"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi dari rumah
"Ghin, loe beneran mau kabur. Bawaan loe mana, kok gak bawa tas atau koper besar?”
“Namanya juga kabur dadakan, tanpa rencana,” jawab Ghina santai.
“Trus loe mau kabur ke mana ?”
“Belum tahu ke mana, yang jelas ya gue pesen tiket dulu di sini, naik kereta yang ada.”
“Ghin, gimana kalau loe kabur ke vila orang tua gue dulu. Biar matang perencanaan loe. Paling enggak loe tambah kuat tuh mentalnya.”
Ghina tampak berpikir, antara menerima atau tidaknya usulan Rika.
“Gue gak bakal kasih tahu loe ada di vila gue, sekalian gue juga temenin loe di sana. Gimana terima usulan gue gak?”
“Mmm.....boleh deh.”
“Oke.....gue hubungin sopir gue. Tapi kita belanja pakaian dulu, loe kan gak bawa apa-apakan?”
“Ya seperti loe lihat, cuma baju yang gue pakai. Ehhh kita belanja di pasar aja, agak murah harganya.”
“Terserah loe aja, ya udah sekarang kita jalan ke pasar. Nanti sopir gue nyusul.”
“Yuuukkk cusss!”
Kedua sohib ini melangkahkan kedua kakinya dengan ringan seperti tidak ada masalah. Dengan menaiki bajaj mereka menuju pasar terdekat.
.
.
Jam 7 malam di rumah Ghina.
“Mam.....Ghina belum pulang?”
“Belum Pah, tadi siang dia pamit ke mama mau ke kantor Edward sebentar. Ini sudah berulang kali telepon ke ponselnya tapi gak aktif. Mama jadi cemas, gak biasanya Ghina kayak begini.”
“Papa coba telepon Edward dulu.” Papa Zakaria langsung menghubungi Edward.
“Assalamualaikum Edward, tadi siang Ghina ke kantor kamu?” sapa apa Papa Zaka
“Waalaikumsalam, iya Bang," jawab Edward
“Ghina ada bilang mau mampir ke mana dulu gak ke kamu. Soalnya ponsel Ghina tidak aktif," kembali bertanya Papa Zaka
“Gak ada Bang, paling Ghina mampir ke mall dulu," jawab asal Edward.
“Bisa jadi ya.....oh ya sudah maaf ya kalau mengganggu.”
“Gak pa-pa Bang," balas Edward.
Papa Zaka mengakhiri pembicaraannya.
“Gimana Pah, Edward tahu kemana perginya?”
“Dia tidak tahu, kita tunggu aja.....mungkin sebentar lagi Ghina pulang.”
“Oh ya sudah.”
.
.
Jam 11 malam.....
“Pah........Ghina belum pulang juga!” Mama Sarah mondar mandir di depan rumah.
Raut wajah Papa Nugraha ikut terlihat cemas, tidak biasanya Ghina jam 11 belum pulang ke rumah.
“Pah.......jangan-jangan Ghina kabur!” Mama Sarah mulai cemas.
“Gak mungkin mah, Ghina mau kabur ke mana,” sanggah Papa Zaka
“Kalau begitu Papa cari Ghina sekarang?”
“Kita cari ke mana mah?”
“Kemana kek, pokoknya sampai ketemu!”
Papa Zakaria segera mengambil kunci mobil bututnya. Dan melajukan mobilnya ke jalan raya perlahan-lahan, sedangkan Mama Sarah memperhatikan setiap bahu jalan......berharap anaknya ada di sana.
“Ke mana kamu nak perginya?” keluh Mama Sarah.
Papa Zakaria dan Mama Sarah selama 3 jam menyelusuri sepanjang jalan, dan memutuskan untuk kembali ke rumah, karena Papa Zakaria sudah kelelahan menyetir mobil.
.
.
Pagi hari mata mama Sarah tampak ada lingkar hitam dibawah matanya begitu juga papa Zakaria, sepertinya kepulangan mereka semalam hanya merebahkan tubuhnya saja, tapi matanya tidak bisa terpejam.
“Pah......Ghina benar-benar minggat dari rumah. Ini pasti gara-gara perjodohannya.” Kedua mata Mama Sarah terlihat berkaca-kaca.
“Jangan diam aja dong Pah, mau ke mana lagi kita cari anak kita!”
Pikiran Papa Zakaria juga terlihat kacau seharusnya jam 6 sudah berangkat kerja, untuk hari ini terpaksa dia izin tidak hadir ke kantor.
“Sekarang mama sarapan dulu, setelah itu kita ke sekolahan Ghina.”
