Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Nikah.
Setiba di Apartemen, Aruna membuka kulkas mengambil air dingin lantas meminum air putih dari botolnya sampai tandas.
“Fiyuhhhhh! Orang itu nyeremin... tapi lebih serem lagi Mas Yoga! Dasar gila!“ desis Aruna.
Ups! Gara-gara ngikutin Yura kemana-mana, sekarang bahasaku kadang ngikut-ngikut dia. Tapi aku harus berubah, aku nggak mau jadi wanita lemah dan bodoh lagi kayak dulu!
Puk!
“Kenapa?“ Sabrina menepuk pundak Aruna, melihat Aruna membuka pintu dan langsung berjalan cepat ke arah kitchen set seperti dikejar penagih hutang.
Aruna menaruh botol kemasan yang sudah diminum di atas kitchen table.
“Selesai ketemu Vania, diluar cafe aku ketemu preman yang cu-lik kita dan aku lari... terus gak jauh dari cafe aku malah ketemu Mas Yoga eh si Yoga. Gimana aku nggak jantungan coba, untung aja aku jago lari karena pas di sekolah dulu aku jago lari estafet.“
Sabrina langsung membuka kunci layar ponselnya dan menelepon seseorang. Namun Alaric tidak menjawab, padahal situasi sedang genting.
“Sial tuh orang beku kemana sih!“ Sabrina mendumel.
“Aku udah bilang kan, Bang Al udah berubah. Apa aku bikin kesalahan ya?“ ucap Aruna, otaknya yang memang kurang pintar tiba-tiba mengingat sesuatu. “Hah? Apa Yura udah bangun dari komanya dan Bang Al udah ketemu... lalu mereka?“
Sabrina mengerenyitkan kening tidak mengerti ucapan Aruna.
“Sab, aku nitip anak-anak lagi ya. Sebentar saja, aku harus pergi ke suatu tempat!“
Aruna menyambar tas nya dan kembali keluar dari Apartemen. Dia pergi menuju rumah sakit dimana Yura terbaring koma, karena Aruna belum tau jika Yura sudah lama terbangun sebab Alaric tidak pernah bercerita.
.
.
Di rumah kontrakan, Yura duduk di dempet terus oleh Alaric saling bersisian di kursi. Pria itu seperti Nevan atau Nessa jika sedang bermanja pada Yura, mendusel-dusel tidak mau menjauh.
“Ih, hareudang tau Pak! Disini nggak ada kipas atau AC! Menjauh sana!“ Yura terus berusaha melepaskan diri, dia masih merasa canggung dan risih meskipun kini gadis itu percaya dengan cerita Alaric padanya tentang pertukaran dua jiwa.
“Aku udah lama nunggu roh kamu pindah ke tubuh aslimu, sekarang... biarkan aku memuaskan diri! Jangan pelit sayang, nggak enak loh cium manusia koma! Enggak ada rasa manis, asam, gurih, nyoy...“
Yura memutar bola matanya kesal, dia belum pernah berciuman eh bibirnya malah sudah habis disekop-sekop.
Cup!
Bibir Alaric malah nyo-sor, sasarannya pipi Yura. “Gemes sama kamu!“ ucapnya sambil nyengir tanpa merasa bersalah.
Untung saja si Emak mengerti dan dia sibuk di dapur katanya mau masakin makanan buat calon mantu.
Calon mantu kagak tuh, ahayyyy! Lampu hijau sudah dikantongi Alaric dari calon Emak mertua.
Drrrrrrt.
Ponsel Alaric bergetar, tadi dia menaruh ponselnya di atas meja. Dia mengambil ponsel dan melihat nama si pemanggil.
“Siapa tuh, Sabrina? Mangsa kamu yang lain?“ sinis Yura, tiba-tiba hatinya panas.
Alaric menyimpan kembali ponselnya di atas meja, dia menjawil dagu Yura menggerakan wajah gadis itu ke arah nya. “Kamu cemburu?“
Mata Yura membulat, dia baru sadar jika dia terdengar seperti kekasih yang cemburu.
“Enggak, yak!“ elak Yura.
“Bohong! Dia Sabrina yang aku ceritakan padamu, dia mantan tunangan ku yang bantu kita sampai bisa bersama.“
“Ohhhhh,“ Yura salah tingkah karena memang dia cemburu.
Jari Alaric masih menjawil dagu Yura, “Boleh cium nggak, nggak enak cium bibir kamu pas kamu lagi koma. Ya, boleh?“
Yura terdiam tidak menolak, Alaric mengartikan diam nya Yura berarti mengijinkan.
Alaric mendekatkan kedua wajah mereka, baru saja bibir keduanya menempel.
Gedebug!
Suara seseorang terjatuh, siapa lagi yang ada di rumah selain mereka berdua kalau bukan si Emak. “Aww!“
“Emak!“ Yura mendorong tubuh Alaric menjauh, dia berlari ke arah sumber suara.
