Tristan dan Amira yang berstatus sebagai Guru dan Murid ibarat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Tristan butuh kenikmatan, Amira butuh uang.
Skandal panas keduanya telah berlangsung lama.
Di Sekolah dia menjadi muridnya, malam harinya menjadi teman dikala nafsu sedang meninggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Alyazahras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya Terbongkar (I)
Di tengah hamparan taman bunga yang luas, Amira dengan mengenakan gaun kuning secerah matahari sedang menikmati pemandangan indah tersebut sambil memetik setangkai bunga berwarna merah pekat dengan aroma yang sangat harum.
Embusan angin yang cukup kencang memporak-porandakan rambut panjangnya yang tergerai.
Tiba-tiba tanpa di duga, Reyhan menghampirinya entah dari mana.
"Rara?" panggilnya sambil menyembunyikan sesuatu di balik badan. Senyumnya merekah seperti bunga-bunga yang indah itu.
"Rey, dari mana kamu?" tanya Amira terheran-heran karena Reyhan terengah-engah seperti telah berlari kiloan meter.
"Aku mencarimu. Ternyata kamu di sini," ucap Reyhan sambil memandangnya penuh cinta dengan keringat bercucuran di kening.
"Mencariku? Ada apa?"
Reyhan meraih tangan Amira, kemudian bertekuk sebelah lutut dengan menyembunyikan sesuatu di tangan kirinya.
"Amira, 3 tahun yang lalu kita bertemu di sini secara tidak sengaja. Kamu sangat cantik sampai aku sulit membedakanmu dengan bunga-bunga yang lain. Aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Setiap tidak bertemu, hati selalu gelisah. Kamu adalah cinta pertamaku. Perasaanku padamu masih tetap sama seperti dulu, sekarang pun tetap begitu."
Reyhan mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi dia sembunyikan di belakang tubuhnya. Itu adalah sebuah kotak cincin berwarna merah. Reyhan membuka kotak cincin tersebut dan memperlihatkan isinya.
Amira tercengang tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Dia sampai menutup mulutnya sendiri yang tengah menganga saat cincin berlian itu memancarkan kilaunya.
"Rey?" kata Amira bertanya-tanya.
"Kita lupakan saja masa lalu dan sambut masa depan. Aku berjanji selamanya tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Amira, maukah kamu menikah denganku?"
"Me ... me-menikah?" kata Amira gelagapan dengan mata terbelalak besar.
Reyhan tersenyum dengan tatapan yang teduh. Dia mengambil cincin yang terselip di dalam kotak itu, lalu pada saat hendak menyematkannya di jari manis Amira, cincin berlian tersebut jatuh dan menggelinding.
Reyhan kelimpungan panik sambil berusaha mengejar cincin tersebut. Cincin itu pun berhenti ketika menabrak sepatu pantofel berwarna hitam mengkilap yang dikenakan oleh Tristan.
Deg!
Jantung Amira rasanya langsung merosot jatuh. Dia tidak akan pernah menyangka melihat keberadaan Tristan di sana.
Tristan mengambil cincin tersebut dan memeriksanya secara seksama.
"Paman, kembalikan. Itu milikku," ucap Reyhan sambil mengulurkan tangannya.
"Milikmu?" kata Tristan dengan wajah dingin sambil menatap Amira yang sedang tertunduk meremas ujung pakaiannya.
Reyhan mengangguk cepat dengan penuh suka cita. Dia tampak terlihat sangat senang sekali.
"Ya, aku sedang melamar kekasihku. Ah, lebih tepatnya mantan kekasih."
Sekujur tubuh Amira menegang bukan main. Telapak tangannya mulai berkeringat dengan wajah pucat pasi. Dia berusaha menghindari tatapan Tristan dengan terus menunduk.
Tristan berjalan menghampiri sambil masih menggenggam cincin di tangannya.
"Sejak kapan kamu mengenalnya, Rey?" tanya Tristan sambil menyipitkan mata.
Amira menelan saliva ketika aura Tristan mendominasi sekitar.
"Rey!" tekan Amira berusaha menghentikan dengan mata berkedut memerah panas. Sayangnya perkataannya tak sempat menahan Reyhan, dia sudah terlanjur memberitahu Tristan.
"Sejak 3 tahun lalu. Ini adalah tempat pertemuan pertama kita. Aku berpacaran dengannya sudah satu tahun, tapi kami putus gara-gara aku pergi meninggalkannya ke luar negeri," jelas Reyhan dengan bangganya.
"Benarkah? Kenapa aku tidak tahu kamu pernah punya kekasih?" Meski bicara dengan Reyhan, tapi mata tajam Tristan tak lepas dari memandang Amira.
"Itu karena aku menyembunyikannya dari semua orang termasuk Ayah dan Ibu. Tapi sekarang aku akan memberitahu mereka dan meminta restu untuk menikahinya. Paman, bersediakah kamu menjadi saksi bahwa aku sedang melamarnya?" tanya Reyhan sambil menatapnya penuh harap.
Tristan terdiam. Matanya melirik Reyhan, lalu berganti melirik Amira dengan misterius.
Amira memejamkan matanya erat-erat. Dia siap meski saat ini harus pingsan di tempat karena bingung harus bagaimana lagi, semuanya sudah terbongkar. Membantah pun percuma.
"Amirah?" panggil Tristan yang masih menggenggam cincin berlian di tangannya.
Begitu Amira membuka matanya, seluruh wajah Tristan merah padam dengan kepala mengepulkan asap panas. Tristan sedang menahan amarah yang siap meledak.
"Tan, aku bisa jelaskan-"
Amira meraih tangan Tristan, tapi Tristan langsung menepisnya dan bicara tatap mata dengan Reyhan. Seakan Tristan ingin membongkar semuanya dan tidak ingin Amira menghentikannya.
"Rey, apa kamu tahu siapa wanita ini?"
"Tristan, aku mohon! Kita bicarakan di tempat lain saja," ajak Amira dengan mata berkaca-kaca sambil mengguncang lengan Tristan.
"Dia wanita yang aku cintai, Paman. Ada apa ini?" Reyhan tentu bertanya-tanya kebingungan.
"Wanita yang kamu cintai? Heh, dia ini istriku, Reyhan! Dia adalah bibimu!"
BOM!!
...
tp amira tnpa sepengetahuan ibunya dia lnjutin sekolh,,
iya kah thor