Belva Arlettra Frison seorang wanita muda yang sukses,karir cemerlang bergelimang harta, itu lah yang semua orang tau tanpa tau dia adalah orang yang kejam, tidak suka basa basi,tingkat kepercayaan yang tinggi,keras kepala, kesabaran setipis tisu. Namun harus meninggal dengan cara sangat mengerikan. Mati karena di pegal karena tidak memberikan informasi yang Belva sendiri yang tau.
Tapi...
Tiba-tiba saat membuka mata dia di tempat asing dengan segala keanehan dirinya, apalagi dirinya kaget mengetahui bahwa dia menempati tubuh seorang wanita yang sudah menikah,yang lebih kaget lagi siapa suaminya coba?..dia,dia seorang mafia,bukan takut bellva yang menempati wanita yang hampir sama dengan namanya itu merasa tertantang untuk membuka fakta-fakta yang ternyata di sembunyikan oleh pemilik tubuh yang ia tempati.
" kenapa makin ke sini, semakin banyak hal hal yang mengejutkan?." Belva.
" setelah apa yang terjadi kau ingin berlari?.." dingin Kenzo. " kau milikku " posesifnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antagonis Memang Beda
Belva berjalan menelusuri mansion yang besarnya membuat belva geleng-geleng. Dulu di kehidupan pertamanya dia juga kaya namun mansion keluarganya jelas kalah dengan mansion ini.
"Kenapa di setiap sudut banyak sekali penjaganya?." Jelas belva heran entah sudah berapa banyak pria berseragam hitam itu di setiap sudut, walaupun terkesan meremehkan dan tatapan benci mereka tapi tak urung mereka masih menunduk kepala saat dirinya lewat.
Tak terasa matahari sudah naik pantes perutnya berbunyi meminta makanan."hey kamu!." Belva mengeraskan suara saat melihat salah satu pelayan yang membersihkan guci antik itu.
Pelayan itu pendekat" Sa_saya nyonya." Tubuhnya bergetar takut.
"Antagonis memang beda." Belva membatin sambil menatap malas si pelayan."ya, tunjukkan meja makan." Memang ruangan itu tak belva temui sepanjang jalan.
"Ba_baik nyonya mari ikuti saya." Pelayan itu tergesa berbalik dan menunjukkan arah,di sepanjang perjalanan suasana sangat lah sunyi walaupun banyak penjaga dan pelayan namun mereka seolah bisu saat bekerja.
"Berasa di kuburan." Namun tak ayal dia tak ingin membuka bicara pada pelayan yang terlihat gelisah, padahal belva bahkan tidak berbuat apa apa padanya.
"Ki,kita sudah sampai nyonya,anda ingin makanan apa biar say_."
"Tidak perlu lanjutkan pekerjaan mu." Pelayan itu mengangguk dan pamit dengan perasaan lega, sepertinya hari ini keberuntungannya tidak menjadi sasaran kemarahan majikannya itu.
Belva yang di tinggalkan sendiri kini menatap sekeliling yang terlihat luas dan mewah namun terlihat sepi, bangku yang berjajar banyak terasa tida berguna karena jarang di pakai.benar sebelumnya belva hanya akan makan di kamar di saat Kenzo tidak pulang. Kenzo bahkan tak ingin makan di meja makan yang nantinya ada lintah yang asik menempel padanya,hal itu yang membuat Kenzo jarang pulang.
Setelah puas melihat ruang makan kini dia memanggil dengan keras,entah kenapa belva ingin seperti belva asli yang berteriak memanggil pelayan seperti yang dikatakan ica.
Kepala pelayan yang berada di dapur yang sedang mengawasi pekerja kini gelagapan sendiri karena auman macan betina terdengar kembali setelah seminggu sunyi.
"Hah!..hah!..ada apa nyo..."
"Kau buta?.. matahari sudah meninggi mana makanan ku"
Alamak kepala pelayan melupakan nyonyanya ini, walaupun dia kadang tidak suka pada sifat belva tapi wanita paruh baya itu tak sampai membencinya."maaf nyonya atas kelalaian saya,anda ingin makan apa?"menundukkan kepalanya sambil memejamkan erat matanya sedangkan tangannya di kaitkan karena sudah menunggu sesuatu mengenai badannya namun beberapa detik berlalu tak ada tanda-tanda akan ada benda melayang di ruang makan itu. Dengan pelan dia mendongak kepalanya menatap nyonya santai memakan buah di meja.
