ratus ribu koin emas saja, sisanya untuk persiapan satu tahun kedepan”. Jawab Raja
“Baik Raja”.
Keesokan harinya.
“Lapor raja, raja dari kerajaang Singo Ngaung siap menerima kedatangan raja Danuarsa kapanpun waktunya”. kata seorang pasukan yang baru saja pulang dari kerajaan Singo Ngaung.
“Baiklah, siapkan kendaraan yang tercepat, untuk tujuh orang dan undang ki Ageng Aksatriya, paman Benawa dan keluraganya juga beserta ki Buana Abadi dan perempuan yang bersama Rama”. Suruh raja kepada pasukan itu
“Baik raja”.
Tak lama kemudian semua orang yang diundang sudah berkumpul dikerajaan Bumi Nata.
“Kalian semua, sudah siapkah untuk berangkat menuju kerajaan Singo Ngaung?”. Tanya sang Raja
“Sudah raja”.
“Baiklah, kita berangkat sekarang, mungkin membutuhkan waktu satu jam, kita akan sampai kesana”. Jawab Raja
“Hah? Satu jam memakai kendaraan apa?”. Gumam ki Buana Abadi yang pernah berjalan dari perbatasan kerajaan Bumi Nata menuju kerajaan Singo ngaung yang membutuhkan waktu sampai tiga hari.
“Kita akan menggunakan, kereta terbang, agar lebih cepat sampai kesana”. Lanjut raja Danuarsa.
“Baik Raja”
Selang beberapa waktu kemudian terlihat Raja dan orang-orang yang bersamanya sedang duduk di kursi yang sudah disediakan di kereta terbang itu.
Satu jam kemudian tibalah mereka di kerajaan Singo Ngaung yang sudah mempersiapkan untuk kedatangan rombongan dari Raja Danuarsa.
Terlihat sebuah iring-iringan pasukan kerajaan Singo Ngaung juga ikut berjalan dibelakang rombongan raja Danuarsa.
“Raja Danuarsa dari kerajaan Bumi Nata memasuki istana kerajaaaaan”. Teriak salah satu pasukan yang berada tepat dipintu masuk istana kerajaan Singo Ngaung.
“Bagaimana keadaan kerajaan Bumi Nata saat ini? Dengar-dengar habis terkena bencana besar?”. Tanya raja Arjo Cah
“Benar sekali, dan keadaan saat ini sudah mulai normal kembali”. Jawab Raja Danuarsa
“Begitukah?”. Tanya Raja Arjo Cah kembali.
“Kedatangan kami kesini untuk merundingkan pernikahan antara cucuku Rama dengan tuan putrid dari kerajaan Singo Ngaung ini”. Kata Raja Danuarsa
“Santai saja dulu, tak usahlah terlalu formal begitu”. Jawab Raja Arjo Cah
“Baiklah kalau begitu”. Jawab Raja Danuarsa kembali
Datanglah seorang puteri yang sangat cantik sekali dengan mengenakan baju adat jawa kuno berwarna coklat dan memakai mahkota ratu diatas kepalanya, tidak lain dan tidak bukan, itu adalah puteri Pelangi, seorang puteri dari kerajaan Singo Ngaung.
Rama terlihat semakin kesengsem dengan kecantikan puteri pelangi yang semakin WOW, berbeda dengan Sukmawati yang terlihat cemburu ketika puteri pelangi datang.
“Pantas saja, Rama tidak mau berpaling, puteri ini memang benar-benar cantik”. Gumam Sukmawati dihatinya
“Mohon maaf raja, saya akan pergi keluar dahulu sebentar, untuk mencari angin segar”. Tiba-tiba Sukmawati memohon izin untuk keluar dari ruangan tersebut.
“Astaghfirullah”. Suara itu langsung terdengar ditelinga Sukmawati yang saat ini sudah berhadapan muka dengan Wicaksana.
“Kaget aku, ternyata di kerajaan ini ada sosok bidadari yang masuk ke istana kerajaan”. Kata Wicaksana
“Siapa kamu?, minggir, aku mau pergi keluar”. Kata Sukmawati ketus
“Maaf”. Jawab Wicaksana
Setelah beberapa lama kemudian, disepakatilah bahwa pernikahan antara Rama dengan Puteri Pelangi akan diadakan tujuh hari setelah hari ini.
