Tidak ada seorang istri yang rela di madu. Apalagi si madu lebih muda, bohay, dan cantik. Namun, itu semua tidak berpengaruh untukku. Menikah dengan pria yang sedari kecil sudah aku kagumi saja sudah membuatku senang bukan main. Apapun rela aku berikan demi mendapatkan pria itu. Termasuk berbagi suami.
Dave. Ya, pria itu bernama Dave. Pewaris tunggal keluarga terkaya Wiratama. Pria berdarah Belanda-Jawa berhasil mengisi seluruh relung hatiku. Hingga tahun kelima pernikahan kami, ujian itu datang. Aku kira, aku bakal sanggup berbagi suami. Namun, nyatanya sangat sulit. Apalagi sainganku bukanlah para wanita cantik yang selama ini aku bayangkan.
Inilah kisahku yang akan aku bagi untuk kalian para istri hebat di luar sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Ponsel
Aku dan Dave langsung menuju rumah pak Dody yang merupakan pak RT di komplek. Letak rumahnya hanya dua blok dari rumah kami. Sesampainya di sana sudah ada beberapa warga yang penasaran. Tiga orang kaumku dan dua orang lagi dari kaum adam. Aku tidak mengenal mereka. Pasti rumahnya agak jauh dari rumahku.
Pak Dody mempersilahkan kami masuk. Tak lama kemudian para pengawal yang dimaksud pak Ujang juga turut hadir. Mereka berjumlah sekitar lima orang. Salah seorang di antara mereka membawa spanduk yang sudah dilipat.
"Silahkan duduk pak Dave dan bu Ella," ucap pak Dody.
Beberapa warga tadi yang menunggu di luar ikut duduk dengan tertib. Salut juga aku dengan tiga orang emak-emak itu. Meski penasaran menghantam, mereka tetap tertib dan sabar mendengarkan penjelasan kami nanti.
"Pak Dave dan bu Ella pasti sudah tahu maksud saya memanggil bapak dan ibu. Sedikit banyak saya sudah tahu dari pak Ujang tapi beberapa warga yang melihat juga ingin tahu secara langsung kebenarannya," ucap pak Dody.
"Terima kasih pak Dody, bapak-bapak serta ibu-ibu sudah pengertian atas masalah saya. Jadi begini pak ..."
Dave menjelaskan persis seperti tadi malam. Aku bicara saat ditanya saja.
"Eala, udah ditumpangi tempat tinggal, ngga taunya ada misi lain. Udah gitu dia pula yang umbar-umbar," ketus salah seorang emak-emak. Perawakannya kecil tapi suaranya melengking.
Dalam hati aku merasa sedikit berdosa. Pasalnya aku yang meminta Noel tinggal bersama kami untuk menyelesaikan masalah asmara kami. Tidak tahunya lelaki betina itu malah sibuk mencari bukti bahwa aku yang bermain api. Ah, sudahlah! Toh kelakuan Noel juga salah.
"Bener. Pelakor emang kadang ngga ada otaknya," sahut ibu yang mengenakan setelan olahraga.
"Ternyata, pelakor laki-laki atau perempuan sama aja nyakitin," timpal ibu yang mengenakan daster.
"Saya jadi inget sama kejadian yang baru beberapa waktu lalu saya alami. Menurut asisten saya, rekan bisnis saya itu minta dicariin escort laki-laki. Saya kaget dengernya tapi mau ngga mau tetap dicariin sama asisten saya daripada dia yang kena. Saya pikir asisten saya mengada-ada. Habis orangnya kadang suka becandaan. Pas pak Dave kena kejadian seperti ini saya jadi percaya sama asisten saya," jelas pak Tomi.
Beliau sempat memperkenalkan diri sebelum bicara.
Aku merasa kelegaan yang luar biasa. Untung saja ada yang mengalami hal seperti itu. Penjelasan pak Tomi sangat membantu kami sehingga warga yang lain percaya dengan mudahnya.
"Bapak jangan khawatir! Tidak akan terjadi lagi hal seperti itu di komplek. Saya juga minta maaf karena lalai sampai-sampai pria itu bisa memasang spanduk di lapangan. Saya juga akan memperketat sistem keamanan komplek," ucap pak Dody.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak pak Dody, bapak-bapak dan ibu-ibu. Terima kasih atas pengertiannya," ucap Dave pelan.
"Sama-sama pak Dave. Semoga masalah bapak cepat selesai," jawab pak Dody.
"Semangat pak Dave. Bapak pasti bisa melewati cobaan ini," ucap pak Tomi.
"Untung pak Dave punya istri yang sabaran. Coba kalo ngga, pasti udah berabe," ucap ibu yang mengenakan setelan olahraga.