Glekk!!
rasa manis saat menelan buah anggur itu. "bawakan apa saja yang ada,jangan lama." Perintahnya menatap wanita tua itu sebentar lalu kembali sibuk dengan buahnya.
"Baik nyonya."
"Hem ternyata tak buruk jadi seorang nyonya tak apa di abaikan suami yang penting fasilitas terjamin dan kuasa ada di tangan." Sebenarnya belva tidak terlalu peduli dengan Kenzo yang katanya pergi ke luar negri karena urusan kerja,baginya itu lebih bagus dan tidak ada yang mengaturnya malah dirinya yang mengatur bawahan penjilat itu.
Mata belva berbinar melihat memenuhi meja dengan sekali lahap di sudah menghabiskan satu piring daging panggang itu.
"Koma seminggu kini seperti anak jalanan yang tak pernah di kasih makan"
Uhuk..uhuk
"Anjing!"umpat belva sampai tersedak mendengar sindiran secara langsung itu. Matanya menatap tajam wanita muda yang berani beraninya mengibarkan bendera perang padanya. Sedangkan yang lain sudah mengutuk ketakutan saat itu juga.
Drtttt!,bunyi bangku yang tergeser membuat semua orang terdiam kaku,rasa takut mereka kini semakin menjadi saat itu juga. Rasanya mereka ingin sekali memaki wanita muda itu itu yang bisa bisa menganggu majikannya yang sudah tau tidak bisa di usik.
"Siapa yang berbicara tadi?." Tatapan belva tak main dinginnya menatap satu persatu pelayan yang berjajar rapi itu,bik ina sebagai kepala pelayan saja sudah menatap tak suka wanita yang di ketahui yang mengomentari nyonyanya.
"Benar benar nyari mati." Gumamnya.
"Tidak ada yang mengaku?..."pembawaan belva sangat santai dia bahkan memainkan sendok garpunya dengan lihai."baiklah semuanya akan saya..."
"Nyonya di dia yang berbicara." Senyum licik muncul di bibir sexi belva namun dengan cepat dia mengganti dengan senyum manis. Belva tau pelayan yang berbicara buruk padanya tidak akan mengaku tapi siapa yang akan ingin di hukum bila bukan kesalahannya.
Plak!
Brukk!
Deg!
Jantung mereka berpacu lebih cepat dari biasanya, walaupun sudah terbiasa melihat pemandangan yang kejam dari majikan mereka namun kali ini sungguh sangat mengejutkan,mereka bahkan melihat sendiri nyonya belva menampar dengan kuku indahnya tidak seperti biasa akan menyuruh bodyguard yang ada untuk menghukum orang lain tanpa menggunakan tangannya.
Tatapan benci pelayan muda itu tercetak jelas pada belva,dia memegang pipinya yang merah dengan tubuh yang sudah terduduk di lantai, sungguh tidak main-main tamparan belva.
"Itu sebagai peringatan pada mu oh tidak,tapi untuk kalian semua, jaga mulut kalian masing-masing atau saya akan melukai lebih kejam seperti dia." Belva menatap sekeliling yang menundukkan kepala suasana di saat ini sungguh sunyi membuat ruangan itu mencekam." Bubar kecuali bik Ina." Setelah mengatakan itu semua orang terbirit-birit meninggalkan tempat. Wajah mereka pucat bak mayat hidup.
"Duduk buk,ini perintah." Kata belva tegas namun ada kelembutan di dalam katanya. Bik Ina ragu namun mendengar kata perintah dia dengan terpaksa duduk di sebrang belva.
"Temenin belva makan buk"
"Baik nyonya"patuh bik Ina dan hanya melihat saja.
"Kenapa engak di makan?.." Heran belva namun langsung paham saat itu juga."Temenin belva makan dan bibik makanan juga,ini PERINTAH." Sekali lagi belva memerintahkan dengan sesuka hatinya.
"Tap.."ucapan bik Ina tertelan kembali saat mendapat tatapan tajam wanita cantik namun menyeramkan di depannya itu. Diam diam sudut bibir bik Ina terangkat. "Saya tau anda tak sejahat itu."