Keesokan harinya, terlihat Rama dan Pelangi sedang berduaan di taman kerajaan dan terlihat sangat romantis sekali, hal itu dilihat oleh Wicaksana dan Sukmawati yang berada dilokasi yang berdekatan.
Wicaksana memperhatikan wajah Sukmawati yang seakan tidak suka dengan keromantisan kedua orang yang sedang duduk ditaman itu langsung mendatangi Sukmawati.
“Gadis cantik, apa yang sedang kamu lihat?”. Tanya Wicaksana
“Apa pedulimu?”. Jawab Sukmawati ketus lagi
“Saya harus peduli lah, dia yang disana itu adikku, mana mungkin aku tidak menjaganya”. Jawab Wicaksana
“Oooo, jadi dia adikmu? Dan kamu Kakaknya?”. Tanya Sukmawati
“Yoi”.
“Apakah kamu sudah punya pasangan hidup?”. Tanya Sukmawati yang ternyata juga mulai menaruh hati dengan Wicaksana yang tidak kalah gantengnya dengan Rama.
“Kalau belum, apakah kamu mau jadi pendamping hidupku?”. Tanya Wicaksana kembali
“Kenalkan, namaku Sukmawati, puteri dari kerajaan Dadung Mbulet”. Kata Sukmawati
“Namaku Wicaksana, Pangeran Mahkota di kerajaan ini”. Jawab Wicak sana sambil berjabatan tangan
Terlihat Sukmawati dan Wicaksana semakin akrab dan semakin dekat juga, sering kali mereka berdua berjalan bersama.
“Ayah, aku juga sudah waktunya menikah sepertinya”. Kata Wicaksana kepada ayanya yang bernama Raja Arjo Cah itu
“Memangnya kamu sudah punya calon istri?”. Tanya sang raja
“Aku sedang menyukai seorang putri dari kerajaan Dadung Mbulet ayah”. Kata Wicaksana
“Sudah bertemukah kamu dengannya?”. Tanya sang raja kembali
“Orangnya sedang berada dikerajaan ini sekarang ayah”. Kata Wicaksana kembali
“Benarkah, bawalah dia kemari, perkenalkan kepada ayahmu sekarang”. Kata sang raja memaksa
“Baik Ayah”.
Tak lama kemudian datanglah Sukmawati dan Wicaksana kedalam ruangan raja.
“Oooo, ternyata kamu seorang putri dari kerajaan Dadung Mbulet ya?”. Tanya raja
“Iya raja”.
“Bagaimana kabar ayahmu? Sudah lama aku tidak bertemu dengannya sejak aku terkena racun hingga saat ini, aku belum keluar dari kerajaan ini lagi”. Tanya raja
“kabar ayahku sangat baik raja”.
“Bagaimana? Maukah kamu menikah dengan Anakku, Wicaksana ini?”. Tanya raja kepada Sukmawati
“Aku suka dengannya raja, dan aku mau menjadi istrinya”. Jawab Sukmawati tanpa basa-basi, memang watak sukmawati orangnya apa adanya sehingga terlihat seenaknya sendiri.
“Kalau begitu kita adakan saja dua pernikahan sekaligus enam hari kedepan, bagaimana menurutmu? Biar kamu juga tidak kelangkahan adikmu”. Tanya Raja
“Apakah tidak terlalu cepat raja?”. Tanya Sukmawati.
“Sekarang juga akan aku utus seorang pasukan untuk memberi kabar kepada ayahmu”. Kata sang raja yang langsung memberikan surat untuk raja Dadung Mbulet kepada seorang pasukan yang diutus untuk datang ke kekerajaan Dadung Mbulet.
Keesokan harinya
“Raja San Kana dari kerajaan Dadung Mbulet telah memasuki istana kerajaaaan”. Teriak penjaga pintu.
Skmawati yang mendengarnya langsung berlari untuk menyambut kedatangan ayahnya itu.
“Ayaaaah, akhirnya ayah datang juga kemari”. Kata Sukmawati kepada ayahnya.
“Kamu kenapa berada disini, bukannya kamu berpamitan untuk pergi ke kerajaan Wesi Lunak?”. Tanya ayahnya
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.