Dave tersenyum lalu berkata, "Iya Bu. Istri saya yang menguatkan dan mendampingi saya."
Lagi-lagi aku hanya bisa membantah dalam hati. Sabar apanya, Bu? Aku ini sampai dua kali meninggalkan rumah dan suami.
Usai berbincang sebentar, Dave meminta ijin memperkenalkan para pengawal yang nantinya akan tinggal di rumah untuk sementara.
Masalah berapa lama mereka tinggal, Dave belum yakin. Yang pasti sampai masalah ini selesai. Dave meminta kelima pengawal itu untuk berkenalan dengan pak Dody serta warga yang ada di sini.
Masalah kedua yang dibuat Noel selesai dengan baik. Tinggal menunggu masalah puncak yang bisa mempengaruhi perusahaan. Bisa-bisa saham perusahaan menjadi anjlok gara-gara masalah ini.
Rein bilang setelah dia mengumpulkan banyak bukti, Dave harus mengadakan rapat dengan para investor sebelum masalah ini mencuat ke permukaan. Lebih baik mengaku daripada mereka mendengar dari sosial media.
Jadi, status kami saat ini yaitu menahan diri untuk mencari Noel hingga Rein selesai dengan tugasnya.
Sebenarnya aku bingung bagaimana cara Rein mendapatkan bukti-bukti itu tapi Rei dengan santainya meyakinkan diriku bahwa suaminya itu suhu dalam segala hal. Ingin bertanya lebih lanjut, Rei malah menghalangi. Katanya nanti juga tahu.
Aku dan Dave kembali ke rumah beserta lima pengawal kami yang baru. Sedikit banyak mereka sudah tahu pekerjaan mereka karena Dave sudah menjelaskan saat kami berada di hotel Rei. Usai memperkenalkan mereka pada mbok Darmi, Maya, dan pak Ujang, aku memilih kembali ke kamar.
Rasanya tubuhku lelah bukan main. Sedangkan Dave membawa kelima pengawal itu ke area komplek agar mereka paham seluk beluk komplek. Untung rumah yang kami tempati tidak begitu besar tapi cukup menampung sepuluh tamu. Dengan catatan sekamar bisa ditempati tiga sampai empat orang.
Tidur di sore hari tidak baik. Aku memilih merebahkan diri sebentar. Angin sepoi-sepoi dari jendela membuat tubuhku rileks hingga tanpa ku sadari aku terbuai dan kelopak mataku perlahan tertutup.
Di sisi lain, Noel sedang mengamuk di apartemennya. Benda di sekitarnya menjadi amukannya. Dua kali dia mencoba mempermalukan Dave malah tidak mendapat hasil. Justru Dave yang berhasil mendapat simpati dari orang lain.
"Brengsek! S i a l!" teriak Noel frustasi.
Jika saja dia tidak meninggalkan ponselnya di hotel waktu itu, dia tidak akan melakukan cara rendahan seperti itu. Saat kembali lagi ke sana untuk mengambil ponselnya, Rein dan Rei sudah tidak berada di hotel itu lagi.
Bodohnya dia baru menyadari ponselnya tertinggal saat sore hari. Masih untung dia menyimpan beberapa foto vulgar dia dan Dave di laptop. Dari situlah dia mencetak spanduk besar untuk mempermalukan Dave dan Ella.
"Tunggu sampai aku menemukan hacker andal di pasar hitam. Tanpa ponsel aku bisa mendapatkan kembali seluruh dataku," geram Noel.
Yang dia butuhkan hanya tiga video vulgar dan satu kontak penting yang ingin dia hubungi. Jika dia sudah mendapatkan kembali ketiga video dan kontak itu maka Dave tidak akan berkutik.
Noel sungguh licik. Dengan ketiga video itu dia akan mengancam Dave untuk menyebarkannya jika Dave tidak mengakhiri ruang tangganya. Jika Dave menolak, dia akan memposting ketiga video itu di sosial media.
Sekali saja dia memposting di sosial media pasti akan merambat kemana-mana. Apalagi Dave cukup terkenal di kalangan pebisnis muda yang handal.
Dengan menggunakan cara itu, Dave tidak akan pernah lepas darinya. Rumah tangga mereka pasti tidak bisa dipertahankan lagi.
Lain Noel lain pula Rein dan Rei. Saat ini mereka berada di dalam pesawat kelas bisnis. Tujuan mereka adalah London. Entah apa yang akan mereka lakukan di sana? Di saat Ella dan Dave sedang sibuk berurusan dengan remahan yang ditinggalkan Noel, pasangan suami istri itu malah pergi ke luar negeri.
Benda pipih yang ditemukan Rei adalah ponsel milik Noel. Pria itu pergi tanpa membawa ponselnya. Dia sibuk merekam hingga lupa mengantongi ponselnya.