Emak Soraya sedang mengaduh terduduk di atas lantai seraya memegang pinggangnya, “Ra... encok Emak Ra! Aduh! Lagian, Emak mau manggil kalian buat makan, eh malah liat dua manusia mau saling mematuk! Ya ampun, Ra. Sabar kenapa... Sah dulu gitu!“
Wajah Alaric yang ikut melihat situasi, sontak memerah. “Saya bakal tanggung jawab, Mak. Telepon Bapak hari ini biar Bapak kesini, saya siap menikahi Yura hari ini juga. Saya nggak mau dijauhkan dari Yura, saya nggak mau kehilangan Yura.“
Aku harus mengikat Yura, terlalu banyak buaya-buaya buntung diluar sana yang mengincar gadis sesempurna Yura!
Alaric sudah bertekad, hari ini juga dia harus menikahi Yura!
Gimana nih, si Abang Al udah nggak tahan kalee... nikah kagak?
.
.
Yoga menemui Vania di cafe, karena wanita itu lah yang mengirim alamat cafe tempat kedua wanita itu bertemu.
“Kamu telat, Mas. Si Aruna udah pergi.“
Yoga mendaratkan tubuhnya di kursi bekas Aruna tadi duduk, “To the point aja, Vania! Untuk apa kalian berdua bertemu?“
“Nggak asik kalau langsung ke intinya, tapi kali ini ada yang aneh dari mantan istri ke-2 mu itu. Biasanya saat kami bertemu, dia akan cek and ricek ponselku... katanya sih takut aku merekam pembicaraan kami.“
Yoga mengetatkan rahang, “Lalu?“
Vania menekan play rekaman di ponselnya, berisi percakapan keduanya.
Wajah Yoga berubah menakutkan saat akhirnya dia mendengar percakapan keduanya, kini dia yakin sejak awal semua keributan adalah ulah Aruna sebagai dalangnya. Vania pun adalah salah satu pemain yang diperintah oleh Aruna.
“Jadi selama ini, Aruna lah yang menyuruhmu terus menggangguku dan dia ikut bersandiwara? Kau menerimanya hanya untuk mendapatkan harta gono-gini darinya, upah kau memberikan hak asuhmu sebagai Ibu kandung padanya?“
Yoga menggertakkan gigi nya, amarah berkobar di matanya. “Perempuan sial-an!“ umpatnya pada Aruna.
Senyum tipis terbit di bibir Vania, tadinya dia tidak mengira dapat merekam percakapan tapi Aruna berubah jadi bodoh.
“Aku akan merelakan harta dari perjanjian kami dan nggak akan bantu Aruna, tapi... kamu harus tangung jawab padaku, aku nggak mau kehamilan ku ini tanpa suami!“
Brak!
Yoga memukul meja, para pengunjung cafe terlonjak kaget menatap ke arah Yoga dengan tatapan kesal.
“Maaf,“ ujar Vania.
Para pengunjung pun kembali ke aktifitas masing-masing.
“Kau juga membodohi ku, Vania! Tapi aku yang lebih be-go! Aku ingat kita selalu memakai alat pengaman saat melakukannya, kenapa aku percaya kau hamil?!“ bentak Yoga.
“Aku akui bohong, karena itu perintah dari Aruna agar kau tertekan. Tapi... kali ini aku benar-benar hamil! Kau harus tangung jawab!“
Yoga menge-rang frustasi, cinta yang menggebu pada Aruna kini berubah menjadi dendam karena ulah Aruna lah dia berada dalam kekacauan. Perusahaan nya sedang mencari tambahan dana, dan belum ada yang berhasil. Perusahaan nya diambang kebangkrutan, bahkan Papa dan adiknya Emran tidak bisa membantu banyak.
“Oke! Aku akan menikahi mu lagi, meskipun tanpa persetujuan Mama! Karena seperti yang kau tau, Mama akan mengusirku dari keluarga jika kita kembali bersama. Kau tidak apa-apa hidup miskin, karena perusahaan ku pun berada diambang kebangkrutan?“
Vania terhenyak, dia tidak tau situasi Yoga sedang di titik sekarat. Jika dia tau, mana sudi dia berusaha kembali pada Yoga dan mengkhianati Aruna dan melepaskan uang banyak.
“Gini aja! Gimana kalau aku membantu Aruna mendapatkan hak asuk anak dan kau pun nggak usah mempersulit. Dengan begitu, aku akan mendapatkan uang darinya, dan kita bisa menikmatinya bersama-sama. Aku pun bisa mempunyai suami saat hamil, ide bagus bukan? Kita nggak akan melarat!“
Yoga memikirkan usulan dari Vania, ada benarnya juga tapi dia berjanji dalam hatinya akan membuat perhitungan dengan Aruna dan membalaskan dendam nya.
“DEAL!“
Bibir keduanya tersenyum, mereka pun memulai kembali hubungan mesra yang sempat retak karena ulah Aruna.
.
.
“Apa, Al? Kamu mau kawin eh mau menikah dengan gadis bernama Yura, hari ini juga?!“ Sabrina berteriak terkejut.
Prang!
Aruna menjatuhkan piring yang dipegangnya, hatinya teramat sakit.
bodoh bangt tuh laki