Mama Sarah menuruti ucapan suaminya, di ambilnya nasi goreng ke piringnya, walau dikit yang penting perut terisi.
Sedangkan Rio adik Ghina, hanya memperhatikan ke dua orang tuanya tanpa ikut bertanya kenapa kakaknya tidak pulang.
“Pak Zaka ada tamu di depan,” ujar Bik Inem yang baru balik dari pasar.
Tanpa menjawab Papa Zakaria bergegas ke depan melihat siapa yang bertamu di pagi hari.
“Assalamualaikum Bang Zaka,” sapa Edward yang terlihat tampan dengan setelan jas kerjanya.
“Walaikumsalam.....Edward silakan masuk, tumben pagi-pagi sudah ke sini?”
“Mampir sebentar Bang sebelum ke kantor, semalam Ghina pulang jam berapa?”
“Oh........hampir larut malam, ternyata dia mampir ke rumah temannya,” ujar bohong Papa Nugraha.
“Syukurlah kalau pulang ke rumah, bisa saya bertemu Ghina Bang?”
“Aahh.....itu Ghina tadi habis shubuh langsung pergi lagi di jemput temannya,” Papa Zakaria terlihat kikuk.
“Pagi sekali, ke mana perginya Bang?”
“Abang juga kurang tahu perginya ke mana, bilangnya mau temani temannya jalan-jalan.” Papa Zakaria berusaha menutupi kepergian Ghina.
Mama Sarah menyusul Papa Zakaria ke ruang tamu sambil membawakan minum untuk tamu.
“Oh ada Edward,” sapa mama Sarah sambil menyajikan minum di meja tamu. Raut kesedihan dan mata sembab masih terlihat di wajah mama Sarah, membuat Edward sedikit curiga.
“Iya Kak, mampir sebentar ke sini mau ketemu Ghina.”
Mama Sarah diam sambil memeluk nampan kosongnya.
“Tadi papa udah bilang ke Edward kalau Ghina habis shubuh di jemput temannya. Ya kan mam!”
“Eeh...iya,” jawab mama Sarah menganggukkan kepalanya.
“Edward silakan di minum tehnya.”
Edward segera minum teh yang telah di sajikan di meja.
“Tumben Abang belum berangkat kerja?” tanya Edward.
“Hari ini Abang ijin tidak masuk kerja, badan abang agak sakit. Nanti abang lapor ke HRD,” alasan Papa Zakaria. Wajar Edward bertanya, karena Papa Zakaria bekerja di perusahaan keluarga Thalib.
“Semoga cepat sehat Bang. Bang ada nomor ponsel Ghina yang lain gak. Dari semalam saya wa hanya centang satu.”
“Setahu abang, Ghina tidak punya nomor ponsel yang lain.”
“Mungkin nomor Edward masih diblokir sama Ghina,” ucap Mama Sarah.
Edward tampak diam, dia kembali minum.
“Kalau begitu saya permisi dulu Bang, mau ke kantor.”
“Oh....iya...,” ucap Papa Zakaria mengantar Edward menuju mobilnya.
Sepertinya ada yang mencurigakan....batin Edward.
“Pah.....bagaimana ini....kalau Edward tahu kalau kita berbohong?” tanya Mama Sarah yang tampak cemas.
“Nanti kita pikirkan lagi, sekarang coba mama hubungi ponsel Ghina lagi.”
Mama Sarah segera masuk ke kamarnya untuk mengambil ponselnya.
Di ceknya beberapa notif wa yang masuk ke ponsel mama Sarah.
✅Ghina
Assalamualaikum mama, maafin Ghina bila tidak bisa menjadi anak yang tidak tahu balas budi pada orang tua. Mama dan Papa jangan cemasin dan mencari keberadaan Ghina. Ghina sudah besar insya allah bisa jaga diri mam.
Papa maafin Ghina tidak bisa melanjutkan perjodohan dengan saudara papa, mungkin langkah yang terbaik buat Ghina adalah jauh dari semuanya. Jaga kesehatannya mama dan papa.
Maafin Ghina 🙏🙏
“PAPA......GHINA....PAH!” teriak Mama Sarah dari kamar setelah baca wa dari Ghina.
“Ada apa mam?” Papa Zakaria menyusul ke kamar. Mama Sarah memberikan ponselnya ke Papa Zakaria.
Mama Sarah terduduk lemas di tepi ranjang setelah membaca wa dari anaknya. Sedangkan Papa Zakaria berusaha menelepon Ghina, tapi nomornya sudah tidak aktif lagi.
.
.
bersambung